Wartawan dan LSM Diduga Terima Kekerasan Verbal dari Oknum Manajemen PT Kemilau Permata Sawit

PESSEL, hantaran.co – Seorang Jurnalis Harian Umum Rakyat Sumbar, Fransisko Redi bersama rekannya, Didi Someldi Putra yang merupakan pemilik LSM PETA diduga menerima kekerasan verbal atau umpatan dari oknum manajemen PT Kemilau Permata Sawit (KPS) yang berlokasi di Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), Jum’at (11/11/2022).

“Ya, kejadian ini bermula ketika saya dan rekan saya hendak meliput kegiatan verifikasi yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Sumbar atas tindak lanjut terkait dugaan pencemaran lingkungan oleh PT KPS yang sebelumnya diadukan oleh Didi Someldi Putra,” ujar Fransisko Redi pada wartawan di Painan, Senin (14/11/2022).

Pada saat kegiatan akan dimulai, salah seorang dari manajemen PT KPS menyebut bahwa yang boleh ke lapangan melaksanakan verifikasi hanyalah pengadu, tim dari Dinas Lingkungan Hidup Sumbar, dan pihak perusahaan. Sementara yang lain tidak diizinkan, termasuk wartawan.

Karena tidak dibolehkan bergabung, Fransisko Redi memohon agar pihak perusahaan mengizinkannya tetap berada di lingkungan perusahaan sampai kegiatan verifikasi selesai. Dia pun berjanji untuk tetap mentaati arahan dan peraturan manajemen dengan tidak melakukan kegiatan jurnalistik, termasuk menggunakan telepon genggam, kamera, alat perekam suara, dan perekam video.

“Namun setelah rombongan memulai kegiatan verifikasi ke lapangan, saya pun didatangi oleh Humas PT Kemilau Permata Sawit (KPS) bernama Agus Taufik. Pak Taufik melontarkan kata-kata kasar dan umpatan kepada saya. Tapi karena saya adalah tamu, tentu saya sabar dan mencoba untuk menahan diri. Dan kejadian ini disaksikan langsung oleh Wali Nagari Simpang Gunung,” kata Fransisko Redi.

Menurutnya, selain dari Agus Taufik kekerasan verbal juga diterima dari oknum masyarakat setempat yang mengaku sebagai wartawan dan anggota LSM sekaligus ketua pemuda.

“Mereka juga berkata kasar dan melontarkan umpatan kepada saya,” ucapnya lagi.

Tak hanya itu, kekerasan verbal kembali diterimanya pada saat tim melakukan verifikasi ke lokasi kedua, Agus Taufik kembali mengeluarkan kata-kata kasar sembari menarik-narik dirinya, dan menyuruhnya keluar dari area perusahaan. Selanjutnya, kekerasan verbal lainnya juga dialaminya ketika ia akan pulang meninggalkan lokasi PT Kemilau Permata Sawit (KPS).

“Karena lokasi kekerasan ini berada di luar pabrik, maka saya pun menggunakan peralatan perekam kamera untuk mendokumentasikannya,” ujar Fransisko Redi.

Sementara itu, Didi Someldi Putra pemilik LSM PETA sekaligus sebagai pelapor mengaku menerima kekerasan verbal ketika ia menunjukkan lokasi dugaan pencemaran kepada tim Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Barat (Sumbar) oleh PT Kemilau Permata Sawit (KPS).

“Pada titik pertama, Humas PT KPS bernama Agus Taufik berkata kasar sambil berteriak-teriak kepada saya,” kata Didi.

Ketika kegiatan di lokasi pertama tuntas, dia pun bersama tim kembali ke lokasi awal, dan memisahkan diri dengan tim karena ingin mengambil sepatu yang tertinggal.

Namun ketika akan kembali bergabung dengan tim, dua oknum masyarakat yang mengaku sebagai ketua pemuda dan wartawan datang menghampiri sambil mengeluarkan umpatan, dan berkata kasar.

“Kejadiannya berlangsung di lokasi perusahaan dan disaksikan oleh Satpam PT Kemilau Permata Sawit, dan seorang anggota polisi, namun mereka hanya melihat tanpa ada upaya untuk melerai,” ucapnya lagi.

Setelah kegiatan verifikasi tuntas, dia pun berencana pulang sembari berpamitan dengan tim Dinas Lingkungan Hidup Sumbar dan pihak perusahaan.

“Saya pun mengajak Fransisko Redi untuk pulang, karena memang waktu itu berangkatnya juga berbarengan dengan satu kendaraan,” katanya.

Ketika akan melewati pos penjagaan, lanjut Didi, ternyata di sana sudah ada Humas PT KPS, Agus Taufik, dia pun mencoba tenang, dan berlalu. Namun, ternyata Agus Taufik terus membuntutinya bersama dengan salah seorang warga setempat.

“Agus Taufik kembali berkata kasar, dan mengumpat kepada kami. Agus Taufik bahkan mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemberitaan yang dipublis sebelumnya dengan alasan ia merasa telah dijebak,” ujarnya.

Terkait kejadian itu, Fransisko Redi sebagai Jurnalis Harian Umum Rakyat Sumbar, mengaku telah menceritakan perlakuan pihak manajemen PT Kemilau Permata Sawit (KPS) ke pimpinan di kantornya.

“Jika ada arahan atau petunjuk untuk membuat laporan polisi, maka akan saya laksanakan,” ucapnya.

hantaran/*

Exit mobile version