Terkait Polemik Berjilbab di SMKN 2 Padang, Anggota DPR RI Lisda Hendrajoni Kembali Sebut Hal Ini

Lisda Hendrajoni

Lisda Hendrajoni, Anggota DPR RI Dapil I Sumatera Barat. IST

PESSEL, hantaran.co Lisda Hendrajoni selaku Anggota DPR RI Dapil I Sumatera Barat, mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah SMKN 2 Padang beserta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumbar, dalam menyikapi polemik video viral yang beredar di media sosial beberapa waktu lalu.

Menurut Lisda, setelah penjelasan yang disampaikan oleh pihak sekolah, diharapkan dapat meredam isu negatif yang beredar di tengah-tengah masyarakat saat ini.

“Saya mengapresiasi pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar yang telah meluruskan perihal video viral tersebut kepada masyarakat. Hal ini memang harus diselesaikan secara musyawarah,” ucapnya pada wartawan di Painan, Selasa (26/1/2021).

Dalam rekaman video yang beredar tersebut, kata Lisda, tidak ada unsur pemaksaan dari pihak sekolah untuk memakai jilbab, ia melihat pihak sekolah lebih komunikatif dalam memberikan penjelasan kepada orang tua murid tentang peraturan di sekolah.

“Setelah saya melihat video itu secara langsung, guru tersebut hanya menjelaskan tentang peraturan sekolah yang berlandaskan kepada adat dan budaya Minangkabau. Nah, di sini saya berharap seluruh pihak harus menghargai norma agama dan budaya yang beragam di Indonesia,” tuturnya.

Lisda menjelaskan, di Sumatera Barat (Sumbar) memiliki mayoritas muslim di Indonesia, oleh karenanya penerapan nilai-nilai Islam harus tetap dijaga sejak anak masih usia dini.

“Ya, salah satunya tadi dengan cara berhijab. Sebab, dalam ajaran Islam seorang perempuan harus menutup auratnya terutama saat berada di depan umum. Ini hukumnya wajib, dan harus terus ditanamkan kepada anak-anak kita agar terbiasa hingga ia beranjak dewasa,” ujarnya.

Di sisi lain, Lisda menyayangkan sikap wali murid yang secara diam-diam telah merekam video tersebut hingga tersebar ke publik, hingga menyebabkan perpecahan dan hilangnya toleransi antar umat beragama.

“Seharusnya kan tidak usah direkam apalagi sampai disebarkan. Hal ini malah menjadi sikap yang tidak toleransi, sehingga menyulut perpecahan antar umat. Padahal persoalan ini seharusnya dapat dihindari,” katanya lagi.

Srikandi NasDem ini menyebutkan, penutup kepala bagi perempuan tidak hanya ada di ajaran muslim, namun juga ada pada ajaran agama lainnya. Sehingga diharapkan adanya toleransi dari kaum minoritas agar menjalani hal tersebut untuk menghargai kaum mayoritas, sekaligus agar mereka (non muslim), tidak malu jika bergaul dengan sesama muslim.

“Kan juga tidak ada salahnya sang anak pake jilbab, walaupun non muslim. Karena dalam ajaran agama lain juga ada perempuan yang menggunakan penutup kepala. Hal ini juga bagus untuk psikologi anak di sekolah. Jika tidak begitu, nanti dia merasa berbeda sendiri saat teman-teman di sekolahnya menggunakan jilbab, namun dia sendirian tidak,” tutur istri Bupati Kabupaten Pesisir Selatan itu.

Ia berharap kepada kedua belah pihak agar tidak memperpanjang persoalan tersebut, namun diselesaikan secara bermusyawarah, dengan tetap menjaga sikap toleransi antar umat beragama. Lisda berharap, seluruh pihak arif dan bijaksana dalam menentukan sikap, karena keberagaman agama dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia dibingkai dalam Bhinneka Tunggal Ika.

“Kepada seluruh pihak, agar tidak lagi memperkeruh suasana demi menjaga kerukunan antar umat beragama. Silahkan bermusyawarah dan berpendapat, namun tetap menjaga toleransi antar umat beragama,” ucapnya. (*)

Okis/hantaran.co

Exit mobile version