PADANG, hantaran.co – Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Universitas Andalas (Unand) menemukan 25 kasus reinfeksi (infeksi ulangan) Covid-19 di Sumbar, yang diduga bukan disebabkan oleh virus yang sama dengan infeksi pertama. Oleh karena itu, dugaan mutasi virus corona di Sumbar patut dicurigai.
Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Unand, Dr. Andani Eka Putra, kepada Haluan. Menurutnya, reinfeksi nyaris mustahil disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang sama. Sebab, saat tubuh terinfeksi Covid-19 untuk pertama kali, maka otomatis sistem imun tubuh akan membentuk sel memori (warning sistem) terhadap virus serupa, agar tidak terinfeksi lagi untuk kedua kalinya.
“Jadi, ketika nanti ada virus yang sama akan menginfeksi, sel memori akan langsung bekerja. Dugaan awal kami, 25 kasus reinfeksi itu adalah terinfeksi oleh varian baru dari virus SARS-CoV-2. InsyaAllah besok (hari ini.red) kami akan memulai pengujian terhadap 90 sampel, termasuk 25 sampel dari kasus reinfeksi ini,” kata Andani, Minggu (17/1).
Pengujian tersebut, kata Andani, membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan dengan menggunakan metode uji Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap sampel virus SARS-CoV-2. Hal itu dilakukan untuk membandingkan dan menganalisa sampel virus SARS-CoV-2 yang muncul pada April-Mei 2020, dengan virus atau kasus positif yang muncul pada Oktober-November 2020.
“Uji WGS ini, kita membaca urutan Nukleotida semua materi genetik virus. InsyaAllah dalam satu bulan ke depan, kita telah mengetahui hasilnya. Apakah varian baru sudah menyebar di Sumbar atau belum. Dari pengujian ini, kita juga bisa mengetahui apakan vaksin yang sudah tersedia kompatibel atau tidak untuk virus yang berkembang di Sumbar,” katanya lagi.
Andani juga menjelaskan, terkait vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat. Tujuan vaksinasi bukan sekadar membentuk antibodi. Lebih dari itu, vaksin juga dapat membentuk sel memori.
“Vaksin itu bukan untuk membentuk antibodi karena antibodi hanya bertahan empat sampai enam bulan. Kalau hanya membentuk antibodi, artinya vaksin kan hanya tahan sampai enam bulan. Ini salah, karena konsep vaksin adalah membentuk sel memori,” katanya lagi.
Menanggapi hal ini, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal, mengatakan, keberadaan mutasi atau varian baru virus Corona penyebab Covid-19 di Sumbar memang masih dugaan awal. Hal ini, ucapnya, masih perlu penelitian lebih lanjut yang menyeluruh.
Menurutnya, sekali pun memang ada varian baru Covid-19, penanganan pandemi di Sumbar tidak akan banyak berubah, di mana penegakan Perda Nomor 6 Tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 tetap akan menjadi ujung tombak.
“Razia-razia dan pengawasan masih terus kami lakukan. Hanya saja memang harus diakui, penerapan protokol di tengah masyarakat sudah mulai longgar,” katanya kepada Haluan, Minggu (17/1).
Ia menyebutkan, penerapan protokol kesehatan sangat bergantung pada kesadaran masyarakat. Pemerintah, ujarnya, bagaimana pun memang memiliki sumber daya terbatas. “Jumlah petugas penegak perda dan jumlah masyarakat Sumbar kan tidak sebanding. Tidak mungkin kami melakukan penindakan secara menyeluruh dan terus-menerus. Dari segi jumlah saja sudah kalah,” katanya lagi.
Oleh karena itu, Kadis Kominfo Sumbar itu kembali mengimbau masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Pasalnya, pandemi Covid-19 belum berakhir. Bahkan, sekali pun vaksin Covid-19 sudah tersedia, bukan berarti bisa membuat masyarakat lengah. “Sekalipun sudah ada vaksin, protokol kesehatan tetap harus diterapkan. Jangan sampai longgar,” katanya. (*)
Hamdani/hantaran.co
Komentar