Tak Arogan di Jalan Raya, Ini Filosofi yang Dipakai Pecinta Vespa

vespa

Komunitas Vespa (Dok Capunk)

PADANG, Hantaran.co–Bicara soal jumlah klub atau komunitas motor di Indonesia, tak bisa dihitung dengan jari banyaknya. Bisa ratusan bahkan ribuan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Apakah itu yang terdaftar di organisasi resmi atau pun yang hanya bersifat komunitas setingkat komplek perumahan. Namun, dari banyak komunitas tersebut, klub vespa salah satu yang dikenal santuy dan tidak arogan dalam berkendara.

Di balik itu ternyata pehobi vespa tak hanya sekedar mengenal kendaraan atau sebagai alat transportasi saja. Para penikmat motor Itali tersebut memiliki filosofi besar yang membentuk penggunanya tidak arogan di jalan raya bahkan lebih mengedepannya rasa sosialnya.

Menurut Fernandez, salah satu pecinta mesin kanan dari Kota Solok, para pengguna vespa dikenal dengan filosofinya satu vespa sejuta saudara.

“Filosofinya satu vespa sejuta saudara. Di (komunitas) vespa itu kuncinya tidak ada kasta. Kami tidak berbicara ia anak siapa, backgroundnya apa, cuma kami disatukan karena punya ketertarikan yang sama yaitu vespa,” ujar pria yang disapa Capunk itu kepada Hantaran.co, Sabtu (31/10).

Dijelaskannya, bergabung dalam komunitas pencinta vespa tidak mengutamakan vespa apa yang ia pakai (mahal dan murahnya). Hanya dengan modal semangat untuk menambah saudara maka disepakati untuk jalan bersama atau bergabung dalam komunitas.

“Jadi tidak ada yang melihat, oh vespa itu pakai aksesoris ratusan juta rupiah, ga ada kayak gitu. Meski ada vespa itu harganya puluhan juta bahkan ratusan juta,” ucapnya.

Disampaikannya, kalau berbicara touring atau konvoi, vespa yang dikenal berbodi kecil dan mungil itu pernah sampai ke negara asalnya Itali dan bahkan ke Mekkah. Hal ini menunjukkan, komunitas vespa tak hanya keliling kampung, tetapi mampu touring keliling Indonesia hingga ke mancanegara.

Ini membuktikan, rasa persaudaraan adalah kunci utama dalam komunitas vespa. Meski dalam klub tersebut para pecinta vespa tidak mengenal “ospek” tetapi setiap mereka memiliki standar masing-masing untuk masuk dalam komunitas.

“Misalnya di klub, mereka tidak akan langsung merekrut orang-orang yang baru. Karena ada juga yang ingin masuk komunitas hanya sekedar mengejar stiker klub atau minta baju klub lagu gagah-gagahan pakai baju klub. Jadi biasanya kalau ada yang baru itu kita ajak nongkrong aja di bengkel supaya mereka bisa mengenal orang-orang yang ada di komunitasnya. Setelah silaturahminya tersambung maka baru ditanya dari hati kecilnya apa benar mau masuk vespa untuk mencari saudara atau hanya untuk gaya-gayaan,” tutur Capunk yang juga tergabung dalam komunitas vespa di Kota Solok.

Lebih lanjut dijelaskannya, dengan rasa persaudaran itulah yang meminimalisir sifat arogansi penikmat vespa di jalan raya. Karena menurutnya, jika pun ada pecinta vespa yang arogan ia bakal tersingkir sendirinya atau ia mengistilahkan dengan terseleksi alam.

“Kalau arogan itu jauh dari nilai-nilai vespa. Karena dalam vespa kulturnya orang-orang yang arogan itu akan terseleksi dengan alam. Secara otomatis ia akan dijauhi, dan dikucillkan orang, akhirnya ia akan mundur sendirinya. Jadi kini, vespa itu tidak bicara oh harga vespa itu sekian, aksesorisnya sekian. Hari ini kita bicara brotherhood,” kata Capunk.

(Rivo/Hantaran.co)

Exit mobile version