Desa Terindah di Dunia, Keindahan Pariangan Jangan Terhalang Kabut Anggaran

Daerah

DESTINASI POTENSIAL—Presiden RI Joko Widodo (tengah) saat berkunjung ke Nagari Tuo Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, pada 2018 lalu. Dana penunjukan langsung Rp50 miliar dari Presiden yang belum terealisasi, diyakini akan meroketkan jumlah wisatawan ke salah satu desa terindah di dunia tersebut. IST/TANAHDATAR.GO.ID

LAPORAN : FERI MAULANA

Pesona Nagari Tuo Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, memang tak terbantahkan. Areal pertanian yang hijau ranum ikut menegaskan kesan dan pesan damai dari para warga yang berdiam di rumah-rumah yang sebagian besar dipertahankan bentuk aslinya. Bentangan alam itu pula yang menjadi alasan media wisata sekelas Travel Budget yang berbasis di New York, mendapuk Pariangan sebagai salah satu desa terindah di dunia pada 2012.

Sejak penetapan itu, Nagari Tuo Pariangan pun menyita perhatian banyak wisatawan, terutama mereka yang menagendakan perjalanan ke Ranah Minang. Sejak 2018 tercatat, ratusan ribu wisatawan mampir ke nagari asri tersebut. Ribuan di antaranya wisatawan mancanegara (wisman).

Ketua Komunitas Adat Nagari Tuo Pariangan, Irwan Malin Basa, kepada Haluan mengakui, terpilihnya Pariangan sebagai salah satu desa terindah versi majalah wisata ternama, menjadi anugerah tersendiri bagi warga di nagari tersebut. Meski hingga kini baru mendapat sentuhan pengembangan yang “ala kadar”, nyatanya warga setempat tetap bersyukur.

“Jelas menjadi kebanggaan tersendiri saat keindahan nagari kami di Lereng Gunung Marapi ini disandingkan dengan keindahan Desa Wengen di Swiss, Desa Eze di Prancis, Niagara on The Lake di Kanada, hingga Desa Cesky Krumlov di Republik Ceko,” kata Irwan Malin Basa, Rabu (10/2).

Terlebih pada helat Hari Pers Nasional (HPN) di Sumbar pada 2018 lalu, kata Irwan, Presiden RI Joko Widodo sempat mampir untuk merasakan sendiri kesejukan udara serta keindahan bentangan desa di Nagari Pariangan. Bahkan, Presiden saat itu juga memutuskan alokasi anggaran direktif hingga Rp50 miliar untuk pengembangan desa wisata Pariangan.

Irwan mengakui, sejak kunjungan Presiden tiga tahun lalu, Nagari Pariangan mulai jadi magnet kunjungan bagi wisatawan. Tercatat sepanjang 2018, Pariangan kedatangan 244.334 wisatawan, di mana 1.057 di antaranya adalah wisman. Kemudian pada 2019, kedatangan 245.391 wisatawan, termasuk di dalamnya 406 wisman.

“Karena Covid-19, sepanjang 2020 total hanya 41.665 wisatawan, yang 207 orang di antaranya wisatawan asing. Menurun tajam jika dibanding sebelum Covid-19, yang rata-rata 3.400-an kunjungan wisatawan setiap bulannya,” katanya lagi. 

Meski kunjungan menurun, Irwan menilai warga Pariangan dan sekitarnya tetap bersyukur. Sebab, nagari tersebut sudah mulai dilirik hingga akhirnya masuk dalam 12 destinasi wisata utama Kabupaten Tanah Datar. Meski memang, tidak masuk dalam daftar sepuluh destinasi wisata prioritas nasional, yang pengembangannya tengah digalakkan oleh pemerintah.

Di sisi lain, Irwan juga membayangkan Pariangan akan semakin berkembang sebagai destinasi wisata utama di Sumbar, dan bahkan Indonesia, jika saja anggaran penetapan senilai Rp50 miliar yang ditetapkan oleh Presiden segera direaliasikan untuk membangun Pariangan yang “lebih menjual”.

“Yang saya tahu, realisasi progres anggaran yang diperintahkan Presiden itu mengalami hambatan, sehingga kabarnya baru tahun ini akan mulai dikucurkan. Tiga tahun setelah Presiden memberi perintah. Kalau tidak salah, Detail Engineering Design (DED)-nya telah selesai akhir 2020,” ujarnya lagi.

DED tersebut, kata Irwan, merangkum rencana pembangunan beberapa item penunjang wisata Nagari Tuo Pariangan yang terdiri dari, rest area, pemandian air panas, Masjid Tuo, gelanggang pertunjukan, Kuburan Panjang Tantejo Burhano, kawasan Guguak, Puncak Mortir, Tanjung Indah, dan Puncak Kawa. DED itu kabarnya juga telah memeroleh izin untuk dibangun.

“Kami lihat Pemkab dan Pemprov kurang serius mengurusnya. Aneh rasanya jika saat rapat perencanaan, masih banyak perdebatan. PPTK ingin seperti Ini, Pemda lain pula maunya. Masalah warna bangunan saja juga diperdebatkan. Mestinya, jika ingin jadi wisata ini berkelas dunia, tentu perhatian dan manajemennya juga harus kelas dunia,” ucap Irwan lagi.

Oleh karena, sambung Irwan, warga berharap agar pengembangan destinasi Pariangan bisa dikebut oleh Bupati dan Wakil Bupati Tanah Datar yang baru. Selain pengembangan, warga juga berharap bisa lebih mendapatkan manfaat ekonomis, lewat pembinaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) penunjang kepariwisataan, serta mendapatkan edukasi terkait kesadaran wisata.

“Sejauh ini sudah ada beberapa spot penunjang kepariwisataan yang telah dibangun Pemda bersama kelompok peduli wisata di Pariangan, seperti satu unit musala dan beberapa unit toilet,” kata Irwan yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen itu menutup.

Dari sisi kepemerintahan, Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Tanah Datar Abdul Hakim, didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata Efrison menyebutkan, untuk pengembangan destinasi Pariangan, rencananya tahun ini akan dimulai dengan anggaran awal yang telah disetujui senilai Rp12 miliar.

“Anggaran ini untuk pembangunan dan rehab sarana prasarana (sarpras) pariwisata Pariangan. Selain itu, home industry juga dibutuhkan, karena banyak yang bisa diberdayakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Abdul Hakim.

Secara menyeluruh di Kabupaten Tanah Datar, sambungnya, terdapat 176 destinasi wisata, di mana 12 destinasi di antaranya masuk kategori utama atau top destination. Di antaranya, Istano Basa Pagaruyung, Nagari Tuo Pariangan, Panorama Puncak Pato, Panorama Tabek Patah, Danau Singkarak, Lembah Anai, Batu Angkek-Angkek, Puncak Aua Sarumpun, Air  Hangat Padang Ganting, Pandai Sikek, dan Pacu Jawi.

“Seluruh objek itu telah menampung sekitar 1.260 tenaga kerja. Ada sebagai pengelola objek wisata, di perhotelan, rumah makan, fotografer, perdagangan, dan lain sebagainya,” kata Abdul Hakim lagi.

Sementara itu khusus untuk Pariangan, Kabid Pariwisata Efrison menambahkan, anggaran penunjukan langsung dari Presiden Jokowi sebesar Rp50 miliar selama ini memang belum bisa terlaksana karena masalah aset, sehingga baru sampai pada tahap penyusunan DED master plan serta DED Revitalisasi Nagari Pariangan.

“Kita berharap tahun ini bisa cair Rp12 miliar. Bahkan kalau bisa ada tambahannya. Semoga dalam tiga tahun ke depan anggaran Rp50 miliar itu bisa kita realisasikan ke Pariangan,” kata Efrison menutup. (*)

Exit mobile version