Tradisi Bantai Adat di Nagari Koto Tangah Kelurahan Balai Gadang

Tradisi Bantai Adat

Ilutrasi


Oleh: Dedi Setiawan

(Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andala)

Bantai adat, jika kita analisa dari namanya mungkin jelaslah terdengar tidak sopan dan tidak relavan, serta bisa disebut sangat ekstrim. Bagaimana tidak, kata “Bantai Adat” tidaklah diartikan sebagai sesuatu kegiatan yang mana melakukan peyembelihan dan pemotongan atau pembunuhan terhadap adat.

Akan tetapi, kata bantai disini diartikan sebagai suatu kegiatan penyembelihan terhadap hewan, biasanya hewan yang disembelih atau dibantai itu adalah sapi atau kerbau.

Kata adat menurut pengertian umum adalah aturan, cara, kebiasaan, maupun wujud gagasan kebudayaan yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dahulu. Bagi masyarakat Minangkabau, adat merupakan aturan-aturan yang berlandasan pada kebiasaan masyarakat Minangkabau sejak dahulu kala.

Kebiasaan yang dimaksud adalah perilaku masyarakat Minangkabu yang selalu bermusyarawah dan bermufakat dalam memutuskan segala sesuatunya.

Seperti yang dikatakan dalam pepatah “bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mupakat” yang aratinya segala sesuatu yang ada pada adat adalah hasil dari keputusan bersama melalui musyawarah dan mufakat.

Maka dari oleh itu, jika dihubungkan dengan kata bantai adat ialah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara turun-temurun dan telah menjadi tradisi yang melekat pada masayarkatnya dan kegiatan bantai adat ini merupakan kegiatan menyembelih hewan berjenis sapi atau kerbau yang mana dilakukan bersama-sama masayarakat Minangkabau yang lainnya.

Memang tidak semuanya dari masyarakat Minangkabau yang melakukan tradisi Bantai Adat tersebut, diantaranya adalah daerah Pariaman dan sekitarnya, serta ada juga di daerah kota padang seperti di Nagari Koto Tangah Kelurahan Balai Gadang.

Didaerah Kelurahan Balai gadang ini sangatlah rutin diadakan kegiatan Bantai adat, yang mana waktu pelaksaannya biasanya dilakukan pada waktu sebelum masuknya bulan Ramadan dan satu hari menjelang hari Raya Idulfitri.

Bagi masyarakat di Kelurahan Balai Gadang, pelaksanaan tradisi Bantai Adat bukan hanya sekedar penyembelih beberapa kerbau lalu di diperjualkan.

Akan tetapi, juga bermakna penting bagi masayarakatnya sebagai sarana untuk meningkatkan kebersamaan, silaturahmi dan solidaritas sosial. Ketika tradisi Bantai Adat digelar, seluruh warga masyarakat menyatu dalam kebersamaan tanpa membedakan kelas social.

Pada acara tradisi Bantai Adat tersebut, tidak sedikit dari warga yang ekonominya yang terbilang mampu, mereka akan membeli daging kerbau cukup banyak lalu membagikannya kepada warga yang kurang mampu untuk menjadi bekal selama bulan Ramadan.

Selain menjadi ajang silahturahmi dan solidaritas social, momen Tradisi Bantai Adat juga memberikan kegembiraan dan kenikmatan bagi masyarakat untuk menyambut Ramdhan dan hari raya Idulfitri.

Jumlah kerbau yang dipotong dalam perhelatan Bantai Adat di Nagari Koto Tangah, Kelurahan Balai Gadang bisa mecapai kisaran 10-50 ekor dan itu tergantung kondisi serta permintaan dari masyarakat setempat.

Daging kerbau yang dipotong akan dijual kepada masyarakat dengan harga yang relative murah agar dapat terjangkau oleh semua golongan masayarakat termasuk keluarga kurang mampu. Daging kerbau yang dipotong pada tradisi Bantai Adat tersebut dijual di bawah harga pasar kepada warga.

Kemudian ada juga warga yang membeli kerbau secara berkelompok, mereka memotong dan menjual daging kerbau secara serentak pada acara Bantai Adat. Karena harga daging kerbau yang relative murah dan ikut Bantai Adat dirasakan penting, maka warga desa mengutamakan membelin daging kerbau saat acara Bantai Adat ketimbang membeli baju baru saat lebaran.

Jadi warga lebih mengutamakan ikut berpartisipasi pada acara Bantai Adat daripada adu gengsi kemewahan pakaian pada perayaan lebaran.

Sistem pelaksanaan serta pengelolaan Tradisi Bantai Adat di Nagari Koto Tangah, Kelurahan Balai Gadang adalah dengan saling berkoordinasi dengan para Niniak Mamak dan Penghulu di daerah tersebut yaitu Kelurahan Balai Gadang yang mana terletak di Nagari Koto Tangah.

Karena dalam pelaksanaanya juga berisikan beberapa peraturan yang mengikat didalamnya. Tradisi Bantai Adat juga termasuk kedalam salah satu tradisi Adat Minangkabau dan pastinya harus berkaitan dengan para penghulu dan niniak mamak di daerah tersebut.

Salah satu peraturan yang paling pentingnya adalah tentang persediaan daging kerbaunya, karena persediaan daging sapinya haruslah daging yang dipotong lansung di tempat penyembelihan daging kerbau yang disediakan oleh para pemangku adat di kenagarian tersebut.

Jika ada kedapatan dari para pedagang daging kerbau yang membawa daging kerbau dari luar atau daging yang telah disembelih diluar dari daerah pelaksanaanya, maka pedagang tersebut akan dikenakan denda serta hukuman tidak boleh ikut serta dalam perhelatan Bantai Adat untuk kedepannya.

Itulah yang menjadikan ketertiban, kebersihan, dan keamaan dari kualitas daging kerbau yang dijual pada perhelatan Bantai Adat tersebut.

Tradisi Bantai Adat yang digelar setiap tahun menjelang Ramadhan merupakan salah satu tradisi warisan dari nenek moyang yang hingga saat sekarang ini masih lestari.

Tradisi Bantai Adat ini masih tetap lestari karena memiliki nilai-nilai social dan nilai religious yang bisa djadikan serap dan bekal iman selama menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Melalui tradisi Bantai Adat ini, masyarakat dapat meningkatkan semangat gotong-royong dan rasa saling tolong menolong sebagai perwujudan makna dari berpuasa. Pada umumnya pelaksanaan tradisi Bantai Adat memuat kegiatan bisnis berupa penjualan daging kerbaunya.

Akan tetapi, bagi masyarakat Kelurahan Balai Gadang, tradisi Bantai Adat menjadi sarana untuk menjalin komunikasi dan silaturrahim antara sesame masyarakat serta untuk saling menumpahkan rasa kegembiraan dalam menyambut bulan suci Ramadan. Maka dari itu, sudah sepatutnya tradisi Bantai Adat ini terus dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahunnya, agar tradisi Bantai Adat tersebut tidak hilang dan punah dikemudian hari.(**)

Exit mobile version