Pemko Padang terus menggali sedimen untuk meminimalisir terjadinya genangan air dalam waktu yang lama. Padahal, solusi yang semestinya ditempuh adalah memakai pompa air. Pengadaan pompa air sudah kami lakukan setiap tahunnya, tapi karena anggarannya cukup tinggi, belum terlaksana hingga kini.
Niko Lesmana
Kabid Sumber Daya Air dan Drainase Dinas PUPR Padang
PADANG, hantaran.co — Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Pemprov Sumbar) berencana menelusuri kembali hulu-hulu sungai yang melewati Kota Padang sebagai langkah mitagasi banjir yang kerap terjadi di ibu kota provinsi. Sementara itu, BMKG mencatat terdapat dua titik yang diguyur hujan berintensitas ekstrem sepanjang Rabu 18 Agustus kemarin.
Wakil Gubernur (Wagub) Sumbar, Audy Joinaldy, mengatakan, sejumlah kawasan di Kota Padang memang selalu berulang kali terkena banjir saat intensitas hujan cukup deras. Seperti kawasan Tugul Hitam, Tabing Kota Padang, kawasan Air Pacah, Kuranji, Jondul Rawang, dan sejumlah kawasan lainnya (berita selengkapnya halaman 10).
“Bisa disebut ini sudah bencana berulang. Untuk mengatasi persoalan ini, kita perlu lihat betul penyebab di hulu sungai. Kita akan menginstruksikan dinas terkait untuk menelusuri penyebabnya hingga ke hulu,” ujar Audy, Kamis (19/8/2021).
Di samping itu, sambung Audy, hal yang perlu juga dalam meminimalisir potensi banjir dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Terutama kawasan sungai, dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sehingga, penyumbatan akibat tumpukan sampah di saluran air dan sungai bisa diminimalisir.
Sementara itu, Pelaksana harian (Plh) Kepala BPBD Sumbar Sumbar, Mulyadi menyebutkan, banjir di Kota Padang disebabkan oleh intensitas hujan yang cukup tinggi dengan durasi yang cukup panjang hingga malam hari. Banjir yang cukup tinggi terpantau di kawasan Koto Tangah, Simpang Kalumpang, Anak Air, Jalan Bypass, Aia Pacah, hingga Kompleks Universitas Baiturrahmah dan RS Siti Rahmah.
Selain itu, sambung Mulyadi, pada Rabu malam air permukaan laut juga mengalami kenaikan, hal ini kemudian memicu banjir rob di kawasan pantai. Menurutnya, tinggi air permukaan laut baru turun pada Kamis dini hari.
“Banjir disebabkan hujan dengan intensitas tinggi dan ada kenaikan rob atau air laut. Puncak banjir pukul 22.00 WIB hingga 00.00 WIB, karena rob mulai surut maka banjir pun mulai mereda,” ujarnya.
Akibat banjir, kata Mulyadi, sejumlah warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Hasil pendataan sementara, tercatat 247 warga Kota Padang yang harus diungsikan akibat dampak banjir. Namun, pihaknya masih melakukan pendataan lebih lanjut.
Menurut Mulyadi, kondisi hujan lebat dan kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan banjir tidak hanya terjadi di Kota Padang, tetapi juga di wilayah pesisir barat Sumbar lainnya seperti di Pesisir Selatan, sebagaian Agam, dan Pasaman Barat. Ia mengaku belum menerima laporan terkait data-data banjir dari daerah tersebut.
Butuh Pompa Air
Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) dan Drainase Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Padang Niko Lesmana kepada Haluan, Kamis (19/8) menuturkan, banjir di beberapa kawasan di Kota Padang pada Rabu malam disebabkan disebabkan curah hujan yang tinggi dan meluapnya Sungai Batang Aia Dingin dan Batang Kandih.
“Intensitas hujan yang cukup tinggi seharian mengakibatkan daerah rawan menjadi target genangan air. Memang ada dua sungai yang meluap karena tidak tertampung lagi akibat hujan deras yang tidak ada jedanya,” kata Niko.
Ia menjelaskan, selain dua titik sungai yang tidak mampu menampung curah hujan yang tinggi, kondisi drainase yang ada juga tidak mencukupi. “Sebetulnya ukuran drainase yang dibuat cukup untuk menampung air yang datang. Akan tetapi, jika bandar penuh, air yang masuk ke setiap drainase menuju saluran primer juga meluap. Akibatnya terjadi genangan,” ujarnya lagi.
Niko menyebutkan, Pemko Padang terus menggali sedimen untuk meminimalisir terjadinya genangan air dalam waktu yang lama. Padahal, solusi yang semestinya ditempuh adalah dengan menggunakan pompa air. “Pengadaan pompa air sudah kami lakukan setiap tahunnya, tapi karena anggarannya cukup tinggi, belum terlaksana hingga kini,” tuturnya.
Diperkirakan, 13 kawasan di Kota Padang membutuhkan pompa air dengan kebutuhan anggaran mencapai miliaran rupiah. 13 kawasan itu antara lain, kawasan Muaro belakang SMP 3, di mana air masuk dari anak Banda Jati dan Banda Olo; kawasan Kalimati di mana air masuk dari Jalan Nipah, Berok Nipah, dan Dobi; dan kawasan Danau Chimpago.
Selanjutnya, saluran sekunder Koto Marapak, saluran primer Paruih Kabun, saluran primer di kawasan Pasar Pagi Raden Saleh, saluran primer Lolong Belakang Hotel Pangeran Beach, Jalan Sumatera Ulak Karang kawasan UBH, Perumnas Air tawar barat, Wisma Indah Lestari Parupuak Tabiang, Pasir Putih Tabing, Rawang, Alai Parak Kopi, serta Belakang SJS Lapai.
Hujan Ekstrem
Sementara itu, Kepala BMKG BIM Padang Pariaman Sakimin mengatakan, pantauan pos hujan mencatat terdapat beberapa lokasi yang diguyur hujan dengan intensitas ekstrem pada Rabu malam, yaitu Pos Hujan Lubuk Minturun sebesar 225 mm/hari, Pos Hujan Bendung Koto Tuo sebesar 174 mm/hari, Pos Hujan Water Plan Semen Padang sebesar 128 mm/hari, dan Pos Hujan Nanggalo sebesar 146 mm/hari.
“Berdasarkan pantauan citra satelit dan citra radar untuk tanggal 18 Agustus 2021 itu, terpantau adanya awan konvektif yang signifikan yang mengindikasikan terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang di Kota Padang dengan durasi panjang,” ujar Sukimin, Kamis (19/8).
Ia menambahkan, hasil analisis dinamika atmosfer menunjukkan adanya pola gangguan cuaca Pusat Tekanan Rendah (LPA) dan pola konvergensi di pesisir barat Sumbar. Kemudian kelembaban udara yang tinggi mencapai lebih dari 90 persen sehingga menjadi indikasi terdapat pasokan uap air dalam jumlah yang sangat besar di atmosfer.
“Dengan melihat kondisi itu, maka memicu terjadinya proses pembentukan awan-awan hujan dengan kecenderungan hujan terjadi dengan intensitas lebat dalam durasi panjang. Kami terus mengimbau warga untuk tetap waspda dengan potensi cuaca ekstrem yang diprediksi mulai mengalami penurunan pada akhir pekan ini,” ucapnya menutup. (*)
Darwina/Winda/hantaran.co