PADANG, hantaran.co — Tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) Rumah Sakit (RS) penanganan Covid-19 di Sumbar berpotensi semakin tinggi sehingga bagaimana pun perlu segera ditekan. Sebab, hingga saat ini jumlah penambahan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari.
Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) Andani Eka Putra kepada Haluan mengatakan, kesiapan rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumbar saat ini cukup mengkhawatirkan. Terlebih, penambahan kasus positif Covid-19 menyentuh angka 400 sampai 500 orang dalam sehari.
“Banyak hal yang harus kita persiapkan ke depannya, karena jika tidak hati-hati akan menimbulkan kekacauan. Kita mesti waspada dan menghitung kesiapan rumah sakit. Coba bayangkan, RS di Sumbar ini fasilitas kesehatannya tidak merata. Jika kasusnya semakin tidak terkendali, tentu akan gawat. Ini indikasi yang harus diantisipasi,” kata Andani, Rabu (14/7).
Menurut Andani, melihat perkembangan kasus saat ini, maka kondisi rumah sakit di Sumbar berpotensi mengalami kolaps sebagaimana terjadi pada sebagian rumah sakit di Pulau Jawa. Ia pun meminta agar rumah sakit daerah untuk menambah jumlah tempat tidur dalam mengantisipasi penambahan pasien Covid-19.
Selain itu, sambung Andani, hal yang juga harus diperhatikan dari kesiapan rumah sakit adalah jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan (nakes) dalam menghadapi penambahan pasien. Termasuk juga alat medis pendukung, seperti ventilator dan ketersediaan oksigen.
“Selain itu, kita perlu mitigasi logistik, khususnya oksigen, obat, dan Alat Pelindung Diri (APD). Di samping itu, kesiapan tenaga juga harus diutamakan. Dan jangan tinggalkan masalah hulu, tetap sesuai dengan apa yang pernah disampaikan sebelumnya, agar masyarakat tetap taat prokes, sehingga di hilir tidak keteteran,” katanya.
Di samping itu, Andani menambahkan, Pemprov juga perlu menekan jumlah kasus aktif Covid-19 diperkirakan sudah mencapai 5.000 sampai 6.000 kasus. Data Satgas Covid-19 Sumbar per 14 Juli mencatat jumlah kasus aktif sebanyak 6.799 kasus dari jumlah kumulatif sebanyak 58.388 kasus.
Kesiapan RSUD
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy mengatakan, RSUD di setiap kabupaten/Kota diminta untuk menambah jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19, terutama di tiga daerah yang memberlakukan PPKM Darurat. Sehingga bisa mengurangi BOR di rumah sakit rujukan yang saat ini sudah mencapai 70 persen.
Hal tersebut disampaikan Audy saat meninjau kesiapan RSUD Padang Panjang, Rabu (14/7). Menurutnya saat ini BOR di Kota Serambi Mekah tersebut sudah mencapai 90 persen, sehingga ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai daerah yang harus menerapkan PPKM Darurat.
“Salah satu indikator sebuah daerah terkena kebijakan PPKM darurat adalah persentase BOR yang tinggi, karena itu kita minta RSUD untuk menambah jumlah tempat tidur untuk pasien COVID-19 agar BOR-nya kembali turun,” kata Audy.
Menurut Audy tingginya kasus keterisian rumah sakit di Padang Panjang disebabkan oleh lokasi daerah tersebut yang berada di jalur perlintasan provinsi. Sehingga banyak pasien dari luar daerah yang turut di rawat di rumah sakit rujukan di Padang Panjang.
Di samping itu, Audy juga mengingatkan akan ketersediaan pasokan oksigen untuk perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit. Sebab pengiriman oksigen liquid dari Jawa sudah mulai dibatasi, sehingga pihaknya sudah mulai berkoordinasi dengan daerah lain dalam menyuplai ketersediaan oksigen medis.
Sementara itu Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran mengatakan akan menerapkan semaksimal mungkin kebijakan PPKM Darurat, terutama dalam menekan keterisian rumah sakit. Ia pun bertekad agar Padang Panjang bisa segera terlepas dari kebijakan PPKM darurat.
“BOR tadi sudah ada solusi. Kita juga akan tingkatkan capaian vaksinasi agar Padang Panjang bisa secepatnya lepas dari PPKM darurat,” katanya. (*)
Riga/hantaran.co
Komentar