BUTUH WADAH DAN KOLABORASI, Gerak Pemuda Menentukan Sumbar ke Depan

PADANG, hantaran.co — Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober memasuki peringatan ke-92 tahun ini. Di tengah perubahan zaman dan teknologi yang menggelinding kencang, gerak pemuda dalam upaya memacu pembangunan di Sumbar sembari menjaga identitas dan kearifan daerah diyakini sangat menentukan.

Tokoh muda Sumbar yang juga Anggota Komisi V DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) Athari Ghauti Ardi menilai, pemuda Sumbar ke depan mesti memiliki pemikiran yang terbuka, positif, dan cakap dalam menganalisis sesuatu. Sebab yang diharapkan daerah dari pemuda adalah buah pemikiran dan tindakan yang positif.

“Sekarang sudah zamannya untuk regenerasi. Saya yakin, sebentar lagi akan lahir lebih banyak generasi muda yang unggul dari Sumatera Barat. Berkaca dari masa lalu, begitu banyak tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsa ini, yang berasal dari Sumbar,” katanya kepada Haluan, Selasa (27/10/2020).

Athari menekankan, pemuda ke depan harus lebih aktif dalam upaya mengembangkan kemampuan diri. Salah satunya, dengan mengikuti banyak seminar, pelatihan, serta aktif di berbagai organisasi, memaksimalkan peluang di bidang kewirausahaan, serta terlibat di tengah masyarakat.

“Kalau bukan kita pemuda dan pemudi Minangkabau asli ini yang akan membangun Sumbar ke depan, siapa lagi?” ujarnya lagi.

Di sisi lain, Tokoh muda dan pengusaha Sumbar asal Tanah Datar, Musfi Yendra. Menurutnya kepada Haluan, peran pemuda sejauh ini sebenarnya telah signifikan dalam pembangunan di Sumbar. Sebab hampir seluruh bidang, pemuda ikut berperan sentral mulai di bidang politik, pendidikan, serta ekonomi dan bisnis.

“Termasuk di bidang agama dan seni, di mana banyak sekali pemuda di Sumbar yang memiliki potensi luar biasa. Oleh sebab itu, yang dibutuhkan saat ini adalah kolaborasi. Ketika seluruh segmen pemuda di Sumbar berkolaborasi, tentu akan sangat membantu pemerintah dalam pembangunan,” kata Musfi.

Kolaborasi, sambungnya, senada dengan nilai yang terkandung dalam sejarah Sumpah Pemuda. Sebab, pada 28 Oktober 1928 lalu, pemuda-pemuda di zaman itu berkolaborasi untuk menyamakan persepsi tentang Indonesia. Sehingga dengan kekuatan itu, lahirlah Sumpah Pemuda yang menentang kolonialisme di Indonesia.

“Selain berkolaborasi, pemuda di Sumbar harus tetap mencintai dan menjaga kearifan daerah di tengah gencarnya arus globalisasi. Keunikan dan kekhasan daerah mesti tetap dipertahankan. Mau budaya dari luar itu masuk berupa lifestyle atau pekerjaan, pemuda Sumbar harus tetap menjaga dan melestarikan kearifan daerah,” katanya lagi.

Ke depan, kata Musfi lagi, dibutuhkan pemuda yang bisa melakukan banyak hal dalam satu kesempatan yang sama (multitasking). Oleh karena itu, ia berpesan agar pemuda Sumbar terus memperkaya diri dengan berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan. Sebab, hari ini akses untuk mendapatkan wawasan itu sangat terbuka lebar.

“Hari ini pengetahuan tidak hanya ada di sekolah atau kampus. Dunia sudah semakin terbuka. Konten pendidikan sangat banyak di internet dan gampang diakses,” katanya menutup.

Butuh Ruang Lapang

Sementara itu, Komika yang juga perintis kanal Realis.id Muhammad Nuzul Sadiq menyebutkan, bonus demografi membuat kaum muda hari ini menjadi perbincangan dalam setiap isu yang berkembang. Kaum muda di Sumbar, sebut Sadiq, sejauh ini telah berkiprah dan berkontribusi di berbagai bidang seperti media, UMKM, sektor kesenian, dan dunia kreatif.

“Oleh sebab itu, pemerintah harus pandai melihat potensi pemuda. Pemerintah harus menjadi jembatan agar pemuda lebih maksimal berkontribusi dalam menyumbangkan ide dan pikirannya demi kemajuan Sumbar ke depan. Terutama untuk sektor pariwisata yang masih perlu ditingkatkan,” kata Sadiq, Selasa (27/10/2020).

Pemuda Sumbar, kata Sadiq lagi, saat ini tengah membutuhkan wadah berkreasi yang lebih besar dan efektif untuk bersosialisasi atau berinteraksi antar pemuda, antar bidang, dan antar sektor. Dukungan pemerintah amat diperlukan untuk menyediakan fasilitas, dan pemerintah bersama pemuda mesti bersinergi agar ide-ide baru untuk Sumbar terealisasi.

“Jangan malu dan ragu untuk bergerak. Apa pun kegiatannya, apa pun gerakannya, asalkan tidak negatif, lakukan saja. Sebab, gerakan-gerakan yang dilakukan itu dibutuhkan untuk mengasah soft skill, memperbanyak koneksi, dan belajar lebih banyak lagi. Gunakanlah sosial media dan teknolgi dengan benar, karena masa depan rumah kita di tangan kita,” kata Sadiq.

Harapan Mahasiswa

Ada pun dari kalangan mahasiswa, Presiden BEM Unand Abdul Afif menekankan bahwa pemuda selalu memiliki peran dalam pergerakan dan peradaban bangsa. Menurut Afif, sekolah dan kampus telah membuka banyak ruang untuk berdiskusi, berinovasi, bertukar pikiran, atau pun berargumentasi.

“Hari ini gerakan pemuda di Sumbar patut diapresiasi. Harapan ke depan semoga masyarakat, terutama pemuda, terus menyuarakan pendapat dan terus menjaga agar Sumbar dan Indonesia tidak dirusak oleh kerakusan oligarki,” kata Afif.

Senada dengan Afif, Presiden Mahasiswa UNP Ravi Kurnia menuturkan bahwa pemuda adalah bagian vital dari kehidupan bermasyarakat. Sebab, pemuda merupakan ujung tombak perubahan bagi bangsa, terutama bagi Sumbar. Pemuda di Sumbar, menurutnya, mesti berdaya saing dan berpegang pada adat dan syarak.

“Yang sangat dibutuhkan adalah ruang untuk berkreativitas agar bisa mengembangkan potensi masing-masing. Selain itu, pemuda juga butuh ruang untuk mengenal adat istiadat Minangkabau. Jangan sampai modernisasi yang ada berefek pada lunturnya nilai kebudayaan yang harus dijaga dan dilestarikan,” kata Ravi.

Di samping itu, Ravi menilai pemuda di Sumbar mesti diberi ruang agar dapat memberikan ide dan saran dalam setiap kebijakan yang akan dibuat pemerintah. Pemerintah juga dapat memberikan dukungan kepada komunitas pemuda yang berkiprah untuk memberikan kebaikan dan menyebarluaskan manfaat untuk masyarakat.

“Semoga pemuda Sumbar ke depan bisa menjadi agen kebaikan yang menjaga dan merawat budaya Minangkabau dan keutuhan NKRI. Sebab pemuda adalah tonggak perubahan. Pemuda adalah cerminan bagi Indonesia dan Sumbar dalam 10 atau 15 tahun ke depan. Mari perkaya diri dengan wawasan dan kembangkan potensi yang ada,” kata Ravi menutup.

Sementara itu, Ketua Dewan Mahasiswa UIN Imam Bonjol Septi Wanda mengatakan, sebagai masyarakat Sumbar yang berpegang teguh pada aturan Islam dan adat Minangkabau, saat ini banyak pemuda yang telah mengambil peran untuk kemaslahatan daerah dan bangsa, tetapi juga masih ditemukan pemuda yang berbuat negatif.

“Masih ada pemuda yang dengan bebas berbuat maksiat, minuman-minuman alkohol, bahkan mengonsumsi obat-obatan. Sedangkan masjid sudah mulai ditinggalkan. Jarang ditemukan istilah belajar agama ke surau seperti dulu terkenal di Sumbar,” kata Wanda menutup. (*)

Riga/hantaran.co

Exit mobile version