Asa Baru Memurnikan Beras Solok (Bag. 2-Habis)

Menjaga Mutu Lewat Varietas Anak Daro dan Sokan

memurnikan beras solok

Pemkab Solok melakukan penangkaran padi varietas Anak Daro di atas lahan seluas 14 hektare di kawasan Singkarak pada awal Agustus 2021 lalu.

Laporan: Rivo Septi Andries

Kabupaten Solok terus berupaya meningkatkan hasil produksi dan menjaga mutu Beras Solok, terutama pada varietas Anak Daro dan Sokan. Usaha pemurnian, pelabelan, dan menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah lain, menjadi syarat agar nama baik Beras Solok di kancah nasional tetap terjaga.

Pada seri tulisan sebelumnya (Asa Baru Memurnikan Beras Solok (Bag-1) diterangkan, kualitas beras solok yang baik ditentukan oleh hasil tanak nasi yang bakarai alias berderai, bentuk beras yang bulat dan tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, serta tumbuh di area sawah dengan iklim tertentu.

Pemulia padi varietas Anak Daro, Syahrul Zen mengatakan, dalam pemilihan varietas, faktor adaptasi dengan lingkungan juga menentukan. Terutama sekali varietas yang bisa bertahan dengan ketinggian mencapai 700 meter dari permukaan laut (mdpl).

“Suhunya sangat berpengaruh. Kalau Sokan, dianjurkan hanya 700-800 mdpl, seperti di Padang Panjang, tapi dengan catatan saat musim hujan jangan menanam karena akan rentan berpenyakit,” ucap Syahrul kepada Haluan.

Ada pun varietas Anak Daro, sambungnya, dapat bertahan di ketinggian hingga 1.200 mdpl dari permukaan laut. Sebelumnya, Syahrul pernah melakukan penelitian di daerah Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, di ketinggian 800 mdpl.

“Hasil produktivitasnya berbeda,” katanya.

Memanfatkan Jerami

Syahrul Zen juga menyebutkan, wilayah di kaki gunung cenderung memiliki tanah yang bagus untuk ditanami padi, seperti di sekitar Gunung Talang di Kabupaten Solok dan Gunung Marapi di Kabupaten Agam. Sebab, wilayah itu mengandung unsur belerang, unsur P, serta kalsium.

Meski demikian, mantan peneliti utama Balitbangtan Kementerian Pertanian itu mengimbau, agar petani menyertakan pemanfaatan jerami, atau memberi pupuk KCL (kalium klorida) atau pupuk K.

“Umumnya di Sumbar, jerami masih dibakar. Penggunaan pupuk K minim mungkin karena mahal. Padahal, kalau tidak pakai pupuk K, jaringan tanaman akan lemah dan berakibat rentan diserang penyakit. Padi mudah rontok. Hasil penetilian saya, 12 persen pascapanen itu banyak yang rontok,” ujarnya lagi.

Ia menjelaskan, untuk jerami yang dibakar, banyak petani yang tidak memberi pupuk kandang dan pupuk K. Akibatnya, fisik tanah menjadi kurang bagus. Sehingga, dalam sepekan sawah menjadi kering dan retak-retak.

“Di Solok ini sudah mulai dilakukan. Ke depan kami anjurkan agar jerami jangan dibakar. Atau kalau mau, bisa pakai metode lama, yakni menimbun jerami di satu titik hingga menjadi hancur. Zaman saya masih sekolah rakyat, jerami dikumpul ke sudut sawah hingga muncul jamur dan jerami jadi hancur. Jerami yang hancur dimasukkan ke sawah, kemudian diganti lagi dengan yang lain. Jadi, ada siklus yang membuat bahan organiknya tetap ada,” tuturnya.

Benih dan Label Beras Solok

Terkait pemurnian Beras Solok, Syahrul Zen juga menjelaskan bahwa varietas yang bisa dikembangkan pada tingkat petani yang legal harus melakui proses tertentu. Salah satu varietasnya adalah Anak Daro. Namun, ini mesti didukung oleh instansi terkait, dan harus melalui sidang pelepasan varietas oleh Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).

“Jika varietas sudah lepas, maka perlu pemulia. Nah pemulia ini yang berkompeten mengawasi benih, terutama Benih Sumber (BS). BS itu memiliki label kuning, yang artinya dihasilkan pemulia,” katanya.

Benih, sambungnya, adalah faktor utama dalam peningkatan hasil produksi tanaman budidaya. Di pasaran, ada banyak benih yang bersertifikasi dengan label warna kuning, putih, ungu, dan biru, yang semua itu menandakan kualitas benih itu sendiri.

Ia merincinkan, label kuning atau benih penjenis adalah hasil pemuliaan tanaman yang mempunyai sifat kemurnian sangat murni. Jumlahnya sangat sedikit dan berada di bawah pengawasan pemulia tanaman, sehingga sangat jarang ditemukan di pasaran.

Ada pun label putih atau benih dasar, masih bisa ditemukan di pasaran. Namun, dengan harga yang sangat tinggi ketimbang benih berlabel ungu dan biru. Sebab, benih ini adalah dasar yang mempunyai sifat kemurnian tinggi.

Label ungu atau benih pokok, merupakan hasil turunan dari benih dasar, yang diberi perlakuan sebaik-baiknya untuk menjaga tingkat kemurnian genetik benih tersebut.

“Kalau label biru atau benih sebar, itu benih yang sering dipakai petani dan mudah ditemukan di kios pertanian,” ucap Syahrul Zen lagi.
Menjaga Mutu

Menurut Syahrul, Indikasi Geografis (IG) Solok dapat membantu dalam pemurnian Beras Solok. Ia juga melihat Pemkab setempat mendukung upaya pemurnian tersebut. Sebab saat ini, ada kencederungan oknum yang memanfaatkan nama Beras Solok, dengan modus membawa padi dari daerah lain untuk kemudian digiling di Solok.

“Rasanya berbeda, dan ini bisa memengaruhi citra Beras Solok,” ucapnya resah.

Syahrul menuturkan, salah satu cara untuk memurnikan Beras Solok ialah dengan memberi label khusus. Bahkan tidak hanya label, kapan perlu disediakan nomor-nomor lot penananam padi dari beras tersebut.

“Jadi, kita menjaga agar varietas di Solok ini bukan hanya untuk lokal, tapi untuk nasional. Meski sekarang sudah menasional, tapi kan tidak bisa dijamin mutunya,” tuturnya.

Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok mengaku terus berupaya menggenjot pertanian, khususnya dalam hal pemasaran Beras Solok.

Bupati Solok, Epyardi Asda menyampaikan, sejak dirinya dilantik, program utama yang diupayakan adalah membawa Beras Solok ke tingkat nasional dengan jaminan mutu yang terkontrol.

“Ini adalah salah satu program saya dalam mambangkik batang tarandam. Saya ingin Beras Solok menasional dengan mutu yang jelas,” ucapnya.

Epyardi mengatakan, sebagai bentuk keseriusan atas program tersebut, pihaknya telah menjalin hubungan dengan Pemko Pekanbaru. Bahkan, sudah melakukan kerja sama. Tak hanya itu, ia juga menjalin komunikasi dengan Pemprov DKI Jakarta.

“Kabupaten Solok bisa menjadi sentra produksi beras khusus yang berkualitas, dan dapat dipasarkan ke luar daerah dengan harga lebih tinggi. Kami sudah mencari pembelinya. Alhamdulillah, Pemprov DKI Jakarta melalui BUMD-nya, Food Station, serta Pemko Pekanbaru, siap bekerja sama,” kata Epyardi lagi.

Disebutkan Epyardi, untuk meningkatkan kualitas Beras Solok, pihaknya juga menjalin kerja sama denga BPTP Sumbar dalam pengembangan produksi beras murni dengan varietas Anak Daro dan Sokan. “Kami ingin produksi lebih meningkat,” ucap Epy.

Selain itu, sambungnya, Kabupaten Solok juga tertarik memiliki Rice Milling Unit (RMU) modern, dan pihaknya tengah menyiapkan lahan untuk pembangunan itu. Meski untuk mewujudkannya, butuh anggaran yang cukup banyak.

“Investasinya tidak sedikit, tapi kami akan pikirkan bagaimana skema investasinya, termasuk nanti mengundang investor, BUMD, atau pihak lainnya,” ujarnya.

Selain itu, kata Epyardi, Pemkab akan membina para petani yang akan mendapatkan benih murni varietas Anak Daro dan Sokan.

Sebab, ia menginginkan Beras Solok yang betul-betul bagus. Nantinya, benih murni akan disalurkan oleh BPTP, paling cepat Oktober 2021 nanti.

“Benih ini diberikan kepada masyarakat, lalu didata kelompok taninya, lalu kami beli atau kami tunjuk PT yang membeli hasilnya. Untuk harga, harus lebih dari yang biasa. Kami juga berharap bisa bekerja sama dengan Riau dan Batam. Bahkan ada yang siap membantu sebagai pemasok di Singapura dan Malaysia,” ujarnya lagi.

Awal Agustus lalu, Pemkab Solok telah melakukan penangkaran padi varietas Anak Daro di atas lahan seluas 14 hektare di Singkarak. Diharapkan, nantinya akan menjadi sumber benih untuk produksi padi yang berkualitas dan bisa memproduksi beras khusus dan beras premium.

Diperkirakan, panen perdana nantinya akan berlangsung pada November 2021, dan dilanjutkan dengan prosesi pascapanen sampai dikeluarkannya label dengan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) pada Desember 2021. (*)

Exit mobile version