Kasus Aborsi Ilegal di Padang, Psikolog dan Sosiolog: Bukti Kemerosotan Moral

polresta padang bongkar makam janin

Ilustrasi janin dalam perut

PADANG, Hantaran.co – Psikolog Klinis, Septi Mayang Sarry menyayangkan kasus peredaran obat aborsi ilegal dan praktiknya di Kota Padang yang sudah berlangsung sejak 2018.

Mayang sapaan akrabnya, menilai telah terjadinya dekadensi (kemerosotan) moral pada generasi muda hari ini.

“Kasus ini tentunya menjadi bukti nyata adanya kemerosotan moral yang terjadi di kalangan generasi muda. Realita yang terjadi di masyarakat menyiratkan pergaulan yang bisa dikatakan bebas antar lawan jenis kian marak. Apalagi didukung oleh tidak adanya kontrol langsung dari keluarga,” kata Mayang kepada Hantaran.co, Jumat (19/2).

Namun ia menyebut, seharusnya hal ini juga bisa menjadi kontrol sosial oleh masyarakat setempat ataupun tetangga.

Menurut psikolog yang juga akademisi di Universitas Andalas ini, banyak faktor yang melatarbelakangi fenomena tersebut.

Banyaknya konsumen yang menolak untuk memiliki anak, dikatakannya dipengaruhi oleh berbagai alasan.

“Namun pastinya alasan utamanya adalah untuk menghindari rasa malu, yang dengan adanya kehamilan membuat aib pada keluarga,” ucap Mayang.

Pemicu lainnya, sambungnya karena kebablasan pergaulan sehingga terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
Disamping itu berkurangnya menjaga adab dalam bergaul antar jenis, kontrol keluarga yang lemah juga turut berperan.

Mayang menjelaskan beberapa upaya dapat dilakukan sebagai langkah antisipatif.

“Tentunya selain pemahaman akan makna agama, kontrol dari orangtua sangat penting terutama jika anak jauh dari jangkauan orang tua. Berapa pun usia anak sejauh anak itu belum menikah tentu masih menjadi tanggung jawab orang tua,” tuturnya.

Ditambahkannya, pengawasan dari lingkungan sosial juga harus difungsikan kembali.

“Upaya lainnya tentu perlunya pendidikan seksual kepada remaja yang akan dampak pergaulan bebas. Agar remaja menyadari bahwa aborsi bukan merupakan solusi yang efektif untuk menghindari aib. Memang hal yang sangat diperlukan adalah pencegahan agar bisa menjaga adab dalam bergaul,” katanya lagi.

Senada dengan itu, sosiolog yang juga akademisi di Universitas Andalas, Dwiyanti Hanandini menilai gaya hidup remaja zaman now sudah sangat bebas.

Hanandini mencontohkan, saat pandemi kafe-kafe yang kenjadi tempat awal mula pergaulan remaja dimulai, masih sangat ramai.

“Lihat sjaa contohnya kafe-kafe yabgtumbuh subur seperti di pinggir-pinggir pantai dan kawasan Muaro, pengawasannya masih kurang ketat. Padahal disini pergaulan remaja bermula, karena banyak yang keluar malam, dan ujungnya berpotensi melakukan kegiatan menyimpang,” ucapnya.

Ia menjelaskan, interaksi yang berawal saat berkumpul di kafe-kafe, bisa memberikan pengalaman yang positif dan negatif bagi generasi muda.

Ia menyimpulkan, hal yang paling penting diperhatikan untuk mengantisipasi kondisi ini adalah kontrol keluarga.

“Kontrol keluarga harus yang paling utama, jangan sampai keluarga percaya saja dengan anak-anaknya. Kemanapun mereka pergi atau keluar rumah harus ditanya, pulang jangan malam-malam, keluarga harus kenal dengan siapa kawan-kawan anaknya,” ujarnya.

Selain itu, bagi masyarakat bebas, ia mengimbau untuk tidak dengan mudahnya membeli obat-obatan tanpa resep dokter.

“Masyarakat umum juga jangan terlalu mudahnya membeli obat-obatan di toko obat,” kata dia.

(Yesi/Hantaran.co)

Exit mobile version