Memanen Berkah Jahe Merah di Tengah Wabah

Jahe Merah

Ikal, salah seorang warga Nagari Abai, Kabupaten Solok Selatan, tengah fokus mengisi karung dengan tanah sebelum menancapkan bibit jahe merah yang menjadi komoditas pertanian yang menarik minat masyarakat di tengah pandemi Covid-19, Selasa (12/1/2021). OKRIPIN DEPIS

Oleh : Okripin Depis

hantaran.co — Kalau sudah jalan rezeki dari Tuhan, maka ia akan datang di tengah kondisi dan dalam bentuk yang kadang tak terduga. Seperti dirasakan beberapa warga Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan. Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda sejak tahun lalu hingga hari ini, peluang usaha terbuka lewat bertanam jahe merah.

Siang itu, Ikal (23) tampak semangat mengisi karung dengan tanah, serta menanam bibit jahe merah yang telah ia semai ke dalamnya. Aktivitas itu telah ia lakukan sejak beberapa bulan terakhir. Selain mengisi waktu karena kuliah sedang tidak tatap muka, aktivitas itu ia lakukan karena rupiah.

“Solusi di tengah pandemi. Ekonomi susah, solusinya jahe merah,” kata Mahasiswa Jurusan Akuntansi di salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Padang itu kepada Haluan, Selasa (12/1).

Sebagai anak yang lahir dan besar di desa, Ikal mengaku memang tak asing dengan aktivitas pertanian. Meski pun, ia tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan pengetahuan, termasuk bagaimana memproduksi jahe merah secara organik dengan medium tanam tanah di dalam karung, seperti yang dilakoninya siang itu.

Sejak aktivitas pembelajaran di kampus beralih ke daring, Ikal “angkat kaki” dari Kota Padang dan pulang ke kampung halaman. Sebelum jahe merah, ia mengaku sudah mencoba berbagai usaha agar tetap produktif meski tengah libur kuliah tatap muka.

“Budidaya lobster air tawar saya pernah, tapi banyak kendalanya. Gambir juga pernah, tapi harganya sedang murah, jadi kurang menjanjikan untuk sekarang. Namun kalau ada permintaan tetap saya usahakan. Sekarang, fokus ke jahe merah,” ucap Ikal lagi.

Ikal menyadari, di tengah hantaman pandemi Covid-19 terhadap perekonomian, sektor pertanian menjadi sektor paling aman sejauh ini. Oleh karena itu ia memilih tekun membudidayakan jahe merah, yang kerap dipercayai mampu meningkatkan imun tubuh, dan meringankan gejala yang timbul saat seseorang tertular virus corona.

Terlebih, kata Ikal, Nagari Abai kampung halamannya punya segala syarat untuk ikut mengembangkan jahe merah. Sedangkan untuk bibit, Ikal mengaku membeli bibit kualitas baik dari salah satu perusahaan yang juga bersedia menampung hasil produksi nantinya setelah panen.

“Bibitnya dibeli sekitar Rp82 ribu di luar ongkos kirim dari Bogor. Biaya penanaman tidak terlalu banyak. Jadi memang peluang yang bagus secara ekonomis. Sebab, jahe ini sedang diminati. Harga di pasaran saat pandemi Covid-19 ini bisa mencapai Rp80.000 per kilonya. Prospek budidaya dan prospek pendapatannya cukup menggiurkan,” ujarnya lagi.

Fokus ke Organik

Sebetulnya, Ikal hanya satu dari segelintir warga Kecamatan Sangir Batang Hari yang ikut bertanam jahe merah di tengah pandemi. Bahkan, keluarganya sendiri telah bertanam jahe sejak sebelum pandemi Covid-19 melanda, dan sudah merasakan “manisnya” penghasilan dari tumbuhan dengan nama latin Zingiber officinaletersebut.

“Kalau keluarga saya kan menanamya langsung di tanah, sedangkan saya lebih fokus ke penanaman pola organik. Ini sesuai standar yang diberi tahu oleh perusahaan penyuplai bibit, yang nantinya bersedia menjadi distributor hasil panen kita,” katanya lagi.

Masa panen jahe merah layak konsumsi, sambung Ikal, berada dalam rentang 9 hingga 11 bulan setelah penanaman. Selain orang tuanya, sudah banyak warga di Nagari Abai yang memanen jahe merah, dan dijual kepada pengepul dari Nagari Surian, Kabupaten Solok.

Ada pun perusahaan yang dimaksud Ikal sebagai pemasok bibit adalah PT Akar Emas Semesta yang berkedudukan di Jawa Barat. Komunikasi yang terjalin lewat media sosial dan aplikasi perpesanan dengan pihak perusahaan tersebut, membuat Ikal makin mantap, dan ikut mengajak beberapa rekannya untuk membudidayakan jahe merah.

“Perusahaan itu membentuk komunitas bertanam jahe merah organik ini. Mereka sediakan modul dan juga bibit. Tapi selain itu, saya bersama teman-teman di sini juga terus memperkaya pengetahuan soal jahe merah lewat youtube dan google,” katanya lagi.

Rekan Ikal, Fajri (27), termasuk salah seorang pemuda asal Nagari Lubuak Malako yang juga fokus bertanam jahe merah secara organik. Memiliki latar belakang seorang sarjana teknik, Fajri mengaku mantap untuk beralih fokus ke bidang ke pertanian, dan memutuskan untuk bertani jahe merah.

“Semangat juga setelah dapat ilmu dari pihak perusahaan. Bukan bertanam saja, saya bersama Ikal juga sama-sama belajar membuat pupuk organik agar nutrisi tanaman jahe merah ini semakin lengkap. Dengan membuat sendiri, biaya untuk budidaya jahe merah ini juga semakin tertekan,” kata mantan fasilitator teknik itu kepada Haluan.

Fajri menerangkan, saat ini nilai jual jahe merah organik dipatok berdasarkan grade (kualitas) jahe itu sendiri. Mulai dari jahe merah Grade A, B, C, hingga D. Untuk Grade A sendiri dipatok dengan harga terbaik yang bisa mencapai Rp90.000 per kilogram. Fajri pun tak ambil pusing untuk rencana penjualan jika telah panen nanti, sebab pihak perusahaan sudah menyatakan kesiapan untuk menampung.

“Kami sudah diskusi dengan perusahaan PT Akar Emas Semesta. Untuk penjualan nanti mereka bisa menampung, tapi mereka meminta jahe kami harus dikelola secara organik agar grade-nya bisa bagus. Sementara itu kalau di pasar tradisional di Solok Selatan ini, harga per kilo itu sekitar Rp30-35 ribu,” kata Fajri menutup.

Tanaman Kaya Khasiat

Kepala Kelompok Penelitian Center for Drug Discovery and Development Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Masteria Yunovuilsa Putra sebelumnya menjelaskan, jahe merah memang dapat membantu meringankan gejala yang ditimbulkan dari berbagai penyakit, akan tetapi belum ada penelitian yang membuktikan jahe merah bisa membunuh virus corona.

“Jahe merah memang memiliki aktivitas sebagai immunomodulator, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh manusia. Efek ini tentu saja mampu mencegah sekaligus membantu pemulihan tubuh akibat virus corona,” ujar Masteria, sebagaimana dikutip dari mongabay.

Selain itu, jahe merah juga dinilai memiliki efek antiinflasi dan antioksidan. “Secara umum, gejala yang disebabkan virus corona berupa peradangan berlebihan pada paru-paru. Nah, antiinflasi dapat meredakan gejala tersebut,” ujarnya lagi.

Jahe merah, diakui Masteria memang kaya manfaat. Sebagai bahan pengobatan dan juga bahan rempah. Jahe merah memiliki rasa yang lebih pedas ketimbang jahe biasa, namun memiliki ukuran yang lebih kecil, dan memiliki warna merah yang berasal dari kandungan antosianin pada kulitnya.

Jenis ini diyakini sebagai varietas unggul karena memiliki kandungan senyawa aktif yang lebih tinggi ketimbang varietas jahe lainnya. “Sehingga, jahe merah memang banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan tradisional. Jahe merah mengandung senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan seperti, shagaol, gingrol, zingeron, capsaicin, dan lain-lain,” ucapnya menutup. (*)

Exit mobile version