Padang,hantaran.Co–Stasiun Geofisika Padang Panjang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sebanyak 28 kali gempa bumi terjadi di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) dan sekitarnya sepanjang periode 17–23 Oktober 2025. Gempa-gempa tersebut sebagian besar berasal dari aktivitas zona subduksi, Sesar Mentawai, dan Sesar Sumatera.
Melalui laporan resminya, Stasiun Geofisika Padang Panjang menjelaskan bahwa gempa yang terjadi selama periode itu didominasi oleh gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 kilometer dan magnitudo di bawah M3.
Dari total 28 kejadian tersebut, tidak ada gempa bumi yang dirasakan oleh masyarakat karena intensitasnya tergolong lemah. Berdasarkan statistik BMKG, dari sisi magnitudo, sebanyak 19 gempa memiliki kekuatan kurang dari M3, sementara 9 gempa berada di rentang M3 hingga M5. Tidak ditemukan gempa dengan kekuatan lebih dari M5 selama periode tersebut. Magnitudo terbesar tercatat M4,1, sedangkan yang terkecil M1,6.
Dari segi kedalaman, sebanyak 25 gempa terjadi pada kedalaman kurang dari 60 kilometer, sementara 3 gempa lainnya terjadi pada kedalaman antara 60 hingga 300 kilometer. Tidak ada gempa dengan kedalaman lebih dari 300 kilometer. Kedalaman maksimum gempa tercatat 172 kilometer, sedangkan kedalaman minimum hanya 1 kilometer.
BMKG menegaskan, aktivitas gempa bumi dengan magnitudo kecil seperti ini tidak menimbulkan potensi kerusakan maupun tsunami, namun tetap menjadi pengingat penting akan potensi kegempaan di wilayah Sumbar.
Laporan tersebut juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah terhadap potensi gempa bumi yang lebih besar di masa depan. Aktivitas seismik di sekitar zona subduksi Mentawai-Sumatera merupakan bagian dari dinamika alam yang terus dipantau oleh BMKG.
BMKG mengimbau masyarakat agar selalu memperbarui informasi resmi dari kanal BMKG dan tidak mudah terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
