Masyarakat Sungai Pinang Terisolasi Akibat Longsor, Ribuan Penduduk Terancam Kelaparan 

PESSEL, hantaran.co – Ribuan penduduk di Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat berharap bantuan logistik atau kebutuhan pokok segera didatangkan oleh pemerintah daerah maupun provinsi.

Informasi yang diterima wartawan, sudah tiga hari masyarakat di daerah itu terisolasi dan tak bisa keluar rumah akibat badan jalan di sejumlah titik masih tertutup longsor.

Masyarakat pun mengaku untuk kebutuhan pokok atau sembako di rumahnya ada yang sudah menipis, bahkan mulai habis. Jika kondisi itu terus berlanjut, maka ribuan penduduk di Nagari Sungai Pinang terancam kelaparan.

“Jangankan beras, cabai dan bawang saja sudah tidak ada. Kami berharap akses jalan yang tertutup longsor ini segera terbuka,” ujar Muhammad Zein, Datuak Rajo Bakeh, salah seorang tokoh masyarakat di Nagari Sungai Pinang, Minggu (4/9/2022).

Terkait kondisi tersebut, ia berharap agar pemerintah daerah maupun provinsi segera mengirimkan bantuan sembako untuk masyarakat setempat. Menurutnya, pemerintah setempat tidak boleh abai terhadap masyarakatnya terlebih dalam kondisi darurat.

“Kalau memang ingin memberikan bantuan, sebenarnya ada dua cara. Pertama, bisa pakai jalur laut. Kedua, jalur darat. Untuk jalur darat ini memang petugas harus sedikit berjalan melintasi sejumlah titik longsor,” katanya.

Muhammad Zein yang juga selaku Ketua KAN di Nagari Sungai Pinang ini mengatakan, agar apa yang menjadi keluhan dan harapan warga bisa segera disampaikan kepada pemerintah daerah ataupun provinsi.

“Kapan perlu, sampaikan langsung ke babe itu, Bupati,” ucapnya lagi.

Hal senada disampaikan Imel (34), salah seorang warga Sungai Pinang yang mengaku stok sembako yang ada di rumahnya hampir habis.

Menurutnya, jika akses tidak juga kunjung terbuka dalam waktu dua hari ini, maka dikhawatirkan masyarakat di nagari itu bisa kelaparan.

“Bukan tidak ada uang untuk membeli sembako, tetapi karena akses jalan yang belum terbuka dikarenakan terdapat sejumlah titik longsor,” tuturnya.

Biasanya, kata dia, kalau untuk membeli sembako ada warung-warung kecil di tepi jalan Nagari Sungai Pinang. Setiap hari, masyarakat belanja ke sana. Namun, sejak tiga hari terakhir, penjual sembako di warung kecil Sungai Pinang juga kehabisan stok.

“Biasanya pemilik warung itu belanja ke Gaung di Padang. Karena dari sini jaraknya dekat. Jika besok akses jalan ini belum juga terbuka, kami tidak tahu harus makan apa lagi,” ujarnya.

Pantauan di lapangan, hingga Minggu (4/9/2022) bantuan sembako dari pemerintah setempat belum kunjung tiba.

Terpisah Wali Nagari Sungai Pinang, Darmen mengatakan, saat ini masyarakat yang terisolasi di Nagari Sungai Pinang mencapai 500 Kepala Keluarga (KK).

“Jumlah penduduk kami ada 1.800 orang lebih, dengan wajib pilih 1.200. Mudah-mudahan bantuan pemerintah baik daerah maupun provinsi bisa datang lebih cepat,” katanya.

Menurutnya, selain menipisnya stok sembako, saat ini aliran listrik di Nagari Sungai Pinang juga ikut padam dan sinyal untuk komunikasi selular terputus.

Masyarakat yang biasa memasak menggunakan aliran listrik, sekarang beralih menggunakan kompor gas.

“Ya, untuk informasi dan komunikasi saat ini kami susah. Sinyal dan listrik mati,” ucapnya lagi.

Darmen mengatakan yang terpenting saat ini adalah kebutuhan menyangkut sembako. Masyarakat juga tidak berani membeli sembako ke arah Kota Padang menggunakan jalur laut. Terlebih, saat ini cuaca tak menentu dan sering badai.

“Sudah 50 tahun lebih warga tak pernah lagi beli sembako lewat jalur laut ke Padang,” tuturnya.

Terkait akses jalan yang tertutup longsor, hari ini hingga pukul 17.30 WIB, dari empat titik longsor di Sungai Pinang, terlihat dua titik sudah berhasil dibuka atau dibersihkan dengan menggunakan satu unit excavator yang diturunkan oleh pihak provinsi.

Sementara dua, sisa titik longsor lainnya masih menutup badan jalan sepanjang 20 meter dengan ketebalan material longsor diperkirakan 2 meter.

Dari dua titik longsor itu, satu titik diantaranya perlu penanganan ekstra. Karena tidak hanya tumpukan tanah yang menutup badan jalan, tetapi ada batu-batu besar yang turut menyulitkan proses pembersihan.

Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pesisir Selatan juga turut memantau titik lokasi dan menuju pemukiman warga Sungai Pinang dengan berjalan kaki sekitar 3 kilometer.

Mereka juga turut memastikan kondisi terkini warga di Sungai Pinang. Petugas turut didampingi oleh Ketua KAN, Muhammad Zein, Datuak Rajo Bakeh.

Pembersihan material longsor butuh tambahan alat berat

Di lokasi longsor, wartawan juga bertemu Yufrizal selaku Kasi Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga Cipta Karya Tata Ruang, Provinsi Sumbar.

Menurutnya, untuk percepatan pembukaan akses jalan, pihaknya bakal segera menambah alat pembersih material longsor.

Pihaknya akan menurunkan satu alat berat pemecah batu. Hal itu diupayakan karena terdapat beberapa titik longsor yang tertutup batu-batu besar.

Yufrizal menyebut, secara keseluruhan dari arah Padang Teluk Kabung menuju sungai Pisang terdapat 11 titik longsor. Selain itu, pohon-pohon besar juga banyak yang tumbang.

“Tapi, untuk jalan longsor ada empat titik yang butuh penanganan ekstra, termasuk di Sungai Pinang. Insya Allah, besok pagi alatnya sudah tiba, kami coba mobilisasi alatnya dari Sijunjung,” ujarnya.

hantaran/*

Exit mobile version