Oleh : Naldo Efendi
Wakil Ketua KNPI Kabupaten Dharmasraya
Panji Mursyidan adalah penantang Calon Bupati Dharmasraya petahana Sutan Riska Tuanku Kerajaan dalam Pilkada 2020. Dia rela memangkas karir gemilangnya di Jakarta, demi mewakafkan diri ke kampung halaman.
Kedatangan sosok anak muda yang baru berusia 27 tahun itu, cukup membuat warga Dharmasraya tercengang dan bertanya-tanya, siapakah anak muda yang diminorkan sebagai putra dari Jambi, lalu menyeberang ke Dharmasraya.
Darah putra sulung politisi nasional, Dra Hj Elviana, M. Si, itu memang tumpah di Kota Jambi. Namun, nadi cintanya tertanam di Dharmasraya. Buktinya, Panji rela mematikan setumpuk kepentingan pribadi demi mengabdi di kampung halaman.
Seperti pepatah Minang “Satinggi-tinggi Tabangnyo Bangau, Pulau Juo Ka Kubangan”. Begitu kiasan sosok Panji ternyata anak dan kemanakan asli orang Nagari Ampang Kuranji, Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.
Terseret takdir, Panji lahir dan besar di rantau orang. Namun siapa nyana, dia kerap pulang kampung jauh sebelum langkahnya ke dunia politik dimulai. Paling tidak, sekali dalam setahun, Panji selalu menginjakkan kaki di tanah Dharmasraya.
Panji tumbuh dan besar di pulau Jawa. Dia sempat mengenyam pendidikan TK di Bogor. Kemudian, SD, SMP hingga SMA di Jakarta. Setelah itu, dia meraih gelar sarjana ekonomi dari Institut Perbanas Jakarta.
Lulus sarjana, Panji tak serta melangkah ke arah politik yang sudah berpuluh tahun digeluti ibunya. Dia malah melanjutkan pendidika di Institut Perbanas Jakarta untuk meraih gelar Magister Manajemen (MM).
Dalam masa kuliah magister, Panji berkarir di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dia sempat menjadi staf Departemen Pengawasan Berintegrasi OJK tahun 2017 – 2018. Lalu sebagai staf Grup Kebijakan Sektor Jasa OJK. Namun, dia memilih mundur demi kecintaan tulus untuk Dharmasraya.
Posisinya di OJK menggambarkan dia adalah anak muda yang matang dengan manajemen keuangan. Secara otomatis, dia memahami laju dan pertumbuhan ekonomi sebuah daerah dan bangsa ini secara umumnya.
Hal yang paling menarik dari sosok seorang Panji adalah dia mengimplementasikan ilmu agama yang ditimbanya selama di bangku sekolah. Dia memang bukan seorang santri, namun pemahaman agamanya di atas rata-rata pemuda yang sekolah di bangku SMA pada umumnya.
Hari ini, warga Dharmasraya menilai Panji sosok millenial soleh yang peduli dengan agamanya. Dia selalu menjadi imam salat di rumahnya dan bahkan menjadi khatib Jumat di Masjid-masjid di Dharmasraya.
Pola pendekatan Panji dari masjid ke masjid, surau ke surau, bukanlah bentuk keriaan hati dan menunjukkan diri sebagai seorang yang taat beribadah. Namun, itu bagian dari sebuah kiasan bahwa pemimpin yang layak memimpin daerah di Minangkabau adalah orang-orang yang bisa menjadi imam salat dan taat kepada Sang Khalik.
Agaknya, tidak berlebihan rasanya harapan warga Dharmasraya bermimpi dipimpin pemimpin yang soleh. Sebab, moralitas dan akhlak adalah wujud nyata dari sebuah niat tulus yang terpatri dalam hati. Panji menunjukkan itu. Baginya, implementasi, adab dan moralitas dihadirkan dalam sikap. Tidak sekadar retorika. Dengan demikian, Dharmasraya maju dan beradab mudah digapai. Semoga langkahnya dimudahkan. (**)
Komentar