PARIAMAN, hantaran.co — Iqbal (19), Ridwan (17), dan Dila (15), warga Desa Cubadak Mentawai, Kota Pariaman hanya bisa terbaring lemah. Pasalnya, tiga bersaudara itu menderita penyakit rapuh tulang.
Akibat penyakit rapuh tulang ini, tubuh mereka mengalami patah tulang hingga dua puluh bagian di sekujur tubuhnya.
Tiga anak ini hanya bisa beraktivitas dengan cara mengeser badannya dengan menggunakan kepalanya. Karena tulang bekas patah tersebut tidak bisa kembali normal, sehingga mereka hanya bisa berbaring saja.
Walaupun hidup dengan kondisi seperti itu, mereka tidak patah semangat, bahkan tiga saudara ini tetap semangat untuk belajar di rumahnya, baik itu belajar membaca ataupun mengaji. Sehingga saat ini mereka sudah bisa membaca Alquran dangan lancar.
Sekali-sekali Iqbal bisa bermain dengan temannya menggunakan kursi roda yang sudah mulai reot. Bahkan untuk menaiki kursi roda itu Iqbal juga harus dibantu oleh temannya, begitu juga saat bermain juha harus didorong.
Mereka merupakan anak dari Azwardi (62). Kata Azwrdi, dari enam anaknya tiga yang mengalami hal yang serupa. Kondisi ini dialami semenjak anaknya berusia delapan bulan. Saat dalam kandungan dan hingga berumur 8 bulan itu mereka sehat seperti biasanya.
“Anak saya ada 6 orang. Dari nomor satu hingga yang ketiga sehat. Sementara Iqbal ini anak keempat dan dua adiknya mengalami penyakit tersebut,” kata Azwardi saat ditemui di kediamannya, Senin (19/10/2020).
Awalnya saat Iqbal berumur 8 bulan mulai mengalami patah tulang tangan, kata Azwardi. Saat mengalami patah tulang itu, kedua orang tuanya membawa kerumah sakit dan tempat ahli urut patah tulang. “Belum lagi sembuh tanganya, kemudian patah satu lagi,” katanya.
Kejadian itu tetap berlanjut sehingga Iqbal sampai saat ini sudah mengalami setidaknya 20 patah tulangnya. Begitu juga dengan dua adik Iqbal ini, juga mengalami kejadian serupa semenjak berumur 8 bulan juga.
“Anak saya, Dila ini waktu itu tulang tangannya ini bengkok dengan sendirinya, saat itu memang sangat kelihatan tangannya ini bergerak dan membengkok, sampai saat ini kondisinya bengkok,” katanya.
Untuk pengobatan, kata Azwardi, sebelum Covid-19 ini tiga anaknya tersebut rutin pemeriksaan dan berobat ke Padang, namun saat pandemi ini maka pengobatan terpaksa dihentikan.”Biasanya sekali tiga bulan ada kontrol, dan karena Covid-19 ini tidak ada lagi,” katanya.
Saat ini mereka hanya bisa menghabiskan waktu dengan menonton tv dan main samartphone, karena tidak bisa bermain seperti anak biasanya. Jika ingin buang air kecil atau BAB, mereka menghidupkan kran air dengan menggunakan sebilah kayu dan buang air ditempat yang sudah dimodifikasi oleh sang ayah.
Azwardi dan dibantu anak perempuanya nomor dua yang selalu setia merawat tiga bocah malang ini, setelah ibu dari anak-anak itu meninggal dunia sekitar 10 tahun lalu.
Dulu Iqbal dan dua adiknya ini mendapatkan bantuan dari Kementrian Sosial untuk biayanya. Namun bantuan itu terputus semenjak dua tahun terakhir, beruntung dan Iqbal dan Ridwan mendapatkan BLT dari Kemensos semenjak Covid-19 ini.
Sementara itu, Bhabinkamtibmas Polsek Kota Pariaman, Bripka Subur Praitno, menyampaikan, tiga warga binaannya ini sangat membutuhkan uluran tangan bagi dermawan untuk membatu biaya pengobatan dan sebagainya.
“Kondisi saat ini kita berharap ada bantuan dari pemerintah atau dermawan untuk meringankan beban dan biaya berobatnya,” kata Subur.
Ia juga menyampaikan, selain itu khusus untuk Iqbal sendiri sangat membutuhkan kursi roda yang lebih layak lagi. Karena dengan menggunkan kursi roda saat ini sangat beresiko karena kursi rodanya sudah agak rusak. (*)
Yuhendra/hantaran.co