Pekerja yang di-PHK dan dirumahkan menjadi penyumbang utama dan menjadi penduduk miskin baru. Sementara, kompensasi dari pemerintah tidak serta-merta menghindarkan masyarakat dari potensi miskin, karena nominal yang diterima baru sepersekian persen dari kebutuhan pokok harian.
Prof. Dr. Elfindri, SE, MA
Guru Besar Ekonomi Universitas Andalas
PADANG, hantaran.co — Sejak pandemi Covid-19 ditetapkan pada 11 Maret 2020 oleh Badan Kesehatan Dunian (WHO), Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat jumlah penduduk miskin Sumbar bertambah 20,56 ribu orang hingga September 2020. Menurut pakar, program jaring pengaman sosial (JPS) masih diperlukan agar peningkatan angka kemiskinan bisa ditekan.
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Provinsi Sumbar, Krido Saptono, menjelaskan, pada Maret 2020 jumlah penduduk miskin di Sumbar tercatat sebanyak 344,23 ribu orang atau 6,28 persen dari total penduduk Sumbar yang berada di kisaran total 5,4 juta orang. Sementara itu pada September 2020, jumlah penduduk miskin menjadi 364,79 ribu orang atau 6,56 persen dari total penduduk.
“Persentase penduduk miskin ini mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen poin. BPS melakukan pengukuran dengan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach), di mana kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan,” kata Krido dalam keterangan persnya, Senin (15/2/2021).
Statistisi Ahli Madya itu juga menjelaskan, persentase penduduk miskin di perkotaan Sumbar juga meningkat pada September 2020 dengan 5,22 persen dari seluruh penduduk perkotaan, sedangkan pada Maret 2020 berjumlah 4,97 persen. Begitu pun dengan di perdesaan Sumbar, yang pada Maret 2020 tercatat 7,43 persen dari seluruh penduduk desa, menjadi 7,83 persen pada September 2020.
“Beberapa faktor menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk miskin ini di Sumbar, yang juga terjadi secara nasional. Di antaranya, pertumbuhan negatif pada pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Triwulan III 2020 terhadap Triwulan III 2019,” ujarnya lagi.
Selain itu, sambung Krido, perekonomian Sumbar pada Triwulan III 2020 juga mengalami kontraksi sebesar 2,87 persen terhadap Triwulan III 2019 yang tumbuh sebesar 5,17 persen. Selain itu, selama periode Maret 2020 hingga September 2020, angka inflasi umum di Sumbar juga tercatat negatif dengan -0,08 persen.
Hal tak kalah penting yang ikut menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin, katanya lagi, adalah perubahan harga eceran beberapa komoditas pokok seperti daging sapi, susu kental manis, minyak goreng, tepung terigu, ikan kembung, telur ayam ras, dan daging ayam ras.
“Meski begitu, tetap ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga dalam rentang Maret hingga September 2020 seperti gula pasir dan cabai rawit,” ucapnya lagi.
Di samping itu, BPS Sumbar memaparkan bahwa jika dirata-ratakan, maka satu rumah tangga miskin di Sumbar memiliki 5,20 anggota rumah tangga. Selain itu secara umum, tingkat kedalaman kemiskinan di daerah perdesaan cenderung lebih tinggi ketimbang tingkat kedalaman kemiskinan di daerah perkotaan.
“Ini mengindikasikan bahwa diperlukan usaha lebih besar untuk mengentaskan kemiskinan di perdesaan ketimbang perkotaan. Secara umum, tingkat keparahan kemiskinan di perdesaan juga lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Ini mengindikasikan bahwa di antara penduduk miskin di perdesaan, rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya memiliki ketimpangan yang lebih tinggi,” ucapnya menutup.
PHK dan Pentingnya JPS
Menanggapi peningkatan jumlah penduduk miskin, Guru Besar Ekonomi Universitas Andalas (Unand), Elfindri, kepada Haluan melihat, pertambahan sejak Maret 2020 hingga September 2020 lalu, khususnya di Sumbar, paling banyak disumbangkan dari sektor pekerja formal atau penerima upah yang dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)
“Pekerja yang di-PHK dan yang dirumahkan itu menjadi penyumbang utama. Mereka yang menjadi penduduk miskin baru. Sementara itu untuk pekerja informal, tampak tidak begitu terasa. Sebab, meski sebenarnya sektor pertanian juga tumbuh negatif selama pandemi, tapi angkanya tidak begitu tajam,” kata Elfindri, Senin, (15/2/2021).
Permintaan pasar atau demand, sambungnya, juga menjadi faktor lain yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin selama pandemi. Sebab kata Elfindri, normalnya saat kebutuhan primer sudah terpenuhi, maka masyarakat akan mencoba membeli atau memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.
“Karena perubahan pola demand itu, industri juga menghentikan produksi. Jika produksi berhenti, tentu tenaga kerja juga ada yang diberhentikan atau dirumahkan karena alasan efisiensi,” katanya lagi.
Menurut Elfindri, kompensasi yang diberikan pemerintah selama pandemi dalam bentuk bantuan sosial (bansos), tidak serta-merta dapat menghindarkan masyarakat dari potensi kemiskinan. Sebab, nominal bantuan yang diterima pada faktanya hanya sepersekian persen dari kebutuhan pokok harian masyarakat.
“Memang bisa meningkatkan daya beli, tapi kan tidak begitu tajam. Saat ini, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan pemerintah selain terus menyiapkan program jaring pengaman sosial (JPS) atau social safety net untuk menginjeksi konsumsi masyarakat,” katanya menutup.
Angka Kemiskinan Nasional
Ada pun secara nasional, Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers secara virtual pada hari yang sama menyebutkan, persentase penduduk miskin pada September 2020 tercatat sebesar 10,19 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 270,2 juta jiwa.
“Jumlah penduduk miskin pada September 2020 itu 27,55 juta orang, meningkat 1,13 juta orang sejak Maret 2020,” kata Suhariyanto.
Ada pun persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2020 berjumlah sebesar 7,38 persen, angka tersebut naik menjadi 7,88 persen pada September 2020. Sementara itu persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2020 sebesar 12,82 persen, naik menjadi 13,20 persen pada September 2020.
“Secara nasional, pada September 2020, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,83 orang anggota rumah tangga,” ujarnya lagi. (*)
Riga/hantaran.co
Komentar