YAZID HAMDI, Tekun Berlatih Sedari Kecil, di Panggung MTQ Menuai Hasil

Juara

Yazid Hamdi. IST

OLEH : Fajriatul Fuadi

Umur Yazid Hamdi masih 13 tahun, dan masih duduk di bangku kelas 2 tingkat tsanawiyah di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang, Kabupaten Agam. Namun, kecintaannya kepada Alquran sedari kecil, telah membentuknya jadi remaja yang tekun mendalami ilmu tilawah, dan berbuah bingkisan Juara 1 MTQ Nasional untuk Sumbar.

Remaja asli Bukik Batabuah, Kabupaten Agam itu bercerita kepada Haluan, perjalanannya ke tangga puncak prestasi pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXVIII yang dihelat di Sumbar pada 12 hingga 21 November 2020 itu, berawal dari kebiasaan menghabiskan masa kecil dengan bermain.

“Saat kecil saya memang sukanya main-main sepulang SD. Waktu kelas 4, ibu membawa Yazid pergi belajar ngaji irama (tilawah) ke Yayasan Yadul A’la. Dari situ Yazid terus berlatih. Dua kali dalam seminggu selalu diantar ayah ke yayasan,” kata Yazid dengan nada lugu, Kamis (17/12/2020), didampingi Wakil Rais Aam MTI Canduang, Dr. Zulkifli, MA.

Yayasan Yadul A’la yang berada di Simpang Bukik, Bukik Batabuah, Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam itu didirikan oleh ulama setempat, Buya Ridwan Suhaili. Di yayasan itulah, Yazid terus mengasah kemampuan mengaji irama, khususnya di bawah bimbingan Ustadzah Murniza yang juga memberikan kelas tambahan baginya di rumah.

Yazid mengakui, dukungan penuh dari kedua orang tuanya, Thosnizar dan Andawarnairis, sangat berpengaruh dalam menumbuhkan kecintaannya terhadap Al-Qur’an melalui ketekunan bejalar tilawah. Dari tujuh hari waktu sepekan, empat hari ia gunakan untuk belajar tilawah. “Empat hari di yayasan, empat hari di rumah Ustadzah Murniza,” katanya.

Sayangnya sejak beberapa waktu terakhir, aku Yazid lagi, yayasan tempat ia mengaji irama tidak begitu aktif lagi. Ia pun mengaku tidak mengetahui persis penyebabnya. Sehingga, Yazid jadi lebih sering berlatih ke rumah gurunya di Batu Taba, bahkan hingga menjelang masuk pemusatan pelatihan untuk MTQ.

Di bawah bimbingan sang guru, Yazid mulai didaftarkan untuk mengikuti berbagai macam perlombaan sejak tingkat bawah hingga tingkat provinsi. Meski tak selalu meraih juara, rutinitas tampil di berbagai kompetisi itu dengan sendirinya membentuk mental remaja itu saat mengaji merdu di depan khalayak.

Usai menamatkan sekolah dasar, Yazid pun melanjutkan pendidikan Pondok Pesantren MTI Canduang-Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli. Di sini, Yazid terus mengembangkan bakatnya pada bidang tilawah, dengan lebih giat berlatih dan mengikuti berbagai macam perlombaan.

“Awalnya tingkat kabupaten, lalu tingkat provinsi di Kota Solok dan berhasil juara 1, sehingga boleh ikut seleksi untuk MTQ Nasional. Alhamdulillah, Yazid terpilih. Sebelumnya, juga ikut Seleksi Tilawah Quran (STQ) di Pontianak pada 2019, tapi tidak menang karena kurang fokus sehingga sempat salah membaca ayat,” ujar Yazid.

Meski sempat mengalami kegagalan pada beberapa ajang perlombaan, Yazid mengaku tak pernah surut untuk terus giat berlatih. Berbekal raihan Juara 1 tingkat provinsi sehingga berhak ikut seleksi menuju MTQ Nasional XXVIII, Yazid pun meraih impian menjadi bagian dari anggota kafilah Sumatera Barat.

Tak tanggung-tanggung, pada kesempatan pertamanya pada kejuaraan Tilawah paling bergengsi itu, Yazid mampu membuktikan diri lewat raihan Juara 1 pada Cabang Tilawah Quran tingkat anak-anak. Sehingga, di usianya yang masih sangat belia, Yazid telah berhasil membingkiskan hadiah istimewa bagi masyarakat Sumbar

“Untuk persiapan menjelang MTQ Nasional itu, lamanya sekitara dua tahun. Satu tahun pemusatan pelatihan di Bukittinggi, selebihnya pemusatan latihan di Kota Padang di bawah bimbingan pelatih Ustad Suhardi di Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Sumbar,”  tutur Yazid.

Yazid pun mengaku hampir tak percaya saat namanya diumumkan sebagai peraih juara 1 pada cabang yang ia ikuti, sehingga ikut menambah perbendaharaan medali Sumbar sebagai tuan rumah, yang kemudian diumumkan Dewan Hakim sebagai Juara Umum MTQ Nasional di rumah sendiri.

“Tentu saja Yazid senang dan bersyukur bisa memberikan yang terbaik bagi Sumbar, bagi keluarga, bagi LPTQ Sumbar, bagi MTI Canduang, bagi Kabupaten Agam, bagi yayasan Yadul A’la, dan bagi para guru dan pelatih Yazid. Orang tua Yazid juga sangat bangga atas capaian di MTQ Nasional ini. Alhamdulillah,” katanya lagi.

Namun untuk ke depan, karena faktor umur yang semakin bertambah, Yazid tak lagi punya peluang tampil mewakili Sumbar pada Cabang Tilawah Quran tingkat anak-anak. Oleh karena itu, ke depan ia akan terus berlatih dan menambah hapalan Alquran agar bisa mengikuti cabang tingkat selanjutnya.

“Untuk cabang yang sama mungkin Yazid tidak bisa lagi, tapi ada peluang untuk Cabang Satu Juz Tilawah. Oleh sebab itu Yazid sekarang lagi giat menghafal Alquran. Alhamdulillah sekarang sudah banyak tambahan hapalan. Jika memang ada kesempatan, InsyaAllah nanti ikut seleksi lagi,” katanya menutup. (*)

Exit mobile version