Opini

PASAMAN 80 TAHUN: BANGKIT TANPA MERUSAK, MAJU TANPA MENGHANCURKAN

68
×

PASAMAN 80 TAHUN: BANGKIT TANPA MERUSAK, MAJU TANPA MENGHANCURKAN

Sebarkan artikel ini
Ir. Ulul Azmi, ST., M.Si., CST., IPM., ASEAN Eng.
Ir. Ulul Azmi, ST., M.Si., CST., IPM., ASEAN Eng.

Delapan puluh tahun Kabupaten Pasaman berdiri bukan sekadar angka dalam kalender sejarah, melainkan perjalanan panjang tentang perjuangan, nilai, dan kebijaksanaan. Dari Bonjol yang bersejarah hingga Rao yang subur, dari lembah Talu hingga hulu Batang Sumpur, Pasaman adalah tanah yang tumbuh dari kerja keras rakyatnya dan dilindungi oleh doa para leluhur.

Sebagai putra Pasaman, saya memandang usia ke-80 ini sebagai momentum kebangkitan. Pasaman Bangkit bukan hanya tema peringatan, tetapi tekad bersama untuk membangun dengan ilmu dan menjaga dengan nurani. Sebab kemajuan sejati bukan diukur dari seberapa banyak kita membangun, tetapi seberapa bijak kita menjaga alam yang memberi kehidupan.

Pasaman memiliki potensi besar yang dapat menjadi tonggak perubahan, salah satunya energi panas bumi (geothermal) di Bonjol. Energi ini adalah masa depan energi bersih yang selaras dengan komitmen dunia terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 7 tentang energi bersih dan terjangkau, SDG 9 tentang industri dan inovasi, SDG 13 tentang penanganan perubahan iklim, dan SDG 15 tentang menjaga ekosistem darat.

Namun pengelolaan energi panas bumi tidak boleh melupakan aspek sosial dan ekologis. Potensi besar tanpa etika hanya akan menjadi ancaman. Energi hijau harus menjadi energi rakyat, bukan proyek eksploitatif. Bonjol semestinya menjadi contoh pengembangan energi bersih berbasis masyarakat, yang melibatkan warga lokal, menjaga ekosistem, dan menghadirkan manfaat berkelanjutan bagi daerah.

Saya ingin menyampaikan dengan tegas: jangan hancurkan ekologi Pasaman demi kepentingan sesaat. Sungai, hutan, dan tanah kita adalah sumber kehidupan, bukan sumber keuntungan pribadi. Saat ini, banyak sungai di Pasaman mulai keruh akibat aktivitas tambang ilegal. Padahal sungai bukan hanya jalur air, tetapi urat nadi kehidupan masyarakat. Jangan dikeruk sungai demi kepentingan jangka pendek, karena air yang kita kotori hari ini akan menjadi air mata generasi yang akan datang. Alam Pasaman harus dijaga sebagai warisan suci, bukan ladang eksploitasi.

Namun, kita juga harus adil kepada rakyat kecil. Banyak masyarakat menggantungkan hidup pada tambang rakyat tradisional. Maka, solusinya bukan hanya pelarangan, tetapi penataan dan pemberdayaan.

Saya mengusulkan agar tambang rakyat dikelola melalui Koperasi Rakyat Tambang (KRT) sebagai wadah resmi dan legal yang mempertemukan kebutuhan ekonomi rakyat dengan tanggung jawab ekologis. Dengan sistem koperasi, rakyat menjadi pelaku utama, bukan korban. Kegiatan tambang bisa diatur, diawasi, dan diarahkan pada prinsip produksi bertanggung jawab serta pemberdayaan ekonomi lokal. Model seperti ini akan menciptakan harmoni antara keadilan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Rakyat tetap bekerja, namun sungai tetap jernih, hutan tetap tegak, dan tanah tetap subur.

Sebagai insinyur, saya meyakini bahwa setiap pembangunan harus berpijak pada etika, ilmu, dan tanggung jawab moral. Sebab kemajuan tanpa moral lingkungan hanya akan melahirkan kehancuran. Pembangunan di Pasaman harus mengusung semangat SMART: Sinergi, Modern, Adaptif, Religius, dan Terdepan. Dengan sinergi antar generasi, modernitas yang berakar pada kearifan lokal, serta nilai religius yang menjadi fondasi moral, Pasaman akan tumbuh sebagai kabupaten yang maju tanpa kehilangan marwah.

Kini saatnya kita menata ulang arah pembangunan. Hentikan penambangan liar yang merusak sungai. Kelola potensi alam dengan ilmu dan etika. Libatkan rakyat dalam setiap kebijakan pembangunan.

Pasaman 80 Tahun adalah momentum untuk bangkit tanpa merusak, maju tanpa menghancurkan. Mari kita jaga tanah kelahiran ini sebagai amanah. Mari rawat sungai-sungai yang menyejukkan, lindungi hutan yang meneduhkan, dan hidupkan ekonomi rakyat tanpa melukai bumi yang menumbuhkan.

Pasaman adalah rumah kita bersama. Pasaman milik kita, bukan hanya kami. Ia hidup karena gotong royong, tumbuh karena kebersamaan, dan akan kuat bila dijaga dengan cinta oleh seluruh anak negerinya baik yang di kampung halaman maupun yang merantau jauh.

Selamat Ulang Tahun ke-80 Kabupaten Pasaman. Semoga Allah SWT memberkahi setiap langkah pembangunan, menuntun setiap pemimpin untuk arif, dan menjaga Pasaman sebagai tanah yang subur, sejahtera, dan bermartabat. (*)