Opini

Model Pelatihan Guru Berorientasi Problem Based Learning

×

Model Pelatihan Guru Berorientasi Problem Based Learning

Sebarkan artikel ini
IST

Operianus Mendrofa

Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan

Program Doktor Pascasarjana

Universitas Negeri Padang

Peningkatan kualitas guru merupakan tanggungjawab bersama. Sejak Indonesia merdeka, kurikulum sudah sebelas kali berubah. Hal ini  terjadi karena perkembangan zaman.  Perubahan ini dimulai dari tahun 1947 sampai dengan tahun 2013.

Agar implementasi kurikulum dapat dipahami oleh guru dimasing-masing satuan pendidikan, Pemerintah melaksanakan sosialisasi. Salah satunya adalah BIMTEK kurikulum 2013. Namun hasilnya di beberapa daerah masih kurang maksimal,  hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam membuat perangkat pembelajaran masih rendah.

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru di atas, maka perlu mendesain dan mengembangkan model pelatihan yang dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan guru.Model pelatihan merupakan pedoman bagi praktisi pendidikan dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi program pelatihan. Model pelatihan dikatakan pedoman karena di dalam setiap model pelatihan terdapat langkah-langkah kegiatan yang mengarahkan perilaku stakeholder dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi program pelatihan.

Agar implementasi pelatihan dapat efektif dan efesien, perlu dikembangkan sintaks pembelajaran yang mengarahkan instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran kepada guru. Sintaks pembelajaran akan menjadi pedoman bagi instruktur dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Artikel ini menjelaskan bagaimana menerapkan model pelatihan guru berorientasi problem based learning. Model ini dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perangkat pembelajaran. Model yang dikembangkan didasarkan pada model pelatihan Pusdiklat Depdiknas yang terdiri dari lima langkah yaitu; menganalisis kebutuhan, menentukan strategi pendekatan, mengembangkan pendukung model dan sintaks pembelajaran, implementasi dan evaluasi.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan orang dewasa (Andragogi). Pendekatan ini menjelaskan kepada instruktur dalam membelajarkan guru, dimana pada proses pelaksanaan pelatihan selalu memperhatikan apa yang menjadi pengalaman guru, apa yang menjadi kebutuhan guru, dan memotivasi guru dalam membuat perangkat pembelajaran secara mandiri.

Sintaks pembelajaran terdiri dari tujuh langkah yaitu; mengidentifikasi masalah dalam pembuatan perangkat pembelajaran, merumuskan solusi pemecahan masalah, mengumpulkan sumber belajar, mendesain perangkat pembelajaran, menyelesaikan pembuatan perangkat pembelajaran, mengevaluasi perangkat pembelajaran, dan mempresentasikan perangkat pembelajaran yang telah disusun didepan kelas guna mendapatkan kritikan dan saran dari teman sejawat dan instuktur.

Model ini dikembangkan dengan langkah-langkah ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation). Kegiatan analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan data tentang apa saja yang menjadi kebutuhan guru dalam membuat perangkat pembelajaran. Kegiatan desain dilakukan untuk mendesain langkah-langkah pelatihan, dan langkah-langkah pembelajaran. Kegiatan pengembangan dilakukan untuk mengembangkan model pelatihan dan pendukung model. Kegiatan implementasi adalah melaksanakan pelatihan kepada guru. Kegiatan evaluasi adalah pengambilan keputusan terhadap model yang telah dikembangkan.

Hasil pengembangan model pelatihan guru berorientasi problem based learning setelah diuji cobakan pada guru SMK TKJ yang tersebar di enam sekolah Kota Gunungsitoli menunjukkan bahwa guru dengan mudah memahami cara membuat perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 hasil revisi. Kelebihan model ini; guru lebih aktif dibanding dengan instruktur, guru terlibat dalam pemecahan masalah, memotivasi guru untuk lebih mandiri dalam membuat perangkat pembelajaran.

Model ini dinyatakan praktis dan efektif meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perangkat pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk itu diharapkan kepada praktisi pendidikan, agar dapat menerapkan model ini pada kegiatan pelatihan guru.

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil Disertasi untuk penyelesaian S-3 penulis pada Program Studi Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Padang, dengan tim Promotor; Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed.D., co-Promotor Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd., dan tim Penguji; Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc., Dr. Darmansyah, M.Pd, dan Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. (Penguji Eksternal dari UNY). (*)