PADANG, Hantaran.co– Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar, Maulana Yusran optimis tingkat hunian hotel meningkat saat libur akhir tahun meskipun peningkatan tersebut tidak akan terlalu tinggi.
“Kami masih optimis terjadi peningkatan, namun presentasenya tidak terlalu tinggi. Untuk libur akhir tahun setiap momentum liburan terjadi peningkatan occupancy (tingkat hunian) hotel. Kita sudah ada beberapa kali liburan, dan memang terjadi pergerakan walaupun pergerakan itu sebenarnya belum terlalu pulih. Tingkat kenaikan occupancy (tingkat hunian) masih kecil sekitar 10-15% dari reguler,” kata Maulana.
Maulana Yusran menyebut tingkat hunian tidak akan terlalu tinggi dikarenakan adanya keputusan mendadak dari pemerintah untuk memangkas masa libur akhir tahun.
“Saat libur panjang kita berharap kenaikan dengan jumlah hari yang cukup panjang. Namun di last minutes (detik-detik akhir) pemerintah mengeluarkan keputusan memangkas libur panjang tersebut. Dan itu dipotong di tengah-tengah,” ucapnya.
Menurutnya, hal itu akan berdampak pada terjadinya pengurangan dari ekspektasi tingkat hunian awal.
“Dari yang awalnya terjadi peningkatan karena libur cukup panjang kemudian di cut di detik-detik terakhir. Tentu yang sudah melakukan pemesanan atau yang berencana booking (memesan) kembali berpikir ulang hingga men-cancel (membatalkan),” sambungnya.
Padahal sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan tersebut PHRI berharap di desember ini terjadi peningkatan hunian.
“Harapan sebelumnya sudah berekspektasi lebih sebelum keluar kebijakan itu, karena peningkatan yang terjadi di masa libur akan drop lagi di weekdays (hari biasa) nya,” kata Maulana lagi.
Ia juga memaparkan jika ada yang bilang peningkatan tingkat hunian meningkat 70-80% hal itu hanya terjadi di hotel bintang 4 yang mana mereka sudah menurunkan harganya hingga 20% an.
Dengan penurunan harga dari hotel bintang 4 tersebut akan berdampak menekan occupancy hotel-hotel di bawahnya.
“Jadi seolah-olah pariwisata sudah recovery 60% padahal jualan mereka juga sudah jual murah juga,” sambungnya.
*Pentingnya Sertifikasi CHSE saat Pandemi
Hal lain yang tidak kalah penting dalam industri perhotelan dan restoran saat pandemi adalah sertifikasi CHSE bagi pelaku usaha.
“Penerapan Sertifikasi CHSE, bagi pelaku usaha itu adalah poin tambahan untuk meyakinkan konsumen. Di masa pandemi sektor hotel dan restoran sangat membutuhkan pergerakan orang sehingga sanagat membutuhkan kepercayaan masyarakat,” kata nya.
Di masa pandemi, Maulana menyebut pelaku usaha akan mengedepankan penerapan protokol kesehatan untuk meyakinkan masyarakat. Sementara sebelum Covid-19 mereka mengedepankan kelebihan, fasilitas untuk mereka tawarkan kepada konsumen.
“Saat pandemi mereka meyakinkan dulu di tempat mereka telah ditetapkan protokol kesehatan. Makanya PHRI sendiri juga membantu anggotanya untuk menerbitkan buku pedoman terkait prokes yang sudah 3x direvisi menyesuaikan dgn keputusan Menkes,” sebutnya.
Kemudian pelaku usaha melakukan dan mengaplikasikan protokol kesehatan yang menjadikan itu sebagai strategi marketing dan bagian promosi mereka di masa pandemi.
Pemerintah melalui Kemenparekraf, kata Maulana juga telah memberikan stimulus berupa pelaksanaan sertifikasi CHSE gratis.
“Sertifikat ini dulu yang menilai independent, jika berhak akan memeproleh sertifikat. Jadi sertifikat ini akan jadi nilai tambah bagi konsumen. Nanti konsumen akan teredukasi sendiri bahwa CHSE ini adalah standar saat berwisata,” katanya.
Maulana menyebut untuk daerah Sumbar persentase pelaku usaha hotel dan restoran yang sudah memperoleh CHSE tidak terlalu banyak.
“Saya kira tidak terlalu banyak. Tapi untuk anggota PHRI sekitar 80-90% sudah memperoleh dari data sekitar 70 hotel,” ucapnya.
Terakhir ia berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mempertimbangkan banyak sektor.
“Oleh karenanya harapannya untuk pemerintah agar dalam mengambil kebijakan mempertimbangkan banyak hal. Jangan sampai kepercayaan publik jadi terancam. Terus tingkatkan fasilitas seperti akses. Challange (tantangan) juga kepada pemerintah untuk mengejar ketinggalan akses. Agar suplai yang ada saat ini tetap bertahan,” tutupnya
(Yesi/Hantaran.co)
Komentar