Ia menyampaikan, ada kecenderungan unik selera masyarakat di Sumbar dalam memilih (mengelompokkan) beras. Dicontohkannya, beras nasional dan internasional memiliki ciri ramping dan panjang. Untuk di Sumbar, meski berasnya beras pera, tetapi jika memiliki ciri ramping dan panjang, akan dimasukkan ke kategori 2 oleh masyarakat. Para pedagang juga mempunyai peran dalam mengelompokkan. Ini terjadi pada varietas Batang Piaman yang panjang dan ramping.
“Padahal, Batang Piaman masuk beras bagus. Jadi di Sumbar ini kecenderungannya berasnya tidak terlalu panjang dan tidak juga terlalu pendek, dan bulat. Nah yang disukai itu Beras Solok seperti Anak Daro, 42, dan Sokan,” kata Zen.
Dijelaskannya, Solok dan daerah lain di Sumbar mempunyai perbedaan dari hasil berasnya. Bahkan di Solok tidak semua wilayah yang menghasilkan beras yang bagus. Beras kelas tertinggi di Solok ada di sekitar Nagari Jawi-Jawi dan Talang, karena di lokasi ini iklim dan lingkungan sangat menentukan produktivitas. Bahkan mempengaruhi rasa.
“Iklim daerah sedang itu mempengaruhi produktivtas, intensitas kemarau, jadi mataharinya tinggi sempurna airnya cukup. Tapi perbedaan suhu siang dan malam nyata,” tuturnya.
“Contoh kalau di Nagari Guguak (Kabupaten Solok) malamnya dingin tampak sekali kontrasnya. Sedangkan di Padang tidak jauh perbedaan suhu antara siang dan malamnya. Jadi di malam itu ada perombakan karbohidrat dan gula, sehingga mengakibatkan produktivitas itu tinggi di daerah dataran sedang,”ujarnya lagi.
Ia menyebutkan, iklim juga berpengaruh pada tanaman. Semakin tinggi tanaman, maka semakin tinggi elevasi, dan umurnya semakin panjang. Jika varietas Sokan ditanam di dataran rendah seperti di Kota Padang, maka umurnya hanya 100 hari.Sementara jika ditanam di Jawi-Jawi, bisa mencapai 115 dan 120 hari.
Komentar