Kuburan Meninggi di Sungai Asam Dikaitkan dengan Makam Syekh Kiambang

kuburan meninggi sungai asam

Seorang warga melihat kuburan meninggi di Nagari Sungai Asam, Kabupaten Padang Pariaman

PADANG PARIAMAN, hantaran.co–Fenomena kuburan meninggi di Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2X11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman menggemparkan masyarakat. Kuburan dengan tinggi 1,5 Meter dikaitkan sejumlah orang dengan makam Syekh Kiambang.

“Fenomena kuburan tinggi ini memang mengejutkan warga setempat. Awalnya makam ini hanya satu saja, tiba-tiba sekarang ada tiga makam yang tinggi 1,5 Meter,” ujar Asril pada Selasa (30/3).

Ia mengatakan, kejadian langka tersebut membuat warga sekitar berbondong-bondong ingin menyaksikan fenomena langka tersebut.
Munculnya tiga kuburan serta tanah kuburan meninggi, diketahuinya secara perlahan atau berangsur-angsur.

“Memang kami dan warga setempat belum mengetahui pasti kuburan siapa ini. Namun, yang pastinya kami menduga ini kuburan ulama terkenal di daerah ini Syekh Kiambang, mengingat tanah ini merupakan tanah orangtuanya,” ujarnya lagi.

Lebih lanjut dijelaskannya, kemunculan kuburan pertama diketahui sekitar November 2020.

“Tiba saja ada kuburan muncul, saat kuburan kedua muncul tanah mulai meninggi hingga saat ini muncul lagi kuburan ketiga sehingga ketinggian tanah lebih satu meter dengan lebar lebih 2 meter,” katanya.

Anehnya lagi, kata Asril kuburan tersebut bertambah jumlahnya atau tingginya ketika ada pemakaman baru di sekitar kawasan tersebut.

Sementara itu, Wali Korong Sungai Asam bernama Anwar mengatakan, sepengetahuannya tidak ada pihak yang sengaja melakukan hal tersebut.

“Tidak ada yang meletakan batu mejan (nisan) atau menaikkan tanah kuburan tersebut. Di sekitar juga tidak ada tanda-tanda campur tangan orang,” ujarnya.

Sementara itu, Ahli Geologi Ade Edward mengatakan, terkait tanah kuburan yang tiba-tiba meninggi jangan dikaitkan dengan hal yang mistis. Menurutnya itu merupakan fenomena alam yang biasa.

“Fenomena biasa ini jangan dikaitkan ke hal-hal yang mistis karena bisa mengarah kepada kesyirikan,” katanya.

Ade menjelaskan kejadian itu merupakan fenomena alam biasa yang disebut fenomena Diapir. Diapir itu karena berat jenis material yang dibawah lebih ringan dari yang di atas.

Dia menambahkan, karena yang di bawah lebih ringan, sehingga ia menekan yang di atas sehingga tanah membumbung.

“Apalagi ini setelah musim hujan. Bisa juga akibat ada retakan-retakan lain yang lebih ringan sehingga naik ke atas,” ujarnya lagi.

(Chairul/Hantaran.co)

Exit mobile version