Sudah 50 Ribu Warga Indonesia Meninggal karena Menderita Covid-19

covid-19 meninggal indonesia

Ilustrasi vaksin covid-19 sumbar

PADANG, hantaran.co—Jumlah korban meninggal dunia karena Covid-19 se-Indonesia menembus angka 50.100 kematian, sedangkan di Sumatra Barat jumlah kasus serupa sudah mencapai 900 lebih. Sementara itu Satgas Nasional Covid-19 menyatakan alarm dini lonjakan kasus usai libur Lebaran

Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, terjadi penambahan kasus kematian sebanyak 193 kasus pada Jumat (28/5).

“Untuk update harian kasus meninggal kumulatif yaitu 50.100, atau 2,77 persen dari total kasus,” ujarnya dalam siaran kanal Youtube, BNPB Indoensia, Jumat (28/5).

Wiku mengatakan terdapat lima provinsi dengan angka kematian tertinggi harian diantaranya Jawa Tengah menambahkan 45 kasus, Jawa Timur menambahkan 19 kasus, DKI Jakarta menambahkan 19 kasus, Riau menambahkan 19 kasus, serta Jawa Barat menambahkan 18 kasus.

Data Satgas Nasional Covid-19 menunjukan, kasus kematian kumulatif tertinggi terdapat di Jawa Timur dengan jumlah kematian sudah mencapai 11.270 kasus, kemudian Jawa Tengah, 9.133 kematian, lalu DKI Jakarta 7.134 kematian, dan Jawa Barat 4.158 kasus.

Sementara itu, sambung Wiku, jumlah peningkatan kasus Covid-19 usai libur Lebaran juga mulai terlihat. Tercatat ada lima provinsi yang mulai mengalami kenaikan jumlah kasus positif yaitu Jawa Barat naik 2.221 kasus, DKI Jakarta naik 1.240 kasus, Jawa Tengah naik 948 kasus, Aceh naik 561 kasus dan Sumatra Barat naik 959 kasus di Sumbar.

“Berdasarkan data, pada kasus positif kenaikan minggu ini cukup signifikan mencapai angka 36,1 persen. Angka ini dikontribusikan dari lima provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi. Provinsi ini didominasi daerah tujuan mudik seperti Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Jawa Tengah serta provinsi tujuan arus balik yaitu DKI Jakarta,” ujarnya.

Selain itu lanjut Wiku, dampak peningkatan kasus juga terlihat pada tingkat keterpakaian tempat tidur atau okupansi di rumah sakit rujukan mulai mengalami peningkatan. Pada 20 Mei lalu jumlah keterpakaian tempat tidur ruang isolasi di seluruh RS rujukan Covid-19 di Indonesia sebanyak 20.560 tempat tidur. Namun jumlah meningkat menjadi 23.488 tempat tidur pada 26 Mei.

Menurut Wiku, indikasi ini harus menjadi peringatan keras bagi semua pihak untuk segere meningkatkan penanganan dalam mengendalikan pandemi. “Ini adalah alarm keras untuk kita semua, terutama untuk provinsi-provinsi yang berada di Pulau Jawa yang keterisian rumah sakitnya mulai mengalami peningkatan,” katanya.

Wiku mengingatkan, agar pemerintah daerah menjadikan kondisi hari ini sebagai peringatan dini untuk mengantisipasi potensi puncak lonjakan kasus yang lebih besar pascalibur Lebaran. Sebab, saat ini mobilitas warga masih terpantau tinggi

Sementara itu, data Satgas Covid-19 Sumbar menyatakan adanya penambahan kasus meninggal sebanyak 11 kasus pada Jumat (28/5). Sehingga total meninggal sudah mencapai 967 kasus. Sedagkan kasus positif mengalami penambahan 172 kasus dengan total kasus saat ini sudah menyentuh angka 43.497 kasus.

Data Satgas Covid-19 Sumbar menunjukan jumlah kasus kematian tertinggi terjadi di Kota Padang, dengan total korban meninggal sudah mencapai 365 orang. Lalu di Agam 68 kematian, di Tanah Datar 63 kematian, di Padang Pariaman 57 kematian. Hanya Kepulauan Mentawai yang mencatatkan satu kasus kematian selama pademi.

Di samping itu, kasus aktif Covid-19 di Sumbar sudah mencapai 3.147 kasus, 608 diantaranya sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Dan 2.369 orang lainnya sendang menjalani isolasi mandiri.

Sebelumnya, Pemprov Sumbar diminta segera mengambil tindakan kedaruratan dalam penanganan pandemi karena kasus positif Covid-19 yang terus meningkat. Ditambah saat ini salah satu daerah kembali ditetapkan sebagai zona merah atau berisiko tinggi penularan virus corona.

“Dibutuhkan emergency respond dengan manajemen yang baik, SDM yang mumpuni, dan anggaran yang memadai. Tidak sekadar menyiapkan fasilitas kesehatan dengan penambahan tempat isolasi dan menambah tenaga kesehatan,” ujar Defriman kepada Haluan, Minggu (23/4).

Defriman menilai, pemerintah terlihat cukup lamban dalam mengantisipasi peningkatan kasus saat ini, terlebih dengan kembali ditetapkannya satu daerah yang berstatus zona merah. Padahal, katanya, sejak awal April 2021 lalu, tanda-tanda potensi peningkatan kasus sudah terlihat.

Menurut Defriman, jika pemerintah belajar dari data yang sudah ada, maka penyebaran Covid-19 akan mudah ditangani dan dapat diantisipasi lebih dini. Pemerintah, katanya, harus belajar saat awal pandemi, saat Sumbar jadi role model dalam pengendalian saat itu. Mestinya itu dijadikan pedoman dalam mengambil kebijakan hari ini.

Sementara itu, Gubernur SUmbar Mahyeldi menyebutkan, Pemprov terus berupaya untuk mengendalikan pandemi dengan menekan angka penularan Covid-19. Salah satunya dengan menerapkan program Nagari Tageh. Sebab, menurutnya, pengendalian pandemi harus dimulai dari level terkecil.

“Di setiap nagari sudah terbentuk Nagari Tageh. Di Kota Padang, skala terkecil di RT sudah terbentuk kongsi Covid-19,” ujar Mahyeldi.

Selain itu, lanjut Mahyeldi, Pemprov Sumbar juga akan meningkatkan kapasitas testing atau pemeriksaan potensi kasus. Ia pun juga telah meresmikan mobil keliling tes swab PCR. Instruksi tes massal pun juga sudah dikeluarkan oleh Mayheldi dalam Surat Edaran nomor 360/265/Umum-2021.

(Ishaq/Hantaran.co)

Exit mobile version