Mayoritas Penduduk Sumbar dari Kalangan Gen Z dan Milenial, Pengamat Khawatir Tentang Hal Ini

Milenial

Milenial. Ilustrasi

PADANG, hantaran.co — Pengamat Ekonomi yang juga Direktur Eksekutif Economi Action (Econact) Indonesia Ronny P. Sasmita mengatakan, terdapat potensi, peluang, sekaligus tantangan dalam menyikapi mayoritas penduduk Sumbar saat ini berasal dari kalangan Gen Z dan Milenial.

“Jika berhasil ditangani, maka generasi ini akan berkontribusi pada ekonomi Sumatera Barat ke depan. Namun jika tidak tertangani dengan baik, justru akan menjadi malapetaka,” kata Ronny kepada Haluan, Jumat (22/1).

Lebih lanjut Ronny mengatakan, peluang akan tercipta jika potensi angkatan kerja dari Gen Z dan Milenial bertemu dengan lapangan pekerjaan, baik sebagai pekerja, sebagai profesional, mau pun sebagai wiraswastawan.

“Jika pemerintah berhasil mendorong terciptanya banyak lapangan kerja, baik dengan peningkatan investasi atau pun dengan peningkatan belanja pemerintah, maka akan bertambah jumlah penduduk yang berpenghasilan, sehingga akan meningkatan pendapatan per kapita,” katanya lagi.

Selain itu, sambung Ronny, dampak ini akan berlanjut pada meningkatnya kontribusi konsumsi publik, yang keduanya akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi (PE) Sumatera barat. Namun, jika mayoritas dari kedua generasi ini gagal memanfaatkan masa produktifnya, atau gagal mendapatkan lapangan pekerjaan, sulit memulai usaha baru, dan menjadi pengangguran, maka akan menjadi beban bagi generasi sebelumnya.

“Artinya, mereka akan memperkecil peluang penambahan kesejahteraan di dalam satu keluarga, membuat konsumsi rumah tangga tetap stagnan bahkan menurun, dan memperkecil pendapatan per kapita masyarakat Sumbar,” ujar Ronny lagi.

Risikonya kemudian, ulas Ronny, sebagian generasi tersebut akan tetap menjadi pengangguran, dan sebagian lagi akan eksodus keluar daerah untuk mendapatkan pekerjaan. Menurutnya, jika situasi tersebut terjadi, maka perantau yang berhasil mendapatkan pekerjaan hanya menghasilkan remitansi bagi daerah.

“Ya tentu saja melalui kiriman uang kepada keluarga mereka di kampung. Itu pun jika mereka memang mampu untuk berkirim,” ujar Ronny lagi.

Namun jika tidak cukup untuk mengirim uang ke daerah asal, menurut Ronny para perantau hanya akan membelanjakan penghasilan di daerah tempat merantau. Sama halnya dengan hanya berkontribusi untuk daerah lain.

“Di sinilah pentingnya generasi muda sedapat mungkin bekerja dan berusaha di daerah sendiri. Agar kontribusinya nyata terhadap perekonomian daerah sendiri,” ucapnya.

Menyikapi berbagai kondisi itu, Ronny menilai tugas pertama pemerintah dan kalangan terkait lainnya adalah, menyiapkan generasi muda untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang siap untuk bekerja dan berusaha.

“Mereka (generasi muda) harus dibekali kemampuan yang sesuai dengan bidang yang mereka minati, agar bisa memasuki lapangan pekerjaan yang tersedia, atau bisa memulai usaha baru sendiri,” tuturnya.

Kemudian, pemerintah perlu menyiapkan regulasi dan insentif/disentif untuk kemudahan investasi di daerah, agar pertumbuhan angkatan kerja berbanding lurus dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan. “Selain itu, penting juga menyiapakan instrumen lain yang dapat membantu generasi muda untuk menjadi wirausahawan. Misalnya, kemudahan modal usaha, kemudahan izin memulai usaha, kemudahan memasarkan produk, dan kemudahan lainnya,” ucapnya menutup.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat jumlah penduduk Sumbar sebanyak 5,53 juta jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk (SP) 2020, di mana 30,56 persen di antaranya berasal dari kalangan Generasi Z, dan 24,25 persen dari kalangan generasi milenial. Potensi ini dinilai sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan Sumbar ke depan.

Kepala Bidang Statistik Sosial (BPS) Sumbar selaku penanggung jawab (Pj) kegiatan Sensus Penduduk di wilayah Sumbar Krido Saptono menyebutkan, total 5,53 juta jiwa diperoleh setelah terjadi penambahan 687.563 jiwa warga Sumbar dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak 2010 lalu.

“Hasil SP2020 menunjukkan mayoritas penduduk Sumbar saat ini didominasi Generasi Z dengan 30,56 persen, kelahiran 1997 sampai 2012 dan saat ini rentang usianya 8 sampai 23 tahun. Lalu di belakangnya ada Generasi Milenial dengan 24,25 persen, kelahiran 1981 sampai 1996 dan rentang usianya 24 sampai 39 tahun,” kata Krido.

Krido menyebutkan, dominasi Generasi Z yang mencapai 1,65 juta bersama Generasi Milenial membuka peluang besar dalam usaha percepatan pertumbuhan ekonomi di Sumbar. Ada pun dari sisi demografi, seluruh Generasi X yang lahir pada 1965 hingga 1980 bersama Generasi Milenial tercatat sebagai penduduk yang tengah berada pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) pada 2020.

“Sekitar 7 tahun lagi, seluruh Generasi Z akan berada pada kelompok penduduk usia produktif. Tentu hal ini menjadi peluang dan tantangan bagi Sumatera Barat, baik di masa sekarang maupun masa depan. Sebab, generasi inilah yang berpotensi menjadi aktor dalam pembangunan di masa depan,” ujarnya lagi. (*)

Yesi/hantaran.co

Exit mobile version