PeristiwaSumbarviral

Begini Kata Camat Kronologi Penemuan Dua Korban Tenggelam di Batang Lunang Pesisir Selatan

×

Begini Kata Camat Kronologi Penemuan Dua Korban Tenggelam di Batang Lunang Pesisir Selatan

Sebarkan artikel ini

Pesisir Selatan, hantaran.co – Dua orang pekerja sawit yang hanyut di perairan Batang Lunang, Kecamatan Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), akhirnya ditemukan warga setempat dalam kondisi meninggal dunia.

Sebelumnya, korban atas nama Dani (21) warga Lunang, ditemukan warga mengapung di sungai dekat jembatan kuning areal PT Incasi Raya pada Kamis (16/5) pagi. Jasad korban ditemukan masyarakat pada hari kedelapan pencarian pasca hanyutnya dua orang korban atas nama Dani dan Toni di sungai tersebut.

Selanjutnya, pada Jumat (17/5) sekira pukul 01.00 WIB atau pada hari ke sembilan pencarian ditemukan lagi korban atas nama Toni Hidayat (38) warga Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

Camat Lunang, Sunardi membenarkan informasi penemuan kedua korban tenggelam tersebut. Ia mengatakan, korban atas nama Toni Hidayat merupakan seorang PNS yang bertugas di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

“Iya, jasad korban tadi malam langsung dibawa ke rumah duka. Tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB kami dari pihak kecamatan bersama perangkat nagari dan masyarakat berangkat dua mobil dari Lunang menghadiri acara pelepasan jenazah. Acara pelepasan tadi langsung dihadiri Wakil Bupati Mukomuko Ibu Wasri,” ujar Camat Lunang, Sunardi dihubungi wartawan, Jumat (17/5).

Sunardi mengatakan, korban atas nama Toni diketahui memiliki beberapa hektar lahan sawit peninggalan orang tuanya di Lunang. Biasanya, kata dia, ada adik korban yang menunggu hasil panen tersebut.

“Kebetulan Kamis kemarin merupakan hari libur, maka korban ini langsung pergi ke ladang sawit yang ada di Lunang. Ketika korban hendak mengangkut hasil panen menggunakan perahu, kebetulan air sungai saat itu deras. Akibatnya, sampan yang mereka tumpangi terbalik dan hanyut,” kata Sunardi.

Ia pun menceritakan proses evakuasi terhadap korban berlangsung cukup lama. Sebab, lokasi penemuan jasad korban tersebut sangat jauh dari pemukiman masyarakat, ditambah lagi kondisi jalan yang tidak di aspal.

“Jasad korban pertama kali ditemukan oleh Dwi (30) yang merupakan operator perahu disana. Tidak mungkin jasad korban langsung di evakuasi saat itu. Sementara, warga untuk sampai kesana membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1,5 sampai 2 jam. Jadi, prosesnya agak lambat. Apalagi sungainya agak dalam dan di lokasi tersebut diduga juga banyak buaya,” ucapnya lagi.

Sunardi menyebut, meskipun Tim SAR sudah menghentikan proses pencarian sejak Rabu (15/5) sore, namun dari pihak kecamatan tetap mempersilahkan masyarakat untuk melakukan pencarian. Menurutnya, pihak keluarga korban bersama masyarakat tetap berinisiatif untuk melakukan pencarian terhadap kedua korban.

“Iya, sejak kemarin memang dipinggir sungai itu masih ada warga yang mendirikan tenda dan tidur disana. Kalau malam mereka pakai genset dan ada lampu sorot juga. Maksudnya untuk berjaga-jaga, jika sewaktu-waktu korban mengapung terbawa arus sungai,” tuturnya.

Terkait peristiwa tersebut, ia dari pihak kecamatan mengimbau agar masyarakat yang memiliki kebun sawit di seberang sungai Batang Lunang segera membuat alat penyeberangan yang paling safety. Ia menyarankan agar masyarakat pemilik kebun sawit membangun sebuah jembatan roli untuk mengangkut hasil panen mereka. Sebab, kata dia, diseberang sungai tersebut ada sekitar ratusan ribu hektar lahan sawit masyarakat.

“Karena lokasi diseberang sungai itu merupakan kebun sawit masyarakat, untuk mengeluarkan hasil panen itu memang harus diseberangkan dahulu agar bisa melewati jalan utama yang dibuat oleh PT Incasi Raya. Jadi, harapan kami kepada masyarakat yang memiliki kebun sawit diseberang sana agar bersepakat mendirikan sebuah lori sebagai alat pengangkut barang. Tujuannya, ketika menyeberangi sungai nantinya, hanya barang atau sawit saja yang lewat. Kalaupun seandainya ada musibah atau kecelakaan kerja, itu yang jatuh ke sungai hanya barang saja, tidak orang nya,” katanya.

Sunardi mengatakan, hal itu sangat penting dilakukan mengingat akhir-akhir ini cuaca di Pesisir Selatan sangat tidak menentu dan sering mengakibatkan sungai Batang Lunang meluap.

“Kalau masyarakat menggunakan perahu untuk mengangkut hasil panen sawit nya tentu sangat beresiko. Walaupun sudah di ikat dengan tali, tetap saja perahu itu akan goyang, apalagi ditambah dengan muatan yang berat. Jadi, kami berharap kepada masyarakat pemilik lahan sawit segera mendirikan sebuah peralatan yang safety agar kedepannya tidak ada lagi musibah atau korban jiwa,” ujarnya.