PADANG, HANTARAN.CO – Gelaran Festival Teater Sumatera Barat; Alek Teater 9 usai sudah. Empat hari dalam dua pekan pada 19, 20, 26, dan 27 September 2025 kemarin, menjadi ajang berpanggung bagi 11 grup teater yang telah memanggungkan pertunjukannya pada panggung sederhana – susunan trap panggung dan tirai layar yang tertutup kain garden – di Lantai IV Gedung Kebudayaan.
Kesederhanaan festival yang secara kasat mata memang tidak seakbar festival teater lain di luar Sumbar, namun harapan tertancap dalam gelaran Alek Teater 9 tersebut. Sebagian besar grup teater yang tampil didominasi oleh para sutradara dan pemeran dari kalangan anak muda.
Di penghujungnya, bertepatan dengan Pergelaran Seni HUT ke-8-Sumatera Barat, Alek Teater juga mengumumkan delapan kategori penghargaan sebagai penumbuh semangat berteater dalam festival tersebut.
Kasi Produk dan Kreasi Seni Budaya Taman Budaya Sumbar, Ade Efdira mengatakan kategori ini hanyalah bagian
dari pemancing semangat agar kehidupan teater bisa terus bertumbuh dan berkembang. “Intinya adalah bagaimana teater itu tetap hidup dan berlanjut. Kita harus mengenalkan kembali seni teater, terlebih kepada generasi muda yang sebagian besarnya mendominasi jadi penampil,” katanya kepada Haluan, Rabu (8/10).
Adapun pengumuman pemenang pada kategori yang dihadirkan adalah: Beni Julianda, Shaiki Roma Samudra, dan Damar Maulana dari Teater Kuliek sebagai Penata Artistik Terbaik; Alza Safitra dari Teater Ranah Sijunjung sebagai Penata Musik Terbaik; Dzaki Almair Zamil dari Teater Gaung Ganto sebagai Pemeran Pembantu Pria; Reva Tri Ayunis dari Teater Rumah Teduh sebagai Pemeran Pembantu Wanita; Yudhistino Ardafi dari Teater
Binggo sebagai Pemeran Pria Terbaik; Vadila Amelia Putri dari Teater Langkah sebagai Pemeran Wanita Terbaik; Sulastri Wulandari dari Teater Asa sebagai Sutradara Terbaik; dan Teater Balai sebagai Kelompok Penampil Terbaik.
Kepala UPTD Taman Budaya Sumbar, M. Devid, menegaskan tujuan utama Alek Teater adalah memastikan regenerasi seni teater tetap untuk hidup, bangkit, dan bertumbuh. “Ini tidak gampang di tengah serangan
budaya pop yang sulit dibendung. Tapi kami berharap teater tetap lestari, karena ia adalah khazanah sastra yang bernilai tinggi,” ujarnya.
Tujuan dari festival ini, jelasnya, tidak lain tidak bukan ingin menghasilkan para pemeran dan sutradara muda yang akan siap berkiprah ke cakupan yang lebih luas. “Sebelumnya kita telah berhasil menghasilkan seniman muda teater yang telah berkontribusi di ajang nasional,” ujarnya.
Kepala Taman Budaya Sumbar itu berharap Alek Teater 9 ini tidak hanya berfisik pada ranah pementasan saja, jauh dari itu, kegiatan ini menjadi wadah bagi seniman muda khususnya dalam berkreasi dan menyalurkan bakat seni teater. Lebih lanjut Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar, Jefrinal Arifin juga mengatakan agar generasi muda sekiranya perlu mengisi kesenangannya dengan teater sebagai bentuk kreativitas
berkesenian.
Menurutnya, langkah ini begitu penting sebagai upaya untuk menghasilkan karya teater yang tentunya akan bisa berlanjut kepada generasi muda Sumbar. “Dengan begitu, kita yakin akan bisa menghasilkan karya teater yang dibanggakan untuk Sumatera Barat nantinya,” katanya. Harapan besar ini, sambung Jefrinal, tentu berangkat dari berkurangnya semangat berteater yang dialami Sumbar saat ini. Baik dari pendidikannya hingga dalam perkembangannya oleh generasi muda yang seolah teater itu “mati suri”.
“Kita harapkan itu bisa digairahkan kembali, menumbuhkannya, dan membanggakan seni teater di Ranah Minang ini. Pelaksanaan dan kehadiran penonton menjadi kekuatan penting untuk ke depannya bisa membangkitkan kembali teater di Sumatera Barat yang kita cintai,” harapnya. Alek Teater 9 yang dilaksanakan UPTD Taman Budaya Sumbar ini telah melalui berbagai rangkaian panjang pelaksanaannya yang telah dilaksanakan sejak Mei lalu. Mulai dari seleksi, workshop, Parade Teater, dan puncaknya Alek Teater 9 pada
19, 20, 26, dan 27 September 2025 kemarin.(h/jum)
