Berita

Ratusan Hektare Sawah di Nagari Lurah Ampalu Tak Bisa Digarap

×

Ratusan Hektare Sawah di Nagari Lurah Ampalu Tak Bisa Digarap

Sebarkan artikel ini
Petani
Bendungan dan Irigasi di Nagari Lurah Ampulu, Padang Pariaman jebol sehingga berdampak pada ratusan ha sawah petani di Nagari Lurah Ampalu, Jumat (8/1/2021). Yuhendra

PADANG PARIAMAN, hantara.co Ratusan haktare sawah di Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman, tidak bisa digarap oleh petani. Pasalnya, dua irigasi yang mengairi sawah itu putus sejak beberapa tahun lalu.

“Untuk bendungan air di Batang Sikilia ini jebol karena banjir yang terjadi tiga tahun lalu, sehingga tidak bisa dimanfaatkan hingga saat ini,” kata Wali Nagari Lurah Ampalu, Ais Surya, di Lurah Ampalu, Jumat (8/1/2021).

Ais mengatakan, bendungan irigasi ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengairi sawah mereka, diperkirakan ada sekitar 150 hektare sawah mayarakat yang tidak bisa digarap karena tidak ada irigasi. “Terpaksa sebagian masyarakat memanfaatkan sawahnya untuk ladang, tetapi banyak juga yang tidak digarap sama sekali,” katanya.

Selain bendungan itu, di Nagari itu juga ada satu saluran irigasi lagi yang putus sekitar pertengahan tahun 2019. Sudah dilakukan perbaikan dengan swadaya masyarakat, tetapi kembali jebol. “Saluran irigasi ini melintasi sungai, dan perlintasan itu yang putus sehingga air irigasi tidak bisa dialiri lagi,” katanya.

Untuk irigasi ini biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengairi sawah, bahkan aliran irigasi ini sampai ke sebagian daerah Kota Pariaman. “Untuk irigasi yang putus ini diperkirakan ada 300 ha sawah yang tidak dapat air,” katanya.

Ais menyampaikan, lahan sawah yang sangat luas itu terpaksa sebagian masyarakat mengarap dengan menggunakan tadah hujan. Tentu ini akan sangat berpangaruh kepada hasil panen. “Sebagian lagi juga ada yang memanfaatkan dengan ladang jagung, tetapi banyak juga yang tidak tergarap,” katanya.

Untuk dua irigasi yang ada di Nagari itu, ia sudah beberapa kali mengajukan proposal. Baik itu ke Pemerintahan Kabupaten, Provinsi dan anggota DPRD. Namun hingga saat ini masih belum ada dilakukan perbaikan. “Upaya kita sudah sangat banyak, termasuk mengajukan proposal untuk pembangunan bendungan dan irigasi yang rusak ini,” katanya.

Ia berharap kepada Pemerintahan Kabupaten atau Provinsi untuk menindaklanjuti permohonan itu. Karena jika ini dibiarkan terus akan sangat berdampak kepada perekonomian masyarakat.

“Mudah-mudahan tahun ini atau tahun depan bendungan dan irigasi ini bisa diperbaiki, sehingga masyarakat bisa kembali menggarap sawahnya,” katanya.

Sementara itu, salah seorang petani, Nasril (60), mengatakan, semenjak irigasi itu putus ia tidak bisa lagi menggarap sawahnya. Bahkan ia telah berupaya untuk menggunakan mesin pompa air agar bisa mengairi sawahnya. 

“Saya pernah coba menggunakan mesin pompa air, tetapi modalnya terlalu besar sehingga hasil panen tidak mencukupi,” katanya.

Oleh sebab itu, Nasril memilih untuk tidak menggarap sawahnya, dan menjadi pekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

“Kita sangat berharap sekali kepada pemerintah untuk membangun kembali irigasi ini, sehingga kami petani bisa menggarap lahan sawah kami lagi,” katanya. (*)

Yuhendra/hantaran.co