Tiga Gempa Dalam Sehari, Pengamat Sebut Tak Berdampak ke Megathrust Mentawai

Gempa

Gempa. Ilustrasi

PADANG, hantaran.co Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan tiga kejadian gempa dengan magnitudo di atas 5 skala richter (SR) sepanjang Kamis (7/1/2021). Satu gempa di antaranya yang berlokasi di perairan Bengkulu dengan kekuatan 5,8 SR, cukup mengagetkan warga Sumbar.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, gempa pertama terjadi pukul 00.28.35 WIB di Bengkulu dengan magnitudo 5,8 SR. Episentrum gempa terletak pada koordinat 4,44 LS dan 102,51 BT, tepatnya di laut pada jarak 40 km arah Selatan Kota Tais, Kabupaten Seluma, Bengkulu, pada kedalaman 64 kilometer.

Gempa kedua, terjadi pukul 03:59:37 WIB di wilayah Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo dengan magnitudo 6.4 SR. Episentrum gempa berada pada 0.1 LS 123.05 BT dan dengan kedalaman 131 km. Gempa disebut berpusat di laut 71 km Barat Daya Bone Bolango, dan termasuk jenis gempa bumi menengah karena aktivitas subduksi lempeng laut Sulawesi.

Kemudian gempa ketiga, terjadi pukul 08:27:29 WIB di wilayah Sabang, Aceh dengan magnitudo 5.0 SR. Episentrum gempa berada di laut tepatnya 143 km barat laut kota Sabang, dengan titik koordinat 6.32 LU 94.1 BT dan kedalaman 73 km.

Sementara itu, Kasi Data dan Informasi BMKG Padang Panjang menekankan, bahwa kejadian tiga kali gempa dalam sehati itu masih terhitung kondisi wajar. “Belum juga dapat dikatakan menjadi indikasi tertentu,” katanya kepada Haluan, Kamis (7/1).

Namun demikian Mamuri menilai, gempa di Bengkulu yang juga terasa di Sumbar diharapkan berpengaruh pada pelepasan potensi energi gempa besar yang tersimpan di zona Megatrust Mentawai.

“Kita berharap dengan pelepasan energi gempa di laut secara bertahap, bisa mengurangi potensi gempa besar di zona Megatrust Mentawai. Kalau dikaitkan dengan gempa besar, secara umum Sumbar memang rawan,” katanya lagi.

Namun demikian, ia mengimbau agar masyarakat tetap waspada akan potensi kejadian gempa yang tak bisa diprediksi. “Belum ada satu pun ilmu pengetahuan yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi. Masyarakat harus terus waspada. Risiko gempa dapat dikurangi dengan menyiapkan antisipasi dan mitigasi yang tepat,” ujarnya.

Sementara itu, Pengamat Kegempaan yang juga akademisi Universitas Andalas (Unand), Badrul Mustafa Kemal, menilai, ketiga gempa yang terjadi sepanjang Kamis 7 Januari 2021 tampak memiliki mekanisme yang sama, yakni subduksi lempeng tektonik.

“Dari ketiga gempa berkekuatan sedang itu, yang sempat terasa sampai ke Padang atau Sumbar itu memang yang berepisenter di Bengkulu,” kata Badrul.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, Badrul menilai gempa bumi pada pukul 00:28:34 WIB itu merupakan jenis menengah yang terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia, di bawah Pulau Sumatera.

Insya Allah tidak ada yang terkait dengan Sumbar. Tidak ada hubungannya dengan Megathrust Mentawai. Sebab, ketiga gempa itu, terutama yang di Sabang dan Gorontalo, letaknya jauh dari Megathrust Mentawai yang energinya masih banyak tersimpan, dan berpotensi menimbulkan gempa hingga 8.5 SR atau lebih,” kata Badrul.

Senada dengan BMKG, Badrul menilai masyarakat Sumbar tidak perlu cemas dengan kejadian tiga gempa beruntun tersebut. Namun, kewaspadaan tetap harus terjaga. Khususnya terkait potensi Megathrust Mentawai.

“Lebih khususnya lagi yang di Segmen Siberut, karena ini sudah berada dalam periode ulangan 200-an tahun sekali. Kita harus selalu mengingat-ingat pembekalan yang sudah pernah diberikan melalui sosialisasi dan simulasi gempa dan tsunami oleh BPBD dan/atau lembaga terkait dengan PRB (Pengurangan Risiko Bencana),” katanya lagi.

Sementara itu untuk potensi gempa darat, sambung Badrul, khususnya di daerah yang dilalui oleh patahan Semangko, juga wajib diwaspadai. Sebab, gempa di sepanjang patahan Semangko bisa saja sewaktu-waktu terjadi.

“Seperti gempa pada 6 Maret 2007 yang melanda Agam, Bukittinggi, Padang Panjang, Tanah Datar, dan Solok. Itu dapat pula terulang. Mari kita tingkatkan terus pemahaman tentang mitigasi menghadapi gempa/tsunami,” ucapnya menutup.

Terkait getaran gempa pada Kamis malam sendiri, salah seorang warga Kota Padang, Ratnadewi (34), mengaku sempat kaget meski awalnya tak yakin telah terjadi gempa. “Kebetulan belum tidur, lagi nunggu suami pulang. Saat gempat, saya kira saya pusing, tapi lihat ke media sosial (medsos), sudah banyak saja status gempa,” kata Ratnadewi. (*)

Yesi/hantaran.co

Exit mobile version