Belajar dari Catatan Gempa Bengkulu dan Mentawai

Gempa

Guncangan kuat gempa 6,0 Magnitudo (M) dirasakan warga Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu pada Selasa (3/8) pagi pukul 05.48 WIB. IST

JAKARTA, hantaran.co — Dengan diguncanganya dua kali gempa pada Selasa (3/8/2021), menambah panjang catatan gempa yang terjadi di wilayah Bengkulu. BNPB mencatat beberapa kali gempa di wilayah Bengkulu yang menyebabkan kerusakan rumah warga hingga korban luka-luka. Salah satunya gempa Bengkulu 6 Desember 2017 menyebabkan kerusakan 247 rumah warga. Gempa M5,1 dan berkedalaman 10 km ini juga menyebabkan 1 warga luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D, mengatakan, belum lama ini warga Kabupaten Mukomuko juga merasakan guncangan kuat saat gempa bermagnitudo (M) 5,0 terjadi. Fenomena gempa berlangsung pada Minggu malam (27/6), pukul 22.56 WIB. BPBD Kabupaten Mukomuko melaporkan gempa M5,0 ini membuat panik warga setempat hingga keluar rumah.

Sejarah juga mencatat gempabumi besar berkekuatan M 7,2 pernah mengguncang wilayah Kepulauan Mentawai pada 25 Oktober 2010, pukul 21:42 WIB. Gempa berlangsung sekitar 30 detik. Gempa juga memicu tsunami dengan ketinggian gelombang bervariasi antara 1 hingga 15 meter yang menerjang kawasan Kepulauan Pagai-Mentawai.

“BNPB mencatat gempa dan tsunami Mentawai 2010 menelan lebih dari 400 korban jiwa dan 15 ribu warga harus mengungsi. Dasyatnya tsunami menyebabkan pulau-pulau kecil yang berada di barat Pagai Selatan luluh lantak. Pulau Saumang Kecil, misalnya, terpenggal akibat terjangan tsunami tersebut. Adapun vegetasi pantai, seperti kelapa berikut pasirnya, hanyut dibawa tsunami. Dengan sejarah kejadian kelam gempabumi dan tsunami ini berdampak secara psikologis warga sekitar yang membuat kepanikan saat gempabumi kembali terjadi di wilayahnya,” katanya.

Namun demikian, menyikapi kejadian gempa yang kerap terjadi, BNPB mengimbau masyarakat Bengkulu, Kepulauan Mentawai dan sekitarnya untuk tidak panik ketika bencana terjadi. Selalu siap siaga dan waspada adalah hal yang paling penting. Korban jiwa tidak diakibatkan oleh peristiwa gempa namun reruntuhan bangunan.

Di sisi lain, kerusakan rumah warga dapat dipicu oleh faktor struktur rumah tanpa memperhatikan kaidah bangunan tahan gempa. Berbagai upaya kesiapsiagaan akan membantu menekan jatuhnya korban jiwa maupun kerugian materil. Sementara itu, mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpul sangat penting bagi warga yang rentan bahaya tsunami. 

“Masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi inaRISK untuk melihat potensi ancaman bahaya di sekitarnya. Kabupaten Mukomuko terindentifikasi memiliki 15 kecamatan dengan potensi gempabumi pada kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak lebih dari 170 ribu warga berada pada potensi ancaman bahaya di sejumlah kecamatan tersebut,” ujarnya.

Sementara Kepulauan Mentawai terindentifikasi memiliki 1 kecamatan pada kategori sedang hingga tinggi dengan lebih dari 85 ribu warga terpapar potensi ancaman bahaya gempabumi. Kemudian dari sisi kajian risiko bencana tsunami, Mentawai memiliki sebanyak 6 kecamatan pada risiko sedang hingga tinggi dengan lebih dari 28 ribu warga terpapar. (*)

hantaran.co

Exit mobile version