PADANG, hantaran.co — Kepala daerah kabupaten/kota diminta untuk menyusun skala prioritas dalam pembangunan, serta mengutamakan pembangunan yang berdampak langsung pada masyarakat sekaligus menggerakan perekonomian. Selain itu, hal yang patut disadari adalah, bahwa Sumbar memiliki begitu banyak potensi yang belum tergali.
Hal itu disampaikan Gubernur Sumbar Mahyeldi saat memimpin rapat koordinasi pembangunan (rakorbang) bersama bupati dan wali kota se-Sumbar, yang berlangsung sejak Senin (8/3/2021) hingga Rabu (10/3/2021). Mahyeldi menekankan agar para kepala daerah menyadari betul potensi yang dimiliki daerah masing-masing.
“Seperti di sektor pertanian, sejumlah daerah berpeluang menjadi pusat komoditi. Seperti sawit di Pasamat Barat atau jagung di Lima Puluh Kota. Kita perlu memprioritaskan pembangunan yang bersifat menggerakkan ekonomi masyarakat,” kata Mahyeldi, Kamis (10/3/2021).
Mahyeldi menyatakan, penetapan skala prioritas diperlukan agar rencana pembangunan di tingkat kabupaten/kota tepat sasaran dan berbasis pada kebutuhan masyarakat. Dia juga menekankan, agar kepala daerah memberi perhatian khusus pada sektor-sektor prioritas, dengan meninjau langsung ke lapangan dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
Di samping itu, Mahyeldi juga memberikan arahan kepada para kepala daerah untuk menggali potensi-potensi lain di daerah masing-masing. Dengan demikian, daerah akan memiliki banyak alternatif pilihan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam rapat kordinasi tersebut, Mahyeldi juga mencatat sejumlah program yang harus menjadi prioritas bersama, seperti pengajuan pembangunan dan perbaikan akses jalan di titik-titik krusial. Seperti, perbaikan jalan provinsi di Kabupaten Lima Puluh Kota, pemeliharaan jalan batas Kota Payakumbuh-Sitangkai, Pangakalan Koto Baru-Sialang, dan pelebaran sejumlah jalan provinsi.
Mahyeldi menambahkan, selain pertanian, sektor potensial yang juga bisa menggerakan perekonomian adalah sektor pariwisata. Misalnya, pariwisata di daerah Lima Puluh Kota yang masuk dalam kategori Kampung Adat Anugerah Pesona Indonesia (API), lalu ada Kampuang Sarugo, Kepulauan Mentawai, yang memiliki sejumlah potensi wisata. Hingga yang terbaru, Monumen Bela Negara yang menjadi proyek strategis nasional.
Mahyeldi menyebutkan, untuk memaksimalkan potensi pariwisata tersebut, harus didukung dengan berbagai pembangunan infrastruktur, terutama sekali akses jalan. Hal ini kata dia, juga akan membantu pergerakan ekonomi masyakarat lokal di sekitar lokasi-lokasi objek wisata.
Dalam kesempatan itu, Mahyeldi juga mengingatkan agar bupati dan wali kota terus melakukan evaluasi terhadap capaian program prioritas masing-masing. Termasuk, juga senantiasa membangun sinergitas antar sesama daerah.
“Setiap perencanaan pembangunan yang diusulkan daerah harus dilakukan evaluasi, monitoring, serta pembinaan dan sinkronisasi pelaksanaan program dan kegiatan antara provinsi dan kabupaten/kota,” ujarnya.
Dalam rakorbang selama tiga hari itu, setiap kepala daerah kabupaten/kota bergiliran menyampaikan rencana dan program strategis daerah masing-masing. Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy menyebutkan, setiap rencana yang disampaikan akan ditindaklanjuti oleh Pemprov Sumbar dengan rapat koordinasi dengan dinas-dinas terkait.
“Pada prinsipnya, setiap usulan yang disampaikan oleh para bupati dan wali kota itu akan diakomodir oleh provinsi melalui rapat koordinasi bersama kepala organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemprov Sumbar,” ucap Audy.
Gali Pontensi
Sebelumnya, Guru Besar Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas (Unand) Elfindri menilai, periode baru kepemimpinan di pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Sumbar diharapkan mampu memaksimalkan potensi Sumbar Daya Alam (SDA) yang ada. Seperti, memprioritaskan produk pertanian yang permintaan produknya tetap tinggi meski pun ekonomi mengalami resesi.
“Pertanian itu diharapkan jadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, Sumbar seharusnya sudah bisa memenuhi kebutuhan daerah-daerah tetangga,” ujar Elfindri kepada Haluan beberapa waktu lalu.
Namun demikian, kata Elfindri, menggali potensi saja tidak cukup, melainkan butuh sentuhan inovasi agar produk-produk dari Sumbar memiliki nilai dan daya saing di pasar nasional, bahkan pasar global. “Kuncinya itu pada inovasi. Kita sudah harus hentikan penggunaan cara-cara lama,” tuturnya.
Elfindri memisalkan, negara seperti Belanda dan Italia mampu menguasai pangsa pasar produk pertanian dunia. Padahal, Belanda hanya memiliki luas wilayah hampir sama dengan Sumbar, tetapi mampu menguasai pangsa ekspor sayur-sayuran dunia. Sementara itu Italia, menjadi negara penghasil pasta dan produk turunan yang memenuhi kebutuhan negara-negara di dunia.
“Itu karena negara-negara itu fokus dan punya prioritas yang jelas terkait produk-produk yang mereka garap. Sumbar belum mengarah ke sana, kabupaten dan kota hingga saat ini juga belum memilih dan memilah produk unggulan mereka. Padahal banyak hal yang bisa kita produksi sendiri,” katanya lagi.
Elfindri menyebutkan, dengan adanya kepemimpinan kepala daerah yang baru, Sumbar bisa mandiri dengan produksi SDA sendiri, agar tidak lagi perlu mendatangkan lagi dari daerah lain, seperti kebutuhan pupuk di mana kebutuhan pupuk di Sumbar cukup tinggi, begitu juga dengan kebutuhan daerah lain seperti Sumatra Utara, Riau, dan Jambi.
“Jika kita bisa memproduksi sendiri, pangsa pasar pupuk Sriwijaya yang selama ini mendominasi itu bisa kita ambil alih. Sumbar bisa bekerja sama dengan BUMN untuk mewujudkan itu,” ujarnya.
Pemilihan priotitas produksi itu, kata Elfindri, sudah dilakukan oleh Kota Payakumbuh yang memilih fokus pada rending, dan terbukti mulai membawa dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat setempat. Langkah itu, menurutnya, harus diikuti oleh daerah-daerah lain. “Dari rendang itu saja, juga bisa dibuat berbagai macam produk turunan,” kata Elfindri.
Realisasikan Janji
Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik Unand Aidinil Zetra menyebutkan, kepala daerah, terutama yang baru terpilih, dituntut untuk memaksimalkan kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang ada. Selain itu, kepala daerah baru juga memiliki beban lain untuk merealisasikan janji-janji saat kampanye.
Tantangan pertama yang harus dijawab adalah, sambungnya, yaitu menunjukkan kemampuan memimpin di bawah tekanan yang terjadi akibat pandemi. Para pemimpin baru dinilai perlu bergerak cepat, progresif, berani, dan ambil resiko.
Aidinil menyebutkan, pemimpin yang telah terpilih diharapkan segera bekerja dan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang cerdas, bijaksana, dan memberi harapan bagi masyarakat Sumbar. “Namun patut diingat, setiap kebijakan dan program harus sesuai dengan koridor hukum yang berlaku,” ucapnya menutup. (*)
Darwina/hantaran.co
Komentar