Sebagian Perantau Minang Sulbar Bertahan di Pengungsian, Pemprov Sumbar Tunggu Arahan

Perantau

Sejumlah perantau Minang masih bertahan di posko pengungsian IKM Sulbar di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1/2021). Setidaknya 50 hingga 60 KK perantau Minang ikut terdampak oleh Gempa Sulbar. IST/DOK.PRIBADI

PADANG, hantaran.coIkatan Keluarga Minang (IKM) Sulawesi Barat (Sulbar) memperkirakan sekitar 50 hingga 60 Kepala Keluarga (KK) perantau asal Sumbar ikut terdampak oleh musibah gempa Sulawesi Barat (Sulbar). Sebagian dari mereka telah dievakuasi ke daerah yang lebih aman, sedangkan sebagian lain masih bertahan di pengungsian karena trauma yang belum hilang.

Ketua Harian Ikatan Keluarga Minang (IKM) Sulbar, Armon, kepada Haluan menyebutkan, sejauh ini tidak ada perantau Minang yang tercatat sebagai korban meninggal akibat gempa dengan magnitudo 5,9 SR pada Kamis (14/1/2021) dan gempa dengan magnitudo 6,2 SR pada Jumat (15/1/2021) yang berpusat di Majene tersebut.

“Tapi sampai saat ini sebagian perantau Minang masih trauma dan takut kembali ke rumah. Khawatir dengan potensi gempa susulan yang lebih kuat. Sebab, sebagian besar rumah perantau Minang memang sudah rusak karena gempa kemarin. Sehingga masih sangat riskan untuk pulang,” kata Armon lewat sambungan telfon.

Armon menyebutkan, meski sambungan listrik telah hidup pada Minggu (17/1/2021) sore, sebagian besar anggota IKM tetap enggan pulang ke rumah masing-masing, dan memilih tetap bertahan di posko pengungsian, yang didirikan di salah satu bangunan milik salah seorang urang awak di Kabupaten Mamuju.

“Karena masih trauma, makanya dipilih bangunan dari kayu sebagai posko. Kalau yang dari batu, takutnya kalau ada gempa susulan, tidak bisa menyelamatkan diri. Di sini lokasinya juga jauh dari bibir pantai,” kata Armon lagi.

Hingga Senin (18/1/2021), Armon memastikan bahwa seluruh kebutuhan pokok mulai dari makanan, pakaian, dan lain sebagainya masih mencukupi. Untuk sementara, kebutuhan yang masih minim adalah kebutuhan khusus untuk kaum ibu dan anak-anak.

“Kebetulan, Direktur Narkoba Polda Sulbar ini urang awak. Jadi, lebih mudah untuk mendapatkan akses bantuan. Hanya saja, yang kurang saat ini adalah kebutuhan untuk anak-anak dan kaum ibu,” ucapnya lagi.

Armon mengatakan, berdasarkan data IKM Sulbar, jumlah perantau Minang yang tinggal di Sulbar tercatat sekitar 250 KK, dan sebagian besar berdomisili di Kabupaten Mamuju. Sebagian dari perantau tersebut telah menetap dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Sulbar, tetapi sebagian lainnya hanya tinggal sementara dan dominan berprofesi sebagai pedagang.

“Ya, semoga gempa susulan tidak ada lagi, tapi ini sampai Senin (18/1/2021) masih ada. Saya sendiri sampai sekarang belum pulang karena khawatir gempa susulan. Keluarga saya juga terpaksa diungsikan ke Kabupaten Polewali Mandar. Tinggal saya sendiri di sini, karena masih ada tanggung jawab di sini,” ucapnya menutup.

Pemprov Sumbar Tunggu Arahan

Mengingat kondisi sejumlah perantau Minang di Sulbar yang menjadi korban gempa, Kepala Biro Kerja Sama Pembangunan dan Rantau Setdaprov Sumbar, Luhur Budianda, menyatakan, hingga saat ini pihaknya masih menunggu arahan lebih lanjut terkait skema pengumpulan dan penyaluran bantuan.

“Karena bencana yang terjadi kan tidak cuma di Sulbar. Ada banjir di Kalsel juga, lalu di Sulut, dan beberapa lokasi bencana lainnya. Jadi, untuk sekarang, kami masih menunggu arahan lebih lanjut dari pimpinan,” tutur Luhur.

Luhur juga mengatakan, skema bantuan untuk tiap-tiap lokasi bencana kemungkinan besar akan berbeda. Ia mencontohkan, untuk gempa Sulbar, pengiriman bantuan berupa uang untuk saat ini tidak akan memungkinan.

“Sepertinya untuk uang, di sana tidak laku sekarang. Sebab banyak bangunan yang hancur. Cara terbaik mungkin dikumpulkan uangnya, lalu diminta kerja sama IKM untuk membeli barang di Makassar untuk dibawa ke Mamuju. Jaraknya sekitar delapan jam perjalanan. Ini pun berisiko, karena bisa saja dijarah orang. Sebab, semua orang di sana sedang butuh,” ujarnya lagi.

Kendati demikian, dari informasi yang ia terima, IKM di berbagai wilayah bencana telah bergerak untuk menyalurkan bantuan. “Alhamdulillah, mereka sigap. Kami di sini cuma bisa mengarahkan,” katanya lagi.

Korban Meninggal 84 Orang

Sejauh ini, Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa di Sulbar sudah mencapai 84 orang per Senin (18/1). Sementara itu, gempa susulan masih terjadi dengan magnitudo 4,2 pada hari yang sama. Pusat gempa berada di titik koordinat 2.91 LS, 118,99 BT, 16 kilometer Timur Laut Majene dengan kedalaman 10 kilometer.

BNPB juga mencatat, jumlah korban yang mengalami luka-luka mencapai 679 orang luka ringan dan 253 korban luka berat. BNPB juga mencatat sebanyak 19.435 jiwa telah mengungsi setelah gempa Jumat lalu. Jumlah itu terbagi di Kabupaten Majene sebanyak 4.421 jiwa, dan di Kabupaten Mamuju sebanyak 15.014 jiwa.

Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan, potensi gempa susulan di wilayah Majene dan Mamuju Sulawesi Barat (Sulbar) dengan intensitas kecil akan lazim terjadi. Ini dikarenakan, terjadinya sesar naik yang menimbulkan pergeseran batuan di bawah permukaan tanah.

“Gempa susulan dengan kekuatan kecil lazimnya masih akan terjadi. Hal ini karena saat terjadi gempa utama (mainshock) tercipta deformasi kerak bumi yang menimbulkan pergeseran blok batuan cukup luas di bawah permukaan,” ujar Daryono, Senin (18/1), dikutip dari cnnindonesia.

BMKG mencatat, hingga siang hari ini telah terjadi 39 kali gempa dan memiliki magnitudo 4,2 dengan episenter terletak pada koordinat 2,91 LS dan 118,99 BT tepatnya di darat pada jarak 27 km, arah Tenggara Kota Mamuju dengan kedalaman 10 km.

Seperti rentetan gempa sebelumnya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Mamuju-Majene dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Gempa ini menimbulkan guncangan yang dirasakan di Majene dan Mamuju dalam skala intensitas II MMI dan tidak berpotensi tsunami.

Meski gempa yang terjadi sudah mencapai 39 kali, namun peristiwa gempa Mamuju dan Majene ini diklaim memiliki produktivitas gempa susulan yang lambat. Dengan demikian, Daryono berharap ini menjadi pertanda baik, dan kondisi minim gempa susulan ini terus berlangsung hingga kondisi tektonik di zona gempa kembali stabil dan normal. (*)

Yesi/hantaran.co

Exit mobile version