Oleh : Fajriatul Fuadi
Perjalanan Rayhan Hafizul Fikri untuk meraih juara satu cabang Musabaqah Fahmil Quran pada MTQ Nasional ke-28 Sumbar berawal dari kebimbangan. Ia dihadapkan pada pilihan berat yang datang di waktu bersamaan, antara bertemu Ustad Abdul Somad (UAS) yang dikagumi, atau memenuhi undangan seleksi calon anggota Kafilah Sumbar.
Tentang UAS, Rayhan mengaku memang sudah lama menantikan momen bertemu langsung. Kebetulan pada tahun lalu, tepatnya 9 November 2019, sang ustad kondang dijadwalkan mengisi ceramah di Pondok Pesantren MTI Canduang, Kabupaten Agam. Pucuk dicinta ulam pun tiba, di pondok itulah Rehan mengenyam pendidikan.
“Kebetulan saya juga anggota tim salawat pesantren yang disiapkan untuk mengisi acara ceramah UAS di Canduang. Tentu ada kesempatan melihat beliau dari dekat, atau minta foto dan lain-lain,” kata Rayhan kepada Haluan, Rabu (25/11/2020).
Namun, Rayhan saat itu dilanda bimbang. Persis di hari yang sama, ia juga diminta hadir di salah satu hotel di Kota Padang, mengikuti seleksi qori yang disiapkan untuk berlaga di ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-28, di mana Sumbar sendiri bertindak selaku tuan rumah.
Tak seperti kebanyakan peserta lain yang sarat prestasi di Cabang Fahmil Qur’an, Rayhan hadir sebagai peserta seleksi dengan rekor pertandingan yang biasa-biasa saja. Hanya saja, tekad kuat, kesempatan, serta bimbingan dari para pelatih di LPTQ Sumbar membuat Rayhan makin “berisi”.
“Biasanya yang tampil itu juara provinsi, sedangkan saya akhirnya diseleksi dan akhirnya dipilih untuk menggantikan salah seorang juara yang berhalangan ikut MTQ ini. Banyak juga yang meragukan, tapi saya belajar dan berusaha saja sebaik mungkin,” katanya lagi.
Rayhan akhirnya dipilih untuk menemani dua rekannya, Muhammad Harun Arrasyid dan Muhammad Dhonan Lathif yang sama-sama berasal dari Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Payakumbuh. Ketiganya dipilih sebagai utusan Sumbar pada Cabang Fahmil Qur’an Putra.
“Saya sempat tidak percaya diri karena baru akan menjalani pelatihan secara berkelanjutan itu sejak akhir 2019. Sementara dua rekan saya sudah dua tahun berlatih. Tapi kami saling support juga. Keduanya memberikan keyakinan juga bahwa kami bertiga bisa mencapai target nantinya,” ujar Rayhan.
Musabaqah Fahmil Qur’an sendiri adalah jenis lomba tentang pemahaman atau pendalaman terhadap Al-Qur’an, dengan penekanan pada pengungkapan ilmu Al-Qur’an dan pemahaman terhadap kandungan ayat yang digelar dalam format menyerupai cerdas cermat.
“Setelah terus menerus latihan dengan dua rekan saya di bawah bimbingan Bapak Muslim dari Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol, akhirnya kami bertanding dan bisa menyumbang juara pertama untuk provinsi. Alhamdulillah. Semua terasa mimpi saja,” kata remaja asal Bukik Kili, Nagari Koto Baru, Kabupaten Solok itu lagi.
Perjalanan ke tangga juara, sambungnya, selain tak lepas dari pembinaan LPTQ melalui para pelatih, juga berkat dukungan dan doa orang tua dan para gurunya di Pondok Pesantren, yang selalu mengajar dan menyusupi ilmu bagaimana cara memahami isi dan kandungan dalam ayat suci Al-Qur’an.
“Setelah ini saya janji akan lebih giat lagi belajar dan mewujudkan cita-cita selanjutnya. Dari perjalanan di MTQ itu saya jadi semakin yakin pada satu pepatah yaitu “Biarlah bersusah payah satu hari daripada menyesal beribu-ribu hari,” kata Rayhan menutup.
Dukungan Orang Tua
Di balik anak yang hebat, seyogyanya ada dukungan dan doa dari orang tua yang taat. Dukungan itu pula yang diberikan oleh pasangan Asmi dan Zuhelmi, orang tua Rayhan. Keduanya mengaku tak bisa berkata-kata begitu tahu sang buah hati berhasil meraih juara pertama pada MTQ Nasional ke-28 dua pekan lalu.
“Kebahagian yang bagi saya tidak bisa dinilai dengan uang berapa pun jumlahnya. Begitulah perasaan orang tua saat melihat anaknya berprestasi,” kata Asmi, ibunda Rayhan kepada Haluan lewat sambungan telepon.
Asmi mengaku, apa yang diraih sang anak pada ajang MTQ Nasional adalah sebentuk rahmat dan nikmat yang luar biasa. Ia pun berharap agar Rayhan ke depan terus mencintai Al-Qur’an dengan semakin mendalami isi serta kandungannya, dan tidak lupa untuk senantiasa mengamalkannya dalam kehidupan.
“Perjalanan Rayhan masih panjang. Saya minta anak untuk terus rendah hati dan menjauhi sifat sombong. Namun bagaimana pun, ucap syukur tiada henti kepada Allah karena tak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti Rayhan,” kata Asmi lagi.
Dalam mendidik di rumah, Asmi mengaku mengedepankan prinsip memberikan pilihan kepada anak, dan menaruh kepercayaan pada setiap pilihan anaknya. Begitu pun saat Rayhan fokus mendalami Cabang Fahmil Quran, Asmi beserta suami lantas memberikan dukungan yang tiada henti.
“Prinsip saya sebagai orang tua sederhana saja. Saya memperlakukan Rayhan sebagai anak sekaligus teman. Dengan begitu rasa percaya dirinya menjadi bagus, keberaniannya tumbuh, dan karakter serta tekadnya kuat,” kata Asmi menutup. (*)