Ini yang Dilakukan BMKG untuk Peningkatan Mitigasi Bencana Alam di Sumbar

Gempa

Ilustrasi Gempa

PADANG, hantaran.co — Kasi informasi dan Data BMKG Stasiun Minangkabau, Mamuri mengatakan, BMKG sejak 2019 lalu telah melakuan peningkatan analisis kegempaan di Sumbar dengan menambah 15 titik sensor di Sumbar. Lalu pada 2020, BMKG juga memasang 14 Warning Receiver System (WRS) guna meningkatkan kecepatan layanan informasi gempa bumi.

BMKG sendiri mengimbau, saat masyarakat merasakan guncangan yang kuat atau gempa yang berayun lemah tapi lama, diminta untuk segera melakukan evakuasi mandiri tanpa menunggu peringatan dini tsunami atau pun perintah dari pihak berwenang. Namun tetap, semua itu dilakukan dengan terus memperhatikan protokol kesehatan.

“Dalam melakukan evakuasi mandiri, tetap perhatikan jaga jarak fisik, kenakan masker, dan lain sebagainya terkait protokol kesehatan,” kata Mamuri.

Mamuri juga menilai, edukasi terkait ancaman gempa dan tsunami mestinya tetap dilakukan dengan menambahkan pemberlakuan sistem protokol kesehatan dalam pelaksanaannya. Jika memang dalam kondisi darurat Covid-19 terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami, BPBD dan pemerintah terkait tentu perlu menerapkan langkah khusus terkait penyiapan evakuasi.

Jika merasakan guncangan yang kuat atau gempa yang berayun lemah tapi lama, segera evakuasi mandiri ke Tempat Evakuasi Sementara (TES). Setelah ancaman tsunami berakhir, dengan arahan pihak berwenang, kemudian baru pindah ke Tempat Evakuasi Akhir (TEA). Evakuasi mestinya juga dilakukan berdasarkan penggolongan orang terkena Covid-19 dan tidak terkena Covid-19.

“Hasil kajian para peneliti, Mentawai Megatrust berpotensi terjadi, tetapi itu jangan jadi kabar pertakut bagi kita. Namun, sebagai pengingat bahwa wilayah Sumbar ini memang punya potensi itu, sehingga kita lebih siap dalam mitigasi,” tuturnya.

Di sisi lain, PMG Muda BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang yang juga Direktur Divisi Edukasi Kebencanaan RPI Sumbar, Syamsir Okraindi, mengatakan, dampak dari gempa bumi terjadi secara langsung dan tidak langsung.

“Dampak gempa bumi secara langsung seperti getaran atau guncangan yang kuat, bangunan yang rusak dan rubuh, liquifaction, gerakan tanah, tanah longsor, hingga tsunami. Sedangkan dampak tidak langsung seperti gejolak sosial, kelumpuhan ekonomi, wabah penyakit, kebakaran dan lain sebagainya,” kata dia.

Ia menyebutkan, upaya mitigasi yang dapat dilakukan antara lain mengenali tempat di mana kita berada, membuat bangunan tahan gempa, menata interior agar aman dari gempa, menyiapkan tas siaga bencana, memiliki Rencana Evakuasi Keluarga (REK), dan menyimpan nomor telepon penting seperti BMKG, rumah sakit, Damkar, dan BPBD. “Selain itu perlu siap siaga tas bencana yang berisi obat-obatan, makanan santap/biskuit, air minum, senter, pakaian, kartu pengenal dan alat kebersihan juga bisa ditambahkan dengan alat pencuci tangan, masker, serta nomor telpon gugus tugas Covid-19,” ucapnya menutup. (*)

Yesi/Ishaq/hantaran.co

Exit mobile version