PENULIS
Yusrawati
Fakultas Kedokteran Unand/MMRS Unisba
Peranan industri pariwisata dalam pembangunan di Sumatera Barat sudah tidak perlu diragukan lagi. Keterbatasan sumber daya alam seperti migas, hasil hutan, ataupun industri manufaktur berskala besar menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor dalam pembangunan daerah ini. Budaya Minang yang didukung oleh kondisi alam yang indah serta penuh dengan nuansa spiritual, membuat Provinsi Sumatera Barat berbeda dari destinasi pariwisata lainnya. Maka, sudah seharusnya sektor pariwisata ini melahirkan peluang baru dan dapat berfungsi sebagai katalisator dalam perkembangan dan menunjang pembangunan berkelanjutan.
Pepatah “hujan batu di negeri sendiri lebih baik dari pada hujan uang di negeri orang” sepertinya tidak berlaku bagi orang sakit. Pasalnya orang yang sudah sakit pasti tidak mau tertimpa batu juga. Saat ini, orang sakit berlomba- lomba memilih perawatan terbaik untuk kondisi kesehatan yang mereka alami. Mereka tidak mau mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk pelayanan yang jelek, tidak profesional bahkan penyembuhan yang kurang optimal. Bila di negeri sendiri tidak ada pelayanan kesehatan yang dapat diandalkan, maka bukan salah mereka bila “meraup uang” atau mencari kebaikan di negeri orang. Mereka lari ke negeri orang untuk mendapat perawatan medis terbaik sekaligus liburan, mereka melakukan medical tourism.
Medical Tourism
Definisi mengenai medical tourism diantaranya adalah; industri medical tourism merupakan industri salah satu wisata yang banyak diminati oleh negara- negara di dunia, dimana industri ini mengutamakan kualitas dan biaya. Hal ini dikarenakan wisatawan tentunya memilih medical tourism dengan kualitas yang baik serta biaya yang mencakup biaya perawatan serta biaya transportasi (Terri, 2017). Medical Tourism merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak penyedia layanan dalam menarik wisatawan dengan cara mempromosikan layanan serta fasilitas layanan kesehatannya disamping wisata regulernya (Goodrich dan Goodrich dalam Peter,2019).
Pariwisata Kesehatan merupakan konsep yang menggabungkan wisata medis dan pariwisata Kesehatan (Peter,2019). Medical Tourism merupakan penawaran pelayananan kesehatan dalam bentuk beberapa jenis pijat, mandi, diet dan olahraga, puasa, serta menampilkan efek terapi, penyembuhan. Jenis perjalanan ini termasuk semua pelayanan termasuk olahraga rekreasi dan pendakian gunung (Cannon Hunter dalam Peter,2019). Hal yang mempengaruhi wisatawan dalam melakukan perjalanan medical tourism adalah dikarenakan biaya, waktu, regulasi, kualitas, pilihan medis dan ketersediaannya, memperoleh kesenangan dan ketersediaan informasi. Setidaknya terdapat dua faktor utama alasan wisatawan melakukan perjalanan medis yaitu faktor pendorong dan faktor penarik (putu dkk, 2015). Medical Tourism merupakan aktivitas wisata dengan motivasi utamanya untuk kesehatan dalam suasana yang menyenangkan dan santai (Tooman dalam Kartika, 2021). Medical tourism merupakan kegiatan wisata yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan memperoleh fasilitas yang dibutuhkan di berbagai tempat untuk memperbaiki, menyembuhkan penyakit atau hanya sekedar menghilangkan kebosanan dari tekanan pekerjaan sehari- hari.
Menurut Cohen (dalam putu, 2015) ada beberapa karakteristik wisatawan medis diantaranya yaitu; medicated tourist, merupakan wisatawan yang tujuan dasarnya untuk berlibur di suatu daerah, akan tetapi karena mengalami suatu insiden sehingga diharuskan untuk melakukan perawatan medis. Medical tourist proper, merupakan wisatawan yang datang ke suatu negara dengan tujuan untuk melakukan pengobatan karena semula memang sakit, kemudian mengambil paket wisata di daerah tersebut setelah sembuh. Vacationing patient, merupakan wisatawan yang datang ke suatu negara untuk melakukan penyembuhan terhadap penyakit yang di deritanya serta dalam fase penyembuhan mereka melakukan kegiatan wisata di negara tersebut; Mere patient, merupakan wisatawan yang datang ke suatu negara dengan tujuan untuk melakukan pengobatan tampa melakukan kunjungan wisata di negara tersebut.
Medical tourism memiliki banyak alias: medical travel, health tourism, health travel, medical value travel, health care abroad, medical overseas, overseas medical, surgery overseas, medical outsourcing dan offshore medical. Medical tourism memiliki arti perjalanan yang dilakukan seseorang ke luar negara tempat tinggalnya untuk mencari perawatan medis. Pasien yang melakukan medical tourism disebut medical tourist. Biasanya medical tourist tidak melakukan perjalanan terlalu jauh dari negara tempat tinggalnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa medical tourism merupakan salah satu bentuk kunjungan yang dilakukan pada suatu daerah dengan tujuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang disertakan pelayanan wisata, dimana dalam pelayanan yang diberikan dalam bentuk paket wisata.
Tujuan paling dekat adalah negara tetangga, sedangkan tujuan terjauh pun adalah negara-negara yang masih dalam satu benua dengan negara tempat tinggalnya. Medical tourist dari benua Asia memfavoritkan China, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Filipina, Taiwan dan Turki sebagai tujuan medical tourism. Sayangnya, Indonesia masih belum menjadi pilihan mereka.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa medical tourism merupakan salah satu bentuk kunjungan yang dilakukan pada suatu daerah dengan tujuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang disertakan pelayanan wisata, dimana dalam pelayanan yang diberikan dalam bentuk paket wisata. Tidak jarang perawatan medis yang dikehendaki para medical tourist sebenarnya tersedia di negara tempat tinggal mereka. Namun karena berbagai alasan, mereka lebih memilih perawatan medis di luar negeri. Ada lima faktor yang menjadi penyebab medical tourist mencari perawatan medis di luar negeri. Kelima faktor tersebut adalah keterjangkauan biaya, ketersediaan jenis perawatan medis, kemudahan mendapat perawatan medis, perawatan medis yang dapat diterima serta alasan tambahan. Keterjangakauan biaya sangat mungkin menjadi alasan utama para pasien mencari perawatan medis ke luar negeri. Misalnya, di Indonesia seorang pasien harus mengeluarkan biaya Rp. 150.000.000 untuk suatu jenis perawatan medis. Bila pasien pergi ke negara tetangga yang menyediakan perawatan sama tapi dengan biaya lebih murah, maka uang yang dikeluarkan pasien tersebut akan bernilai plus plus. Dengan Rp. 150.000.000 itu ia bisa mendapatkan perawatan medis yang baik sekaligus bisa berwisata di negara tujuannya. Sekali mendayung,  dua   tiga   pulau terlampaui. Ketersediaan jenis perawatan medis menjadi alasan kedua seseorang mencari perawatan medis ke luar negeri. Ini memiliki dua pengertian: di negara tempat
tinggal pasien memang tidak ada jenis perawatan yang dicari atau di negara tempat tinggal pasien sebenarnya ada jenis perawatan yang dicari namun pasien tidak mempercayai perawatan tersebut. Kedua pengertian ini menjadi dasar pendorong seseorang pergi ke luar negeri untuk mencari perawatan medis. Kemudahan mendapat perawatan medis membuat pasien berbondong-bondong pergi ke luar negeri. Bila perawatan di negeri sendiri sulit didapat, misalnya karena waktu antrian yang panjang, maka mencari perawatan ke luar akan dipilih sebagai solusi. Perawatan medis yang dapat diterima berarti perawatan tersebut tidak bertentangan dengan pertimbangan pasien. Misalnya pertimbangan agama, pertimbangan politik atau sosial. Bila di negeri sendiri tidak ada perawatan semacam ini, maka pasien tidak akan berpikir panjang untuk lari ke luar negeri. Alasan tambahan yang melatari pasien mencari perawatan ke negara lain dapat bermacam-macam: teknologi perawatan di negara tetangga yang lebih maju, pelayanan di luar negeri yang dirasa lebih profesional dan mungkin alasan untuk sekalian berwisata di negara tetangga.
Selain potensi keuntungan yang akan didapat para medical tourist di negara tujuan, terdapat pula risiko medical tourism yang berpotensi menimpa mereka, disebutkan sekurangnya terdapat enam potensi resiko pelaksanaan medical tourism;1)Asuransi yang tidak mencakup perawatan medis internasional. Asuransi medis dasar yang dimiliki pasien atau asuransi dari pemerintah di negara asal pasien mungkin tidak mencakup perawatan medis internasional. Ini membuat pasien harus membayar biaya tambahan. 2) Efek samping pasca pembedahan. Pada prosedur pembedahan, mungkin saja akan terjadi efek samping pasca pembedahan yang baru diketahui setelah pasien pulang ke negara asal. Untuk menyelesaikan masalah ini, akan cukup merepotkan pasien bila harus kembali lagi ke negara tempatnya mendapat
perawatan. Efek samping itu juga dapat berasal dari obat yang diberikan dokter. Selain itu, biasanya follow up pasca perawatan medis di negara asing cukup rendah. Bila ada permasalaha pasca perawatan yang terjadi, akan sulit ditangani dengan optimal. 3) Bantuan terhadap terjadinya malpraktek. Beberapa negara yang menawarkan prosedur medis yang sangat menarik biasanya hanya membantu sedikit bila terjadi kasus malpraktek pada pasien asing. Jelek-jeleknya bisa dibilang bila pasien tertimpa kasus malpraktek, dia hanya bisa pasrah. 4) Terpapar virus di negara tujuan perawatan medis. Selain membawa oleh-oleh suvenir dari negara tujuan perawatan medis, bila para medical tourist memiliki daya tahan tubuh yang rendah, dia juga dapat membawa pulang virus-virus yang hidup di negara tersebut.
5) Kesenjangan komunikasi. Ketika melakukan medical tourism, seorang medical tourist harus mampu berkomunikasi menggunakan bahasa internasional. Ada kalanya kemampuan berbahasa asing yang dimiliki medical tourist kurang baik sehingga menyulitkan saat berkomunikasi dengan dokter yang menanganinya. 6) Bila komunikasi saja sulit, maka informasi yang didapat medical tourist tersebut tidak akan optimal. Perjalanan panjang, setelah mendapat tindakan pembedahan, seharusnya pasien bersitirahat secara optimal dengan baik di rumah. Namun pasien asing tidak bisa seperti itu. Setelah mendapatkan perawatan medis, khususnya tindakan bedah, pasien asing harus menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk tiba di rumah dan beristirahat dengan optimal.
Dampak Medical Tourism.
Dampak utama dari wisata kesehatannya dapat dilihat dari segi ekonomi, medical tourism memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Dinegara Malaysia, Thailand, Singapura serta India diproyeksi menghasilkan lebih dari US $ 4,4 Miliar per tahun pada tahun 2012 sedangkan di India penerimaan negara yang berasal dari sektor ini diperkirakan sebanyak US $ 2 Miliar pada tahun 2012. Serta Singapura menetapkan target 1 juta pasien asing setiap tahun, dimana pada tahun tersebut sektor medical tourism memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih dari US $ 1,6 Miliar, dan negara Malaysia memperkirakan penghasilan dari kunjungan medical tourism mencapai US $ 590 juta dalam waktu 5 tahun (Heug, Kucukusta and Song dalam Peter,2019). Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa sektor medical tourism memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Oleh karena itu penting bagi Indonesia untuk terus mengembangkan insutri wisata kesehatan di Indonesia melihat bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dengan keindahan alam dan budayanya yang mampu menarik wisatawan mancanegara. Semua aspek yang mendukung medical tourism harus dipersiapkan sebaik-baiknya di Indonesia.
Harapan medical tourism Sumatera Barat
Berkaca dari fenomena medical tourism, Sumatera Barat harus berbenah diri dalam hal pelayanan kesehatan. Selain untuk penduduknya sendiri, Sumatera Barat juga harus siap memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat negara asing. Sumatera Barat sebagai tujuan perawatan medis dapat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan dapat memberi perawatan medis yang cukup murah, berkualitas baik.
Panorama di daerah-daerah Sumatera Barat yang cantik layak dikunjungi oleh medical tourist. Ini potensi besar yang bisa kita olah karena saat ini sudah banyak negara yang menjadikan medical tourism seperti industri nasional. Agar dapat menjadi pilihan para medical tourist, maka penyelenggara layanan kesehatan, aspek pariwisata dan aspek pendukung di Sumatera Barat harus menunjukkan sisi terbaiknya. Satu hal lagi yang lebih menguatkan Sumatera Barat, bahwa Indonesia juga sudah menyediakan layanan kesehatan bernama SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) yang ditetapkan dalam Undang- Undang No. 40 tahun 2004.
Penyelenggara layanan kesehatan di Sumatera Barat bisa bekerja sama dengan agen medical tourism untuk mempromosikan pelayanan terbaik yang dipunyai. Dalam berpromosi, pilihlah agen medical tourism yang baik dan buat kesepakatan untuk menyajikan informasi dengan cara-cara sesuai etika. Bila menginformasikan tentang tindakan- tindakan medis yang bisa didapat oleh para medical tourist, maka agen medical tourism tersebut harus menyampaikan juga detail perawatan medis tersebut, alat-alat yang digunakan dan efek samping yang mungkin mengiringi perawatan tersebut.
Bagi penyelenggara layanan kesehatan, siapkanlah pelayanan paripurna bagi calon medical tourist. Penyelenggara layanan kesehatan bisa membuat paket yang berisi perawatan sekaligus penanganan bila terjadi efek samping perawatan hingga follow up perawatan. Karena medical tourist bertempat tinggal jauh dari lokasi penyelenggara layanan kesehatan, paket konsultasi menggunakan media elektronik pastinya akan sangat bermanfaat. Penyediaan penerjemah dari pihak penyelenggara layanan kesehatan juga akan sangat membantu medical tourist. Penyelenggara layanan kesehatan juga memelukan biaya untuk agen medical tourism yang diajak bekerja sama. Untuk meningkatkan nilai jual dimata internasional, penyelenggaran layanan kesehatan.
Khususnya rumah sakit perlu mendapatkan akreditasi internasional. Dengan akreditasi ini, calon medical tourist menjadi tahu bahwa rumah sakit yang menjadi tujuannya memiliki kualitas layanan kesehatan yang sesuai dengan standar dunia.
Selain persiapan seputar penyelenggaraan layanan kesehatan, persiapan “di luar” itu juga harus diperhatikan sebagaimana rumusan “medical tourism = medical and health services + tourism and travel services + support services”, maka daya tarik Sumatera Barat di sisi pariwisata dan pendukungnya juga perlu ditonjolkan. Misalnya kerajinan khas seperti songket Pandai Sikek, tenunan Silungkang dan, wisata alam di beberapa daerah seperti Lambah Harau, Pantai Padang, Pulau Pentawai atau situs-situs bersejarah yang ada seperti Batu Maling Kundang di Pantai Aia Manih, Lobang Japang, dan lainnya (lihat Foto 1). Perlu dilakukan pembenahan lokasi-lokasi wisata Indonesia yang masih semrawut dan perawatan rutin untuk lokasi- lokasi wisata yang sudah baik dan terkenal di dunia. Beruntung bila di dekat lokasi penyelenggara layanan kesehatan terdapat tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi medical tourist tanpa perlu menggunakan alat transportasi. Bila medical tourist harus menggunakan sarana transportasi, perlu menyiapkan berbagai alternatif sarana transportasi yang terjangkau, aman dan nyaman bagi mereka.
Berdasarkan Data Bank Dunia, dari tahun 2012, Indonesia menghabiskan GDP yang cukup rendah pada pelayanan publik dan private, yakni hanya sebesar 2,7%, dengan rata-rata ASEAN sebesar 3,9%. Kementerian Kesehatan sudah mencanangkan Indonesia sebagai tujuan medical tourism semenjak tahun 2012. Sumatera Barat sebagai salah satu primadona destinasi pariwisata di Indonesia. Terkait dengan kesiapan sarana dan prasarana, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta s i a p menyambut baik untuk melayani medical tourist. Rumah sakit yang dapat melayani medical tourist di Sumatera Barat yakni Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Jamil Padang, RSPH Padang, RSU. C-BMC Padang, RSU. Hermina Padang dan RS. Otak di Bukittinggi (lihat Foto 2).
Pariwisata medis merupakan salah satu bentuk liberalisasi jasa dalam bidang kesehatan. Hal ini berarti dalam jangka waktu dekat, liberalisasi harus disambut dengan sertifikasi sumber daya manusia yang bergerak di bidang kesehatan dan pembangunan sarana pendukung pariwisata medis.
Salah satu kelemahan yang merupakan penyebab bocornya aliran pasien dari Indonesia adalah semakin mudahnya akses ke Singapore dan Malaysia dari berbagai bandara internasional di Indonesia. Untuk itu, kuantitas tenaga kesehatan ini sebaiknya ekuivalen serta memenuhi jumlah pasien. Dengan demikian, jika memang medical tourism menjadi sesuatu yang besar dimasa yang akan datang, seharusnya mulai saat ini pemerintah mengambil langkah yang besar pula untuk mempersiapkan dan menghadapinya sehingga pada akhirnya Indonesia khususnya Sumatera Barat dapat menjadi salah satu tourist receiving countries dan mampu bersaing secara kompetitif.
Medical tourism membutuhkan sinergitas dengan instansi pemerintahan lainnya seperti pemerintah, akademisi, pelaku pariwisata, masyarakat dan media perlu di kembangkan. Pengembangan ini menekankan konsep mutualisme dan kolaborasi yang harus dimulai dan dilaksanakan secara holistik. Jika dilihatdari sisi pemerintah, aspek yang disoroti adalah memberikan dukungan kebijakan kepada akademisi serta pihak swasta. Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai controller bagi pariwisata medis. Sementara itu, pihak swasta mempersiapkan segala sarana dan prasarana, serta juga ikut berpartisipasi aktif sehingga menunjukkan pertumbuhan industri bagi pemerintah. Dukungan akademisi juga sangat penting dalam memberikan saran mengenai arah kebijakan yang sebaiknya ditetapkan pemerintah, serta berperan pula dalam mentransfer teknologi dan pengetahuan bagi pihak swasta. Disamping itu, partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan ini serta media dalam menyebarkan informasi juga menjadi tonggak keberhasilan pengembangan medical tourism .
Berbicara mengenai kegiatan pariwisata, sesuatu yang umumnya terbayang adalah liburan, bepergian atau bersenang-senang di suatu lingkungan yang berbeda untuk menikmati hal baru. Pariwisata kini diakui dan dianggap bukan hanya sebagai produk yang dapat memuaskan wisatawan, tetapi juga peluang bisnis yang untuk selanjutnya bahkan dapat menggerakkan laju perekonomian dari destinasi tersebut. Berdasarkan definisi yang diuraikan, motivasi wisatawan juga tidak lagi hanya sekedar menikmati hal baru tetapi juga meluas untuk tujuan perjalanan bisnisdan profesional.
Seiring dengan perkembangan jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Sumatera Barat, maka peluang-peluang dalam industri pariwisata di Sumatera Barat juga semakin meningkat. Salah satu peluang ini adalah dalam bidang kesehatan, mengingat bahwa kesehatan adalah salah satu kebutuhan utama bagi seluruh umat manusia. Seiring majunya teknologi saat ini masyarakat semakin termotivasi untuk menciptakan produk-produk kesehatan yang berkualitas dan memiliki tingkat kecanggihan tinggi. Jika produk kesehatan ini dikombinasikan dengan sentuhan pariwisata dan dikembangkan di Sumatera Barat, maka sudah tentu segmen industri pariwisata kesehatan ini akan menjadi peluang yang strategis untuk pembangunan pariwisata di Sumatera Barat.
Ekspansi pengembangan pariwisata yang kini menyentuh ke dunia kesehatan juga membuka pintu akan munculnya produk baru di industri pariwisata yakni medical tourism (pariwisata medis). Pariwisata ini menggabungkan paket perjalan wisata, pelayanan hospitality, perawatan medis serta kelihaian para pelakunya dalam berbisnis untuk mengemas, mengelola dan menjual keseluruhannya kepada calon wisatawan.
Medical tourism membawa trend yang sangat menjanjikan ke depannya. Di Asia sendiri, dengan pemeran utama yakni Malaysia, Thailand, India dan Singapura dikatakan akan dapat memegang kendali sekurang- kurangnya 80% dari Asia market share.
Secara umum, hal-hal yang mempengaruhi motivasi wisatawan untuk melakukan jenis perjalanan wisata ini adalah karena biaya, waktu, regulasi, pilihan medis dan kesediaannya, kualitas, memperoleh kesenangan dan ketersediaan informasi. Setidaknya terdapat dua faktor utama sebagai alasan wisatawan untuk akhirnya memilih melakukan pariwisata medis, yakni faktor pendorong dan penarik. Faktor pendorong, antara lain: Tidakadanya beberapa perawatan medis di negaranya; Asuransi kesehatan di negaranya tidak meliputi perawatan medis yang diinginkan. Sedangkan, faktor penarik seperti: destinasi pariwisata medis memberikan operasi cepat dan perawatan medis lainnya; Penawaran harga yang lebih murah termasuk obat dan pemeriksaan; Beberapa prosedur medis tertentu yang hanya dilakukan oleh destinasi pariwisata medis tersebut. Pada hakikatnya pembanguan kesehatan bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Karena itu, untuk menilai pembangunan kesehatan, salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah dengan melihat faktor mana yang lebih ditekankan saat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dalam paradigma sakit (kuratif), penekanan lebih diberikan pada upaya untuk mengobati gangguan penyakit yang muncul, sedangkan paradigma sehat (preventif) lebih menekankan pada upaya apa yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya suatu penyakit.
Melalui perkembangan dan trend pariwisata medis yang terus meningkat merupakan peluang bagi Sumatera Barat sendiri dan menjadi sesuatu yang sangat potensial untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Dengan melihat keberhasilan pariwisata medis di negara- negara tetangga tentu memberi harapan dan peluang bagi Sumatera Barat untuk dapat berkembnag menjadi daerah tujuan wisata medis yang menjadi pilihan wisatawan. tentunya dengan melakukan peningkatan prasarana, sarana, tenaga kesehatan, regulasi dan faktor penunjang lainnya. Serta direncanakan secara menyeluruh agar konsep pengembangan wisata medis ini bisa terwujud.
Wisata Medis merupakan salah satu bentuk wisata yang dilakukan oleh seseorang yang tidak hanya bermaksud untuk berwisata di daerah tujuan akan tetapi juga untuk menjalani sejumlah pengobatan yang sekaligus dapat menikmati wisata. Dalam pelayanan Wisata Medis pihak pariwisata biasanya menyediakan paket-paket yang memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan, biasanya Wisata Medis dijadikan salah satu pilihan pengobatan sekaligus berwisata oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Menurut Heung, Kucukusta & Song (dalam Boedi, 2020) wisata medis yaitu mempromosikan layanan wisata dan layanan Kesehatan sebagai upaya pihak fasilitas atau tujuan wisata dalam menarik wisatawan, yang menekankan pada penyediaan layanan disamping fasilitas wisata regulernya. Van Slipen (Boedi, 2020) memandang pariwisata Kesehatan terdiri dari tiga elemen yakni; Kesehatan sebagai motif utama, menjauh dari rumah, terjadi dalam suasana santai. Zarei & Maleki (Boedi, 2020) tujuan utama dalam Wisata Medis yaitu untuk mendapatkan kebugaran dan kesejahteraan fisik, spiritual maupun psikologis.
Mengenai pariwisata sendiri dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dijelaskan dalam undang-undang tersebut bahwa Wisata Medis merupakan salah satu bentuk pengembangan industry pariwisata yang di padukan dengan pelayanan Kesehatan. Selanjutnya dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2015 tentang Pelayanan Wisata Medis Pasal 1 (2) dijelaskan bahwa wisata medis merupakan perjalanan yang dilakukan ke luar kota atau luar negeri untuk memperoleh pemeriksaan, Tindakan medis, atau pemeriksaan lainnya di rumah sakit.
Wisata Medis merupakan salah satu trend baru yang merupakan dampak dari globalisasi. Perubahan dalam pelayanan oleh globalisasi ini berdampak pada pelayanan medis, menampilkan gaya hidup sehat yang merupakan perubahan gaya hidup, perhatian pada gaya hidup yang terkait dengan penampilan luar yang di satukan dengan keinginan untuk bepergian. Ada beberapa negara yang telah terkanal sebagai tujuan untuk melakukan Wisata Medis diantaranya yaitu; India, Malaysia, Brasil, Thailant, Korea Selatan dan Singapura (Siska, 2019). Negara-negara tetangga dan sekitarnya telah menjadikan Indonesia sebagai pasar wisata medis, hal ini tentunya akan memberikan dampak terhadap hilangnya potensi devisa negara yang dikarenakan banyaknya pasien Indonesia yang melakukan pengobatan mencapai triliunan rupiah (Wiweko dalam Yuli, 2018).
Salah satu negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand dalam memberikan pelayanan Kesehatan kepada pasiennya menawarkan kemudahan dalam mengatur dan memberikan perawatan medis dari awal keberangkatan negara asal hingga pasca perawatan medis , hal ini dilakukan dengan mengatur perjalanan wisata sebelum Kembali ke negara asalnya setelah selesai pengobatan (Yuli, 2018). Daerah Sumatera Barat juga memiliki potensi yang sangat bagus dalam pengembangan wisata medis. Sumatera barat memiliki keindahaan alam, geologis, peninggalan sejarah dan seni budaya. Sehingga tepat untuk mengembangkan wisata yang memadukan antara nature and culture yang berbasiskan keindahan alam dan budaya. Mengenai Wisata Medis di Sumatera Barat Gubernur telah mengimbau untuk segera merumuskan konsep Wisata Medis kepada para pemangku kepentingan kepariwisataan (sumber : Sumbarprov.go.id). dari himbauan ini dapat dilihat bahwa sumatera barat juga telah mempersiapkan diri untuk mengembangkan wisata medis di baerah- daerah yang memiliki potensi wisata yang memiliki keunggulan. Salah satu daerah yang telah menerapkan wisata medis di Sumatera Barat adalah Kota Bukittinggi yaitu RSOMH Bukittinggi yang dikenal dengan HealthTourism(Yankes.Kemenkes.go.id), selanjutnya Kota Padang dengan banyak rumah sakit yang siap melayani.
Kajian Medical Tourism
Medical Tourism bukanlah hal yang baru lagi dalam pariwisata global, beberapa ahli telah banyak merumuskan tentang pengertian medical tourism ini. Dengan kata lain, medical tourism dianggap sebagai bentuk baru bagi industri pariwisata yang merupakan difusi antara kebutuhan suatu individu untuk mendapatkan perawatan kesehatan dengan keinginannya untukberwisata dalam waktu yang bersamaan. Kehadiran ini yang kemudian memunculkan istilah borderless patient dan menjamurnya rumah sakit bertaraf internasional baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Medical Tourism merupakan bagian dari wisata kesehatan, dimana wisata kesehatan itu sendiri terdiri dari dua cabang yaitu medical tourism dan wellnes tourism.
Medical Tourism dengan wellnes tourisam memiliki perbedaan yang mendasar walupun sama-sama terkait dengan kesehatan. Wellnes tourism lebih menekankan pada kegiatan wisata pada tempat-tempat kesehatan dengan upaya untuk menjaga kesehatan serta kebugaran jasmani dan rohani seseorang. Sedangkan medical tourism lebih pada kegiatan pengobatan untuk menyembuhkan suatu penyakit yang disertai dengan kegiatan wisata.
Melihat trend pasar perkembangan Medical Tourism saat ini, Asia merupakan area potensial dalam menarik wisatawan. Peluang yang sangat besar ini, sebaiknya dimanfaatkan oleh Sumatera Barat yang popularitasnya sudah terkenal di mancanegara. Disamping itu, banyak rumah sakit yang mampu melayani dan RSUP Dr. M.Jamil Padang merupakan rumah sakit dengan akreditasi paripurna setaraf dengan akreditasi internasional, merupakan tahap awal sekaligus rintisan bagi kualitas fasilitas pelayanan kesehatan di Sumatera Barat.
Selain popularitas destinasi, fasilitas yang canggih serta modern, Sumatera Barat juga disempurnakan oleh profesionalitas tenaga medisnya. Berdasarkan kualitasedukasi, Universitas di Sumatera Barat mampu melahirkan tenaga medis berkualitas yang bahkan beberapa mahasiswa dari Malaysia dan India ikut mengenyam pendidikan di Sumatera Barat. Keramah-tamahan masyarakatnya juga menjadi nilai tambah dalam mempengaruhi calon wisatawan medis untuk akhirnya memutuskan mendapatkan pelayanan kesehatan di Sumatera Barat.
Dengan demikian, kombinasi antara keindahan daya tarik wisata, profesionalitas sumber daya manusia, serta pelayanan yang hospitable menjadi landasan untuk Sumatera Barat dalam melangkah mewujudkan medical tourism. Tindakan selanjutnya yang harus dilakukan adalah membangun sinergitas dan komitmen dari pemerintah, para pelaku pariwisata, akademisi, para ahli dan masyarakat untuk mengembangkan dan memajukan medical tourism di Sumatera Barat.
Dengan adanya pembenahan total dalam aspek medis, pariwisata dan pendukung, maka bukan tidak mungkin Sumatera Barat akan segera menjadi tujuan medical tourism minimalnya untuk penduduk benua Asia. Kita tidak bisa hanya melarang penduduk Sumatera Barat memilih perawatan medis di negeri orang. Tetapi kita sendiri yang harus berusaha menarik minat penduduk Sumatera Barat untuk memilih perawatan medis di Sumatera Barat.
Bila kita hanya sibuk memandang negara lain yang dijadikan tujuan medical tourism oleh penduduk Sumatera Barat, lama-lama Sumatera Barat yang akan ketinggalan. Sumatera Barat juga layak menjadi tujuan medical tourism, asal ada kemauan untuk berubah lebih baik. (*)
Komentar