Oleh : Feri Maulana
Remaja 14 tahun itu hanya bisa menangis menghadapi kenyataan. Begitu sadar penuh dari pengaruh bius total, ia dapati kakinya sudah tak lengkap lagi. Kaki kirinya telah diamputasi, karena memang tak ada jalan lain untuk menghentikan keganasan tumor tulang yang membuatnya menderita panjang sejak Januari lalu.
“Indak bisa manga-manga lai, kaki alah tingga ciek,” ujar Rauldy dengan suara serak dan nada pilu. Rintihan remaja asal Jorong Subarang, Nagari Koto Baru, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar itu mengisi langit-langit kamar rawatannya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang, Senin (27/9).
Nama lengkapnya Rauldy Apriyanda itu, dan kaki kiri siswa kelas VIII SMPN 3 Sungai Pua Kabupaten Agam itu terpaksa diamputasi demi menyelamatkan hidupnya. Meski dengan kenyataan itu, ia harus mengubur dalam mimpinya untuk menjadi tentara, dan mengabdikan diri sebagai prajurit TNI.
Wajar memang Rauldy merasa amat terpukul setelah kehilangan satu kakinya. Sebab, persetujuan amputasi itu terpaksa dipilih orang tuanya secara diam-diam. Tanpa sepengetahuan sang anak. Dasri Yanto (52), ayah Rauldy, mengaku tak punya pilihan lain, dan memahami betapa terpukulnya Rauldy.
“Sedih ya sedih, tapi harus bagaimana lagi. Ini adalah jalan terbaik. Berbagai pengobatan sudah dilakukan, tapi akhirnya kaki Rauldy tetap harus diamputasi,” kata Dasril Yanto (52) kepada Haluan.
Dasril menceritakan, Rauldy didiagnosa mengalami penyakit tumor tulang yang berada di dekat persendian lutut kaki sebelah kirinya. Penyakit itu, diderita Rauldy sejak Januari 2021 lalu, yang diawali pembengkakan, yang makin hari makin bertambah besar. Bahkan sebelum diamputasi, tumor itu terus menyebar dan sudah sebesar bola kaki.
Menurut Dasril, tumor tulang yang menyerang anaknya itu berawal saat Rauldy terkilir ketika jam olahraga di sekolah pada Januari lalu. Sepekan setelah kejadian itu, Raul merasa kesakitan pada kakinya. Dasril Yanto bersama istrinya pun berupaya mengobati kaki kiri buah hatinya itu dengan membawa ke tukang pijit.
“Sudah tiga kali dipijit, tapi penyakitnya tak berangsur membaik. Akhirnya, kami bawa ke Puskesmas terdekat. Saat diperiksa, petugas merujuk ke Rumah Sakit Madina di Bukittinggi. Setelah enam kali kontrol di rumah sakit, Rauldy disebut mengidap tumor tulang,” kata Dasril lagi.
Lantas, sejak mengetahui putranya mengidap penyakit ganas itu, perasaan Dasril dan istrinya bercampur aduk. Antara sedih, terkejut, bahkan kadang merasa stres. Apalagi, di tengah kondisi ekonomi yang terbatas, sudah banyak uang yang dihabiskan untuk biaya pengobatan.
“Alhamdulillah saya masih bersyukur untuk pengobatan di rumah sakit masih ditanggung BPJS Kesehatan. Kalau tidak, entah bagaimana cara mengobatinya. Uang sudah tak punya. Saat ada diagnosa, Rauldy dirujuk ke RSI Yarsi Padang, dan akhirnya ke RSUP M Djamil Padang,” ujar Dasril lagi.
Saat dirawat di RSI Yarsi, Rauldy sempat menjalani rangkaian operasi kecil hingga tiga kali kemoterapi di RSUP Djamil. Akan tetapi, tumor Rauldy terus membesar hingga akhirnya amputasi menjadi jalan terakhir. Dasril pun merasa tak punya pilihan lain, mengingat sebelumnya, sang anak sudah berbulan-bulan menderita, dan meraung kesakitan.
“Setiap malam Rauldy tak bisa tidur karena menahan kesakitan. Kami sudah tidak tega melihatnya terus menangis sepanjang hari, hingga akhirnya Jumat 24 September kemarin operasi amputasi dilakukan. Mudah-mudahan dengan ini, Raul tidak merasakan sakit lagi,” ujar Dasril.
Rauldy sendiri adalah anak sulung dari empat bersaudara, dengan adik-adiknya yang masih kecil. Kedua orang tuanya bekerja sebagai petani dan tergolong keluarga kurang mampu asal Kabupaten Tanah Datar. Untuk saat ini, keluarga ini pun masih berpikir bagaimana cara mendapatkan kursi roda atau kaki palsu, yang bisa digunakan Rauldy saat kondisinya sudah membaik nanti.
“Belum ada persiapan ke sana. Dulu memang ada dapat bantuan biaya pengobatan, tetapi sudah habis untuk kebutuhan berobat, bolak-balik ke Padang selama berbulan-bulan. Kini, sudah diizinkan pulang ke Tanah Datar. Selain memikirkan kursi roda, Rauldy tetap harus kami hibur, sebab cita-citanya jadi tentara kuat sekali,” ucap Dasril mengakhiri. (*)