Opini

 Kesenian Gambang, Musik Komunikatif sebagai Wujud Kerukunan

×

 Kesenian Gambang, Musik Komunikatif sebagai Wujud Kerukunan

Sebarkan artikel ini
Musik Gambang
Salah satu dokumentasi kesenian Gambang

Oleh Ijum

Wujud dari sebuah kerukunan itu tidak hanya ditunjukkan oleh rasa empati terhadap interpretasi menghargai satu sama lainnya saja. Namun, ada banyak hal-hal lainnya yang bisa diinterpretasikan untuk mewujudkan nilai-nilai dari kerukunan itu. Salah satunya melalui pendekatan seni budaya.

Berkilah dari konsep teoritis, pendekatan seni budaya yang dimaksudkan bukanlah suatu ajaran akan hubungan sosial. Akan tetapi yang dimaksud adalah salah satu unsur budaya yaitu seni tradisi, di mana seni tradisi sesungguhnya juga mampu untuk mewujudkan nilai-nilai kerukunan itu.

Seni tradisi nyatanya bukanlah persoalan komponen (pertunjukan, tari, musik, upacara adat) secara fisik, tujuan, dan fungsi semata. Di balik itu seni tradisi hakikatnya juga menyimpan nilai-nilai baik yang juga bisa diamalkan untuk penguatan hubungan sosial seseorang dengan orang lain ataupun suatu kelompok dengan kelompok lain.

Seperti halnya kesenian musik Gambang. Kesenian Gambang merupakan seni musik tradisi yang berasal dari Kota Padang, Sumatra Barat. Secara spesifiknya seni musik Gambang ini berada di muara Kota Padang tepatnya di Kampung Pondok, di mana Kampung Pondok sendiri mayoritas masyarakatnya ditempati oleh masyarakat dari etnis Tionghoa.

Keberadaan mereka tentu tidak terlepas dari catatan sejarah yang mengikatnya, di mana muara Kota Padang dulunya menjadi pusat perdagangan besar yang turut membawa masyarakat Tionghoa ikut bermigrasi dalam hal urusan dagang. Sehingga mereka pun menetap dari generasi ke generasi dan telah menjadi bagian dari masyarakat Kota Padang, Sumatra Barat.

Menurut cerita yang dituturkan oleh salah satu pelaku seni musik Gambang, Bakhtiar (67), mengatakan bahwa seni musik Gambang merupakan adopsi langsung dari seni musik Gambang Kromong yang berada di Jakarta. Lebih awalnya lagi, seni musik Gambang Kromong juga merupakan bentuk kolaborasi alat musik Tionghoa (sukong, tehyan, kongahyan) dengan alat musik Betawi (gamelan, gendang).

Paduan dari kedua alat musik dan etnis tersebut yang kemudian menjadi warna baru terhadap pembaharuan dan pengembangan khazanah musik tradisi, sehingga lahirlah seni musik Gambang Kromong itu sendiri. Secara perlahan seni musik itu juga menyebar, umumnya di sekitaran Jakarta. Kemudian beranjak di tahun 1930-an, seni musik Gambang Kromong pun akhirya juga menyambangi Kota Padang.

Berkat minatnya masyarakat Tionghoa Padang dengan seni musik itu, akhirnya diteruskan pula seni musik tersebut di mana masyarakat Kampung Pondok lebih mengenal seni musik itu dengan sebutan kesenian Gambang. Bahkan keberadaan seni musik Gambang di Padang mampu dirawat dengan baik oleh pelaku seninya, termasuk Bakhtiar sendiri yang merupakan generasi ke-3 dari seni musik Gambang tersebut.

Adanya faktor geografis dan sosial budaya, seni musik Gambang juga memiliki kekhasannya sendiri dari seni musik Gambang Kromong. Apabila seni musik Gambang Kromong diidentikkan dengan instrumen musik tradisional, sebaliknya seni musik Gambang instrumen musiknya terdiri dari paduan alat musik tradisional yang ditambah dengan alat musik modern, seperti biola, gitar, dan selo.

Meski ada pengembangan kembali, namun ada satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari keduanya, yaitu alat musik gambang yang menjadi dasar instrumen seni musiknya. Sebab, keberadaan alat musik gambang yang terbuat dari kayu khusus yang didatangkan dari Cina dengan bentuk 18 kepingan kayu yang berukuran panjang dan pendek (sebagai tingkatan nada) itu, menjadi corak utama (yaitu hasil bunyi dengan nada khusus; pentatonik Cina) yang mewarnai seni musik Gambang dan seni musik Gambang Kromong tersebut.

Dalam fungsinya sendiri, seni musik Gambang hanyalah bersifat hiburan semata tanpa adanya unsur-unsur keperceyaan tertentu. Dari fungsinya sebagai hiburan itu seni musik Gambang dapat ditemui dan didengar pada saat perayaan upacara tertentu seperti Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, dan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu juga dapat dilihat pada saat upacara kematian dan pernikahan.

Untuk permainannya, seni musik Gambang dimainkan oleh 9 hingga 10 pemain termasuk penyanyi dan penarinya. Dalam permainannya, seni musik Gambang akan melantunkan musik dengan berbagai macam lagu dari yang wajib hingga populer/kekinian. Tapi lagu-lagu yang dimainkan pada musik Gambang ini akan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada suatu upacara yang tengah diadakan.

Saat upacara kematian, seni musik Gambang akan menghadirkan nuansa lagu sedih dan haru, serta nasihat ketabahan keluarga untuk menerima kematian. Lalu pada saat upacara pernikahan, musik Gambang akan memainkan lagu dengan nuansa gembira, mengisahkan seseorang yang hendak menikah dan juga nasihat-nasihat khusus kepada orang yang akan menikah. Kemudian juga ada nuansa suka cita dan harapan yang dapat ditemukan pada saat perayaan besar (Imlek, Cap Go Meh, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia).

Artinya, keberadaan seni musik Gambang sendiri hadir sebagai gambaran suasana yang ditranskipkan melalui alunan musik yang dibawakan para pemain musik Gambang tersebut. Dengan kata lain seni musik Gambang adalah jembatan interaksi bagi penikmat dengan suasana yang terjadi.

Keragaman yang Dibalut Satu Rasa

Kembali kepada topik wujud kerukunan yang dijelaskan di atas, dapat dilihat bahwa musik Gambang sebagai seni musik tradisi menjadi salah satu implementasi kerukunan melalui pendekatan seni budaya yang telah dijelaskan.

Lebih jelasnya lagi, seni musik Gambang yang dalam sejarahnya dimiliki oleh masyarakat Tionghoa Padang, pada kenyataannya tuturan sejarah itu hanyalah sebagai rasa untuk pelepas tanya. Seni musik Gambang sedari dulu dan kini tidak hanya dimainkan oleh orang-orang yang dari keturunan Tionghoa Padang saja, melainkan musik Gambang dari generasi ke generasi dimainkan oleh orang-orang dari berbagai suku, agama dan kalangan, seperti orang dari suku Minangkabau, orang Nias, orang India Keling, dan dari suku lainnya.

Musik Gambang sebagai seni musik yang komunikatif tanpa adanya nilai-nilai tertentu yang mengikat, mampu memantik dan menjembatani penikmat maupun lingkungannya. Artinya, seni musik Gambang mampu menjadi salah satu alternatif untuk mewujudkan nilai-nilai kerukunan itu melalui perbedaan-perbedaan yang menjadikannya satu rasa yang sama.

Seperti musik Gambang yang dimainkan oleh orang-orang dari berbagai suku dan kalangan itu, menunjukkan suatu gambaran akan indahnya kerukunan. Dengan satu rasa dan cinta yang sama kepada seni musik Gambang, perbedaan itu menjadi pemanis di luar dan di dalam. Di luar, seni musik Gambang sebagai seni musik tradisi mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang kolektif dan bergotong royong. Dan di dalam, seni musik Gambang menguatkan ikatan dan hubungan silaturahmi sesama mereka, bahkan lebih dari itu menjadi gambaran pula terhadap kuatnya persaudaraan.

Seni musik Gambang menggambarkan akan betapa jelasnya keragaman itu terbalut oleh satu rasa dan cinta yang sama. Melalui pendekatan seni budaya itu, seni musik Gambang tersebut menjadi salah satu wadah yang menjembatani wujud kerukunan tersebut.