Fokus

Pelaku Usaha Daring Tuai Berkah Selama Pandemi

×

Pelaku Usaha Daring Tuai Berkah Selama Pandemi

Sebarkan artikel ini
Belanja
Pelaku usaha daring. Ilustrasi

PADANG, hantaran.co — Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim bahwa terjadi perubahan signifikan dalam pola belanja konsumen Indonesia selama masa pandemi Covid-19, dari yang semula melakukan aktivitas belanja secara langsung atau tatap muka menjadi belanja secara online atau dalam jaringan (daring). Kemendag mencatat, jumlah transaksi e-commerce meningkat tajam selama pandemi.

Klaim ini dibenarkan sejumlah pelaku usaha daring yang ditemui Haluan. Salah satunya, usaha penjualan pakaian anak-anak, Ninokids.Gallery. Pemilik Ninokids.Gallery, Apit (27) mengaku omzetnya meningkat hingga jutaan rupiah per hari selama masa pandemi Covid-19.

“Awal pandemi penjualan sebenarnya bisa dikatakan menurun. Saya menilai ini karena keterbatasan masyarakat untuk beraktivitas atau bekerja, sehingga perekonomian melemah. Tapi seiring berjalannya waktu, transaksi jual beli secara daring kembali menggeliat,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Ia menyebut, di awal pandemi omzet dari aktivitas jual beli yang dilakoninya hanya berkisar dari Rp500 ribu-Rp600.000 per hari. Sekarang, ibu satu orang anak ini bisa mearup untung hingga Rp2 juta- Rp4 juta per hari.

Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa usaha yang mulai dirintisnya sejak 2019 itu, saat ini memang difokuskan ke berbagai layanan daring, mulai dari media sosial (medsos), seperti Instagram dan WhatsApp, hingga marketplace seperti Shopee dan sebagainya.

Penjualan yang mulai meningkat membuat Ninokids.Gallery, yang awalnya hanya berupa usaha rumahan yang berlokasi di Jalan Sumua No.15, Kota Bukittinggi, mampu mempekerjakan seorang karyawan yang berposisi sebagai admin.

Apit menjelaskan, Ninokids.Gallery menjual pakaian anak-anak bermerk, yang merupakan barang-barang ekspor berkualitas, dengan harga terjangkau. Jualannya kini tak hanya dikenal di seputaran Kota Bukittinggi saja, namun juga sudah merambah ke kota-kota lainnya.

Setali tiga uang, pemilik usaha daring lainnya, Intan Okta (25) juga merasakan pengaruh besar dari penjualan secara daring. Pemilik usaha @projectmelangkah dan usaha kuliner @i.am.catch.up ini menuturkan, dalam sehari dirinya bisa meraup omzet bersih hingga Rp500 ribu.

“Bagi pelaku UMKM, ngaruh banget berjualan secara daring, terlebih saat momen pandemi Covid-19 seperti sekarang. Apalagi, beberapa kebijakan pemerintah selama pandemi justru membuat UMKM mau tak mau harus bergerak ke ranah daring,” ucapnya.

Peluang usaha daring yang cukup menjanjikan membuat Intan, yang awalnya hanya menekuni usahanya sendirian, mulai menambah karyawan dan mengajak adiknya untuk ikut bergabung.

Penuturan lain diungkapkan Dina Gusti yang menjual alat-alat kebutuhan rumah tangga melalui online shop (olshop) Galeri Dina. Ia bahkan telah memasarkan produknya ke hampir seluruh kota di Sumbar dan berbagai kota di provinsi lain, seperti Medan, Jambi, Pekanbaru, dan seterusnya.

Alhamdulillah, untuk penjualan selalu ada peningkatan, karena selain memasarkan produk via daring, kami juga memiliki toko yang bisa dikunjungi secara langsung. Namun, untuk daring memang terasa sekali pengaruhnya terhadap penjualan dan pemasukan. Bahkan bisa menjangkau pelanggan yang berbeda kota,” kata Dina.

Ia mengatakan, peralatan rumah tangga yang dipasok di Galeri Dina memiliki kualitas yang terpercaya dengan harga yang bersaing dari produk-produk rumah tangga di tempat lain. “Peralatan rumah tangga yang kami jual terbilang cukup lengkap, dan yang pasti berkualitas serta punya kelebihan masing-masing. Selain itu, harga yang ditawarkan juga bersaing,” ujar Dina.

Dina mengaku, usaha yang dipromosikan dan dipasarkan melalui Facebook, Instagram, WhatssApp dan Shopee itu telah menggaet puluhan reseller di berbagai kota, dan berhasil meraih omzet hingga jutaan rupiah per hari.

Di sisi lain, perubahan pola aktivitas jual beli ini juga dipengaruhi oleh kecenderungan konsumen yang memilih berbelanja secara daring ketimbang berbelanja secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh Maisy (28), salah seorang warga Kota Solok.

Maisy mengaku lebih memilih berbelanja secara daring karena bisa melihat berbagai pilihan barang tanpa harus repot-repot ke luar rumah dan mengunjungi toko secara langsung. “Kadang malas ke luar rumah, sementara kalau gawai kan dipegang terus. Apalagi sekarang sedang masa pandemi. Pilihannya jelas berbelanja secara daring,” ujarnya.

Perempuan yang berprofesi sebagai guru di salah satu lembaga bimbingan belajar di Kota Solok ini menyebut, barang-barang yang sering ia beli secara daring, di antaranya, alat-alat kosmetik, pakaian, perkakas rumah, dan alat-alat masak.

Untuk menghindari dari penipuan dan usaha daring abal-abal, ia biasanya mengecek riwayat penilaian dan ulasan pelanggan di tempat ia akan memesan barang.

“Kan ada ulasan dan ratingnya. Kalau pelanggan pernah yang membeli banyak, dan komentarnya bagus, lalu komentarnya tidak dinonaktifkan, berarti olshop yang bersangkutan bisa dipercaya. Harganya yang kalaupun terjangkau, tapi masih masuk akal,” tuturnya.

Pelanggan lain, Disa (19) yang merupakan mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Padang menyebut, dirinya memilih belanja secara daring untuk memburu promo-promo dan diskon-diskon pada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).

“Setiap bulan kan ada promonya, misalnya promo 9.9, promo 10.10, dan seterusnya. Ketika ada promo, biasanya banyak diskon dan gratis ongkos kirim. Jadinya merasa beruntung dan menang banyak,” katanya.

Kendati demikian, ia juga mengakui bahwa berbelanja secara daring juga memiliki sisi negatif. Ia, misalnya, karena tergoda diskon besar-besaran, sering membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan.

“Kadang sering terpikir juga setelah membeli. Banyak juga barang yang tidak perlu-perlu banget dan bahkan tidak terpakai, seperti tas, baju, dan lain-lain. Mau bagaimana lagi, karena tergiur diskon, dibeli tanpa pikir panjang,” ujarnya. (*)

Yessi/hantaran.co