Cuaca Panas di Sumbar Berpotensi Hingga Maret, Ini Penyebabnya

Maret

Kondisi lahan pertanian yang dilanda kekeringan di kawasan Gunung Sarik, Kota Padang, Kamis (18/2). Kekeringan disebabkan kondisi kemarau dan cuacana panas yang berlangsung di Sumbar sejak beberapa pekan terakhir. TIO FURQAN

PADANG, hantaran.co — Cuaca panas dalam beberapa pekan terakhir di Sumbar dipengaruhi oleh Angin Muson Asia, yang menarik massa udara yang semestinya membentuk awan-awan di Sumbar ke arah tenggara Indonesia. Meski panasnya cuaca masih terkategori normal, BMKG memprediksi kondisi ini akan berlangsung hingga Maret 2021.

Hal itu disampaikan Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, Yudha Nugraha. Menurutnya, cuaca panas atau cerah di sebagian besar wilayah Sumbar memang berlangsung sejak siang hingga malam hari. Hal ini turut disebabkan sistem tekanan rendah di wilayah Selatan Pulau Jawa.

“Penyebab utama cuaca panas ini karena dinamika arus Angin Muson Asia, yang menyebabkan muncul sistem tekanan rendah di wilayah selatan Jawa. Akibatnya, curah hujan di Jawa hingga Sumatra bagian selatan meningkat. Namun sebaliknya, tekanan rendah itu menarik massa udara di daerah lain seperti Sumbar. Padahal, massa udara yang seharusnya membentuk awan-awan hujan,” tutur Yudha kepada Haluan, Sabtu (21/2).

Namun demikian, Yudha menyampaikan bahwa cuaca panas yang terjadi masih dalam kategori normal dengan suhu berkisar 32 hingga 33 derajat celcius pada siang hari. Cuaca panas sendiri baru masuk kategori ekstrem jika sudah mencapai lima derajat di atas suhu normal.

Yudha menilai, cuaca panas yang terjadi hampir merata di seluruh daerah di Sumbar ini bakal berlangsung hingga Maret 2021 mendatang. “Namun yang cenderung itu adalah cuaca cerah dan cerah berawan, baik itu untuk kondisi siang maupun malam. Cuaca ini merata di seluruh wilayah di Sumbar,” kata Yudha.

Selain itu, kata Yudha, cuaca panas ikut menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Sumbar mengering, serta debit air sungai yang ikut berkurang. “Jadi kalau kita lihat kondisi cuaca panas seperti ini masih terjadi hingga lima pekan ke depan, yang artinya ada peluang hujan turun di pertengahan Maret 2021 atau malah di awal April 2021,” ujarnya.

Selain menimbulkan dampak pada kondisi suhu udara yang terasa panas dan gerah, BMKG juga memantau terlihat kemunculan sembilan titik api yang tersebar di sejumlah daerah seperti, Kabupaten Pasaman Barat, Agam, Limapuluh Kota, dan Dharmasraya, serta daerah lainnya.

Namun untuk sembilan titik api itu, sejauh ini masih dalam kondisi tingkat kepercayaan yang rendah. Akan tetapi, bila masyarakat tidak berhati-hati dalam beraktivitas seperti membakar di kawasan sawah maupun perkebunan, akan sangat berisiko hingga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kondisi cuaca panas yang terjadi hingga Februari ini. Serta, sangat disarankan untuk tidak melakukan kegiatan membakar sampah atau bahkan perkebunan dengan sengaja.

“Bagi masyarakat yang beraktivitas banyak di luar rumah, disarankan agar memakai pelindung kepala seperti topi. Karena dengan suhu udara 33 derajat celcius ini, bisa membuat kondisi fisik merasa pusing dan bahkan terjadi dehidrasi,” ucap Yudha lagi.

Sebelumnya, Dinas Pertanian Kota Padang juga mencatat terdapat delapan titik sawah yang mengering dengan total luas mencapai ratusan hektare. Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Syahrial Kamat menjelaskan, delapan titik sawah yang mengering akibat cuaca panas yang berlangsung di Kota Padang itu paling banyak tersebar di Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

“Di Bungus Teluk Kabung itu ada 6 sawah yang mengering dan sebagian besarnya sudah ditanami padi,” katanya.

Syahrial memaparkan, ada pun enam titik sawah yang mengering di Bungus Teluk Kabung itu, diawali dari Kelurahan Bungus Barat dimana di sana luas lahan sawah yang terdampak mencapai 190 hektare, dimana 120 hektare nya sudah ditanami padi.

Kemudian, sambungnya, di Kelurahan Bungus Selatan, dengan luas sawah yang terdampak 35 hektare dan dari luas itu seluruh lahan sudah ditanami. Begitu juga di Kelurahan Teluk Kabung Utara, dimana di sana ada 97,5 hektare lahan yang terdampak, namun hanya sebagian sawah itu yang kini tengah ditanami padi yakni 30,5 hektare.

Selain itu, kekeringan juga melanda sawah di Kelurahan Teluk Kabung Selatan, dengan luas 18 hektare lahan yang terdampak, tapi sawah itu saat ini belum dikelolah oleh petani, artinya masih dibiarkan tidur. Lokasi terakhir di Bungus Teluk Kabung itu, ada di Kelurahan Bungus Timur, di sana ada 10 hektare lahan sawah yang terdampak dan 10 hektare itu saat ini tengah ditanami padi.

“Jadi untuk usia tanam padi di sawah yang kini mengiring itu beragam, mulai dari usia tanam 7 sampai 60 hari. Kita berharap semoga hujan segera turun, dan membasahi sawah yang kering dan kembali bisa dikelola oleh petani,” ucapnya. Ada pun untuk 2 titik lahan sawah yang kering lainnya, juga dirasakan di Kecamatan Nanggalo yakni persis di Kelurahan Tabing Banda Gadang, lahan yang terdampak tidak begitu luas yakni 0,25 hektare saja. Begitu juga untuk lahan sawah yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan yakni di Kelurahan Koto Lalang sawah yang kering ada seluas 3,5 hektare dan saat ini 3,5 hektare lahan itu sudah ditanami padi, dengan usia tanam berjalan 40 hari. (*)

Yesi/hantaran.co

Exit mobile version