Pakar Gempa dari UNP Sebut Epicentrum Gempa M 6.2 Pasbar, Singgung Soal Sesar Sumatra dan Gunung Talamau

BNPB

Salah satu masjid di Kabupaten Pasaman yang roboh akibat gempa. IST

PADANG, hantaran.co — Pakar gempa yang juga akademisi dari FMIPA UNP, Pakhrul Razi, mengatakan jika dilihat kekuatan dan kedalamannya serta lokasinya gempa magnitudo 6.2 SR Pasaman Barat besar kemungkinan memang akan ada kerusakan bangunan terutama di daerah epicenter. Alasannya karena epicenterumnya dangkal dan kekuatannya cukup besar yakni M 6.2 SR.

Disisi lain, Ia juga menyebut banyaknya kerusakan yang terjadi menandakan mitigasi gempa, edukasi siaga bencana dan penanggulangan gempa di Sumbar masih sangat perlu ditingkatkan.

“Saya sangat yakin masih banyak sistem dan juga bangunan-bangunan yang ada, tidak memenuhi standar aman gempa,” kata Pakhrul kepada Haluan Jumat (25/2/2022).

Menurut analisanya, jika dilihat kekuatan dan kedalamannya serta lokasinya besar kemungkinan memang akan ada kerusakan bangunan-bangunan terutama di daerah epicenter.

Pakhrul menyebut pemerintah perlu melakukan asessment bagunan, daerah yang mungkin tidak layak sebagai tempat tinggal.

“Karena kita temukan malah banyak bangunan berada di jalur sesar. Menurut saya harus ada semacam aturan yang dipatuhi oleh masyarakat pada saat mendirikan bangunan. Aturan tersebut berisi tentang standar pendirian bangunan aman gempa terlebih Sumbar yang memang rawan gempa,” kata dia.

Lebih jauh, ia mengatakan pada tahap implementasinya Pemda setempat harus turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan dan asesment kelayakan bangunan serta lokasi.

Di sisi lain dari sisi epicentrum gempa, Pakhrul menganalisis lokasi episenter gempa tersebut berada di sesar Sumatra dan juga berdekatan dengan Gunung Talamau.

“Mekanisme sesarnya dalah strike-slip yang bergerak ke arah utara, untuk sisi patahan bagian barat,” kata Pakhrul menjelaskan.

Kepada masyarakat ia mengimbau untuk tidak panik namun tetap waspada. Sebab gempa seperti ini akan terus ada di sepanjang sesar Sumatra.

“Jadi tidak perlu di risaukan, yang terpenting adalah bagaimana masyarakat mampu menyiapkan diri dan beradaptasi dengan kondisi alam yang ada dan penting memahami mekanisme mitigasi gempa,” tuturnya.

Masyarakat juga diminta jangan mudah termakan isu-isu yang belum jelas sumbernya. (*)

Yesi/hantaran.co

Exit mobile version