Pers Hari Ini Bergantung Data dan Kualitas Berita

HPN

HPN 2021. Logo

JAKARTA, hantaran.co — Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memastikan pemerintah senantiasa terbuka dalam menerima masukan dari insan pers. Di sisi lain, tokoh pers menekankan pentingnya pers masa kini untuk memperkuat data dalam setiap pemberitaan, serta terus berupaya meningkatkan kualitas di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi.

Saat hadir secara virtual dari Istana Negara pada acara Puncak Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Selasa (9/2/2021), Jokowi menyebutkan bahwa keterbukaan pemerintah terhadap masukan dari insan pers penting diterapkan, dalam rangka bersama-sama membangun harapan dan rasa optimistis melewati pandemi Covid-19 dan memperbaiki perekonomian.

“Pemerintah menyampaikan apresiasi atas sumbangsih insan pers yang terus berkomitmen di garis terdepan untuk mengabarkan setiap perkembangan situasi penanganan pandemi Covid-19, dan menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Meski dipahami, pers juga menghadapi masa sulit. Untuk itu, pemerintah berupaya meringankan beban industri media melalui sejumlah insentif,” ujar Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga memastikan bahwa insan pers termasuk dalam kalangan prioritas penerimaan vaksin Covid-19. Lewat perbincangan dengan Ketua Dewan Pers, M. Nuh, di sela acara, diputuskan rencana pemberian vaksinasi kepada sedikitnya lima ribu wartawan pada akhir Februari 2021. “Akhir Februari sampai awal Maret, untuk awak media kita siapkan kira-kira 5.000 orang untuk bisa divaksin,” ujar Jokowi lagi.

Pers Menjahit Bangsa

Di sisi lain, Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh menyatakan, esensi dari kehadiran pers adalah untuk menjahit seluruh kekuatan bangsa, sehingga bisa menjadi “pakaian yang enak dipandang” dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia.

Hal itu disampaikan M. Nuh saat diskusi daring HPN 2021 di Jakarta. “Kita harus terus-menerus membangun kebersamaan. Esensi kawan-kawan pers adalah menjahit, bukan untuk memereteli, tetapi menjahit seluruh kekuatan bangsa sehingga memberikan manfaat,” kata M. Nuh, sebagaimana dikutip dari investordaily.

M. Nuh menuturkan, semua pihak tentu memahami fenomena kemestian pada era digital, yang menurutnya tidak perlu dipertentangkan dengan media konvensional. Ia pun menilai, yang terpenting saat ini adalah soal sinergi dan konvergensi.

“Sebab pada akhirnya, itu kesahihan dari berita, ketepatan dari informasi itu dan kecepatan menjadi esensinya, maka apa yang kita gagas hari ini di dalam HPN 2021 jurnalisme yang berkualitas ini sungguh jalan yang benar,” katanya lagi.

Selain itu, M. Nuh juga mendorong media untuk tidak abai dengan data dalam setiap informasi yang disampaikan kepada publik. Pasalnya, substansi dari media itu adalah data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Nuh menuturkan, apabila media tidak mampu mengelola data menjadi informasi, maka apa yang disebarkan bukan merupakan informasi yang dapat dikonversikan menjadi pengetahuan.

“Jangan sekali-kali media terjebak atau abai dengan data. Tidak mampu mengelola data itu menjadi informasi yang ujungnya bukan lagi menjadi knowledge (pengetahuan) yang disebarkan. Kalau itu yang terjadi, maka justru bukan mencerdaskan, tetapi mohon maaf bahasa agak kasar muduin, menjadikan kita itu bodoh. Karena informasi yang disampaikan itu bukan berbasis data dan fakta. Akhirnya enggak mungkin dikonversi menjadi pengetahuan,” katanya lagi.

M. Nuh menyebutkan, situasi pandemi merupakan double attack atau serangan ganda. Sebab di samping disrupsi digital, juga ada disrupsi dari internal, sehingga media harus berjuang dalam hidup dan mati dalam mengembangkan dunia pers. M. Nuh menegaskan, apabila telah disepakati pers adalah bagian dari pilar demokrasi, maka tidak ada pilihan lain kecuali negara harus hadir. Pasalnya, urusan demokrasi adalah urusan negara.

“Oleh karena itu, kerja sama di antara seluruh pihak dengan dunia pers menjadi keniscayaan dan itu bukan sesuatu yang aneh, tetapi dengan catatan ruh dari pers adalah tetap memberikan catatan kritik dan saran sosial demikian kasusnya,” ucap M. Nuh.

Perlu Menyesuaikan Diri

Sementara itu, Tokoh Pers Sumbar, Hasril Chaniago, menyebutkan, perkembangan media massa hari ini semakin masif sehingga konsep pers semakin bergeser. Jika pada masa lalu pers identik dengan percetakan dan radio saja, maka saat ini pers telah hadir dalam berbagai alternatif, yang memiliki keunggulan masing-masing.

“Semua memainkan peran masing-masing sebagai media massa, dan yang menentukan kebertahanannya adalah kualitas dan kapasitas insan pers dan produk pers itu sendiri. Meski banyak alternatif lain di luar pers untuk mendapatkan informasi, tetap saja publik akan memilah. Mana berita yang benar dan mana berita yang asal. Oleh karena itu, pers tetap akan lebih dipercayai ketimbang misalnya, media sosial,” kata Hasril kepada Haluan.

Selain itu, Hasril menilai perkembangan teknologi informasi wajib disikapi oleh lembaga pers dengan terus menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Sehingga, kolaborasi antara kualitas, kapasitas, serta penyesuaian dengan perkembangan zaman, akan membuat lembaga pers dengan sendirinya terseleksi sebagai media pilihan, dan akan tetap dibutuhkan.

“Seleksi alam berlaku di sini. Jika dulu ada versi cetak, lalu dikembangkan ke unit digitalnya, dan lain sebagainya. Para pelaku di dalamnya, terutama wartawan, juga terus meningkatkan kualitas dan kapasitas sehingga semakin kompeten. Pada akhirnya, pers akan terus bertahan. Tidak akan pernah mati,” ujar Anggota Dewan Redaksi Harian Haluan itu lagi. (*)

Ishaq/hantaran.co

Exit mobile version