YAGASU Bakal Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove di Pessel

PESSEL, hantaran.co – Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU), bakal melakukan restorasi ekosistem hutan mangrove di Kabupaten Pesisir Selatan.

Selain di daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona itu, restorasi ini juga dilakukan di sejumlah kabupaten/kota lainnya yang ada di Sumatera Barat, yakni Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang dan Mentawai.

“Kalau untuk Pesisir Selatan, nantinya ada empat kecamatan yang bakal kami lakukan restorasi ekosistem hutan mangrove, yaitu Amping Parak Kecamatan Sutera, Nyiur Malambai Kecamatan Ranah Pesisir, Nagari Taluak Kecamatan Batang Kapas, dan Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti,” ujar Darpius Indra selaku stakeholder YAGASU Sumbar di Painan, Rabu (20/7/2022).

Darpius menyebut, dari empat kecamatan tersebut telah bersedia menyediakan lahan seluas 10 hektare dari kelompok yang aktif setelah penunjukkan oleh masing-masing nagari setempat.

“Restorasi mangrove ini dilakukan mulai dari pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan. Nantinya bakal ditunjuk oleh Walinagari masing-masing siapa saja kelompok yang aktif,” katanya.

Sebagai pemerhati lingkungan, Darpius mengatakan, Restorasi ekosistem hutan mangrove ini sangat perlu dilakukan di Kabupaten Pesisir Selatan. Sebab, keberadaanya dapat mengantisipasi kerusakan lingkungan seperti perlindungan wilayah pesisir dari abrasi, ombak, dan dampak kenaikan permukaan air laut.

Kemudian kata dia, juga perlindungan wilayah DAS dan pemukiman dari resiko banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Serta penyerapan CO2 untuk stabilitas iklim global. Bahkan, menurutnya mangrove merupakan penyebab karbon terbaik dan oksigen terbaik.

“Jika rencana ini terlaksana dengan baik, maka akan jadi pemasok oksigen terbaik juga. Bahkan, secara nasional oksigen terbaik sudah diperjual belikan,” ucapnya lagi.

Darpius mengatakan, untuk Provinsi Sumatera Barat, restorasi ekosistem hutan mangrove bakal ditargetkan 500 sampai 800 hektare.

Terkait hal itu, maka pihaknya bakal melakukan edukasi dan pembelajaran tentang mangrove kepada masyarakat. Misalnya, seperti membuat kopi mangrove, batik mangrove, dan lain-lain sebagainya. Langkah tersebut kata dia, dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan kelompok masyarakat di sekitar kawasan pantai. Baik itu pelestarian maupun dalam hal pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan.

“Ya, ini wajib kita lakukan. Sebab, banyak manfaat yang diperoleh dari restorasi ekosistem mangrove ini, terutama dalam ekonomi dan antisipasi bencana,” tuturnya.

Untuk informasi, saat ini restorasi ekosistem hutan mangrove sudah terlaksana di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dengan luas lahan mencapai 16.400 hektare.

hantaran/*

Exit mobile version