Berita

53 Perlintasan KA Liar Ditutup

×

53 Perlintasan KA Liar Ditutup

Sebarkan artikel ini
Perlintasan
Kepala Divre II Sumbar, Insan Kesuma. IST

 PADANG, hantaran.co — Sepanjang 2020, PT KAI (Persero) Divisi Regional (Divre) II Sumatera Barat telah menutup sebanyak 53 perlintasan sebidang liar di sepanjang jalur kereta api (KA) di Sumbar. Hal ini dilakukan untuk menekan angka kecelakaan di perlintasan sebidang yang terbilang masih cukup tinggi.

Kepala Divre II Sumbar, Insan Kesuma, mengatakan, penutupan perlintasan sebidang liar merupakan bagian dari upaya PT KAI untuk menjamin keselamatan perjalanan KA dan pengguna jalan raya.

“Lantaran kesdaran pengguna jalan raya yang masih sangat rendah, menyebabkan seringnya terjadi kecelakaan di perlintasan KA. Oleh sebab itu, mau tak mau, kami harus menutup perlintasan-perlintasan liar yang memang dinilai rawan. Bahkan hari ini (kemarin, red) saja, kami telah menutup tiga perlintasan liar,” katanya saat dikunjungi Haluan di kantornya, Selasa (29/12/2020).

Tak dengan menutup perlintasan liar, PT KAI juga terus mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk memperbanyak rambu-rambu di perlintasan-perlintasan sebidang. Di samping itu, pemda juga diminta membangun polisi tidur atau garis kejut sebelum perlintasan. Tujuannya, agar memberikan efek kejut, dan membuat pengendara berhenti sejenak sebelum melewati perlintasan KA.

Ia menambahkan, rambu yang dibangun tersebut juga mesti jelas dan ditempatkan di lokasi-lokasi strategis. Sehingga, dapat dilihat oleh pengendara, bahkan sekalipun di malam hari.

“Jangan malah dibangun dibalik pohon atau tempat-tempat tersembunyi. Nantinya malah tidak kelihatan jelas oleh pengendara, apalagi saat malam hari. Walaupun bukan jam operasional, bukan berarti tidak ada KA yang melintas saat malam hari. Ada juga KA yang lewat, entah itu untuk perawatan rel ataupun untuk membawa gerbong tau lokomotif yang bermasalah,” katanya.

Di samping menutup perlintasan liar, berbagai hal terus dilakukan PT KAI untuk kembali menggiatkan transportasi KA di Sumbar. Salah satunya, yang tengah berjalan saat ini, adalah merekondisi jalur KA relasi Duku-Pariaman sepanjang 41 km.

Rekondisi jalur KA tersebut dilakukan dengan mengganti seluruh komponen, mulai dari rel, bantalan, hingga penambahan batu-batu kerikil. Dengan rekondisi ini, diperkirakan KA dapat melaju hingga 80 km per jam.

“Bantalannya dinaikkan, batu-batu kerikil ditambah, dan relnya diganti dari rel tipe R42 menjadi tipe R54. Tujuannya, untuk meningkatkan kestabilan laju KA. Kalau sudah direkondisi, kecepatan KA menjadi meningkat hingga 80 km per jam,” katanya.

Selain itu, PT KAI juga telah menyelesaikan kajian pembangunan jalur KA hingga Sungai Limau sepanjang 5-6 km. Sungai Limau sendiri diproyeksikan menjadi pemberhentian terakhir relasi KA Padang-Pariaman-Naras.

“Kami sudah menyelesaikan kajiannya. Tinggal 2021 mendatang, dibuat rancangan anggarannya. Mungkin 2022 sudah bisa dimulai pembangunannya,” ujar Insan.

Lebih jauh, ia menyebut, transportasi kereta api di Sumbar sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar. Terlebih, KA dinilai dapat menjadi solusi berbagai problem transportasi darat, bahkan ekonomi di Sumbar.

Ia menyebut, dari total 300 km jalur KA di Sumbar, baru sekitar 60 km yang telah beroperasi. Selebihnya, tentu saja, masih harus direaktivasi. “Sayangnya anggaran untuk itu juga tidak sedikit. Bahkan untuk perbaikan atau rekondisi saja, per 1 km jalur KA bisa memakan anggaran hingga Rp7 miliar,” kata Insan.

Kendati demikian, ia tetap berharap, seluruh jalur KA di Sumbar dapat kembali dihidupkan. KA, bagaimanapun, adalah solusi transportasi masa depan, seperti yang telah dibuktikan oleh banyak negara maju di dunia.

Tak hanya sebagai solusi transportasi, KA menurutnya juga dapat menjadi penunjang sektor pariwisata di Sumbar. Ia mencontohkan jalur KA menuju Bukittinggi, yang melewati berbagai spot yang amat indah, yang akan memanjakan mata para wisatawan yang berkunjung ke Sumbar.

“Saat pertama kali ke sana, saya langsung kepikiran dengan Swiss. Saya berasa seolah sedang berada di Swiss. Indah sekali. Ada gunungnya, ada lembahnya. Bahkan jalurnya juga memutari Danau Singkarak. Bayangkan, kalau jalur itu aktif kembali. pasti akan menarik banyak wisatawan,” katanya. (*)

Hamdani/hantaran.co