RKT Sumbar Sektor Pertanian 2021 Fokus Pada Tiga Komponen Utama Ini

Pertanian

PALING POTENSIAL-Petani tengah memetik tomat di kawasan perladangan tomat di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Kamis (10/12/2020). Sektor pertanian menjadi sektor yang nyaris tak terdampak oleh pandemi Covid-19 dan terus menjadi penyangga utama perekonomian di Sumbar. TIO FURQAN

PADANG, hantaran.co —Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pemprov Sumbar di sektor pertanian pada 2021 secara umum tetap fokus pada tiga komponen utama. Selain menjadi tahun akhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021, diharapkan RKT tahun depan menjadi pijakan positif bagi gubernur dan wakil gubernur baru.

Sebagai sektor yang sama sekali tak terpengaruh oleh pandemi Covid-19, Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (TPHP) Sumbar, Syafrizal, merincikan, fokus RKT provinsi di sektor pertanian tahun 2021 adalah terkait kebutuhan pokok, pengendalian inflasi, serta meningkatkan nilai ekspor hasil produk pertanian.

“Untuk padi sebagai kebutuhan pokok, target kita ke depan itu bisa memproduksi 2,9 juta ton. Selain itu, kita juga berupaya lebih optimal di jagung. Target sebelumnya 1 juta ton, itu hampir tercapat. Tahun depan itu semoga tercapai,” kata Syafrizal kepada Haluan, Minggu (13/12/2020).

Fokus kedua, sambungnya, berkaitan dengan komoditas yang berpengaruh terhadap inflasi. Terutama sekali cabe dan bawang yang pola tanamnya harus lebih teratur. Di samping itu, berdasarkan arahan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, komoditas petai dan jengkol juga harus mendapatkan perhatian karena juga memberikan pengaruh terhadap inflasi.

“Pola tanamnya sangat perlu kita jaga. Ketika produksinya banyak, Pemprov juga akan ikut membeli agar harganya nanti tetap stabil. Namun saat produksinya sedikit sehingga harganya mahal, itu penting kita kendalikan. Jadi harus seimbang antara kebutuhan dengan produksi,” katanya lagi.

Ada pun fokus kerja selanjutnya pada tahun depan, kata Syafrizal, adalah mendorong peningkatan ekspor yang tentu memacu devisa bagi negara. Untuk komponen ini, Dinas TPHP Sumbar tetap memberikan perhatian penuh pada produksi komoditas perkebunan yang selama ini terus memberi efek positif pada nilai ekspor Sumbar.

“Setiap bulan itu nilai ekspor kita kurang lebih Rp300 miliar. Kemarin pada data Januari-Mei, itu 2,6 triliun, dominan dari sawit dan karet. Untuk tanaman horti, ada manggis dan kopi. Terutama Manggis Limapuluh Kota dan Kopi Solok Rajo yang makin bagus pergerakannya. Selain itu juga ada gambir dan kulit manis,” tuturnya.

Sementara itu, terkait peningkatan produk olahan pascapanen di Sumbar, Syafrizal mengaku pihaknya terus mencari cara dan melakukan berbagai pendekatan. Salah dua di antaranya ialah terus berupaya meningkatkan mutu hasil, serta menggelar berbagai program bimbingan teknis (bimtek) bagi para petani.

“Contohnya, kemarin itu kita ke Siguntur dengan DPRD Sumbar untuk melihat gambir di sana. Itu memang perlu peningkatan mutu hasil. Oleh karena itu perlu memberikan bimtek bagi petani di sana, misalnya membawa ke Limapuluh Kota untuk melihat gambir di sana yang mutu hasilnya lebih baik dan nilainya juga lebih tinggi,” ucapnya menutup.

Sebelumnya pada awal Desember lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di Sumbar sepanjang November 2020 mengalami kenaikan sebanyak 1,01 persen. Kepala BPS Sumbar Pitono menyebutkan, perbaikan terjadi karena ada beberapa kenaikan cukup signifikan dari subsektor holtikultura tanaman perkebunan rakyat dan peternakan.

Namun demikian, untuk tanaman pangan mengalami penurunan dari 96,93 persen menjadi 95,42 persen, sehingga mengalami perubahan -1,55 persen. Ada pun tanaman Holtikultura mengalamai kenaikan dari 94,29 persen menjadi 97,22 persen, artinya meningkat kurang lebih 3,11 persen.

Sebagaimana diterangkan Syafrizal, pada data BPS juga tercatata kenaikan angka yang cukup bagus untuk tanaman perkebunan rakyat sepanjang Oktober 2020, yaitu pada angkat 108,24 persen, dan kembali meningkat pada November sebesar 111,82 poin atau naik sebesar 3,31 persen.

“Secara umum, Nilai Tukar Petani (NTP) di Sumatera Barat pada 2020 ini menunjukkan peningkatan 1,01 persen, dari 109,4 poin menjadi 101,95 poin,” kata Pitono. (*)

Ishaq/hantaran.co

Exit mobile version