SOLOK, Hantaran.co—Pesta demokrasi dalam Pemilihan Umum Kepada Daerah (Pilkada) mengajarkan bagaimana mengenal politik yang sehat dan dewasa. Tak hanya bagi kandidat tetapi juga bagi masyarakat.
Hal inilah yang dirasakan, Mikel Candra atau yang disapa Gope. Putra Bukit Sileh, Kabupaten Solok ini bahkan mengaku pernah menjadi (buzzer) yang menyerang Epyardi Asda di media sosial.
Pria yang pernah aktif di bidang kemasyarakatan ini berani jujur mengungkapkan apa yang ia pernah lakukan kepada Epyardi Asda.
“Sebelumnya saya minta maaf kepada Pak Epy. Kalau saya tidak sampaikan ini saya merasa ada beban. Sebelumnya saya pernah menyerang Bapak di media sosial. Saya menganggap bapak orangnya kasar, sombong dan sebagainya. Namun, setelah saya mengenal saya banyak kebaikan dari beliau,”ucap Gope dalam pertemuan dengan Epyardi Asda di Singkarak, Selasa (14/10).
Ia menjelaskan, pernah menyerang Epyardi Asda atau yang kapten itu di media sosial karena faktor politik. Sehingga ia menganggap semua paslon yang bukan ia dukung menjadi lawan politiknya.
“Jadi gini, yang namanya politik kan terkadang ada kepentingan pribadi, atau golongan atau kelompok. Jadi wajar kalau ada yang mengatakan Pak Epy itu kasar dan segala macam, jadi ada kepentingan dibalik itu. Yang mereka menyerang Pak Epy tu kan tim sukses sebelah. Jadi polanya seperti ini, kalau ada kekurangan bapak sedikit, itu akan diperbesar oleh mereka,”ucapnya.
Gope menceritakan, dalam soal kemasyarakatan ia dan seorang temannya bahkan dijuluki Rocky Gerung Bukik Sileh, karena kepeduliannya terhadap kampung, dan aktif mengkritik jika ada yang dianggap salah di nagari tersebut.
“Jadi soal kepedulian dan mengkritik saya bahkan dijuluki Rocky Gerungnya Bukik Sileh. Tapi saat mengenal beliau (Epyardi Asda) semua berbeda. Banyak yang melihat yang kecilnya kekurangan dari Pak Epy itu, tapi menghilangkan besarnya kebaikan Pak Epy. Apalagi saya tau soal visi dan misi beliau bagus dan lawan-lawan politiknya banyak yang menzaliminya,”tutur Gope.
Menurut Gope, di antara Epyardi Asda dengan orang yang menzaliminya, langkah Ketua DPP PAN itu dengan berdiri di tengah masyarakat adalah sikap yang patut diacungi jempol.
“Saya punya moto, kalau ingin membesarkan orang berdirilah di tempat keramaian, karena apa, kalau berdiri di masyarakat (keramaian), jangankan jadi bupati jadi Presiden pun bisa karena dukungan masyaraat tadi,” kata Gope.
Resiko Diancam
Kini, Gope justru mengaku jika ada yang menyerang Epyardi Asda ia yang langsung menanyakan kepada si penyerang.
“Kalau yang menyerang bapak di Sosmed itu saya chat langsung orangnya, saya suruh hijrahlah. Bapak itu tulus. Saya akan tanya apa pernah anda berhadapan dengan Bapak? Kalau saya pernah. saya beberapa kai bertemu beliau. Jadi saya bisa tau yang sebenarnya,” tuturnya.
Gope pun sadar, pilihannya mendukung Epyardi Asda bakal menjadi perhatian bagi lawannya yang berada di tim lain. Bahkan ia mengakui ia mendapat tekanan dan ancaman.
“Jadi ini berbahaya. Ada yang ingin mangarungkan (membuat celaka) saya. Ini resikonya, bahkan teman-teman saya sudah memberitukan ke saya,”ujarnya.
Epyadi Asda yang terkejut mendengar pengakuan Gope tersebut mengaku sudah memaafkannya. Bahkan bagi Epy, setiap orang punya dosa, dan semua orang juga punya masa depan.
“Semua kita punya dosa, saya memaklumi karena adanya keterbatasan komunikasi, kordinasi sehingga ada hal yang tidak tersampaikan dengan baik. Dalam istilah Minang kok sasek di ujuang jalan, baliak ka pangka jalan,” (Kalau tersesat di ujung jalan, balik lagi ke pangkal jalan),”tuturnya.
(Hantaran.co)