Epyardi Asda: Rindu Serindunya Perantau Adalah Kampung Halaman

epyardi rindu serindunya perantau

Bupati Solok Epyardi Asda memeluk putrinya setelah selesai salat idulfitri di Lapangan Bola GOR Batu Batupang

SOLOK, hantaran.co–Merantau bagi orang Minangkabau sudah menjadi tradisi budaya. Bahkan ada pepatahnya yang menjelaskan lelaki minang dianjurkan untuk merantau, Karatau madang di ulu babuah babungo balun. Marantau bujang dahulu di rumah paguno balun.

Uniknya, sejauh-jauhnya mereka merantau, ia selalu ingin pulang ke kampung halaman. Ini bisa dilihat saat idulfitri atau idulada.

Di momen inilah, perantau pulang. Dan dapat dipastikan jalan-jalan di Sumatera Barat macet. Dipenuhi kendaraan dari luar kota bahkan dengan stiker di kaca mobil Pulang Basamo.

Epyardi Asda Bupati Solok yang juga pernah menjadi perantau mengatakan, setiap orang Minangkabau yang merantau akan selalu ingin balik ke kampungnya, baik untuk sekedar mengingat memori kehidupannnya (nostalgia) atau pun ingin membangun kampung halaman.

“Maka itu ada namanya pepatah yang mengatakan, sajauah jauh tabang bangau pulangnyo pasti ka kubangan juo. Ini saya rasakan puluhan tahun merantau di Jakarta dan ke luar negeri,”ucap Epyardi pada Sabtu (29/4/2023).

Dikatakannya, saat takbir berkumandang, seakan-akan kampung ikut memanggil pulang. Perantau bersiap bergulat dengan waktu bagaimana cara agar bisa sampai di kampung halaman, menikmati sepotong goreng ubi,kopi hitam dan hijaunya sawah.

“Saya merasakan sekali ini. Bagi mereka perantau, rindu serindunya itu adalah kampung halaman. Ada rasa yang tak bisa diungkapkan jika kita seorang perantau mendengar kampung halaman. Tanah dimana ari-ari kita ditanam tak mungkin bisa dilupakan,”ujar mantan kapten kapal itu.

Satu hal lagi menurut Epyardi yang menjadi keutamaan adalah terjalinnya silaturahmi antara perantau dengan masyarakat di ranah (kampung halaman).

“Terjadi saling tukar informasi, ide, gagasan dan pikiran. Inilah momen dimana semua pihak bisa bersatu bagaiamana membangun kampung halaman,”tutur putra asli Singkarak itu.

Dijelaskannya, ia meyakini para perantau sangat ingin membangun kampung halamannya. Namun, tentunya diperlukan komunikasi yang baik.

Ia sebagai kepada daerah, siap mendukung terwujudnya keinginan para perantau dalam membangun.

“Saya kan juga perantau, jadi tahu bagaiamana rasanya ikut membantu kampung halaman. Kita tidak bicara soal duit dahulu, tapi peran serta buah pikiran perantau. Jika sudah bersama, semua bisa kita lalukan. Saya lihat banyak perantau yang bangun masjid di Kabupaten Solok dan itu bukan kecil tapi masjid besar. Semangat-semangat seperti ini lah yang perlu kita tularkan untuk kampung tercinta kita ini,”tuturnya.

Epyardi menggambarkan, banyak potensi yang bisa digarap oleh para perantau khususnya di bidang pariwisata. Dicontohkannya,dibagian selatan Kabupaten Solok atau sekitar Alahan Panjang, adalah kawasan yang akan dijadikan sebagai objek pariwisata.

“Sama-sama kita lihat, dalam masa periode kepemimpinan saya, sadah banyak investor yang mulai membangun objek wisata. Termasuk tokoh masyarakat kita Pak Gamawan Fauzi. Ini membuktikan peran perantau begitu besar. Kecintaannya kepada kampung halaman begitu dalam,”ujarnya.

Meski begitu, kampung halaman tetaplah menjadi kampung bagi perantau. Majunya kampung ia tetap dipanggil kampung.

Bagi Epyardi Asda pulang kampung adalah dahaga batin. Dan membangun kampung adalah pengabdian.

(Dafit/ hantaran.co)

Exit mobile version