Antara Merantau dan Mengangkat Kejayaan Petani Kabupaten Solok

petani kabupaten solok

Bupati Solok Epyardi Asda bersama Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi saat menanam bawang merah secara simbolis di BPTP Sumbar pada Selasa (30/11).

Siang itu Zulkarnaini, tampak sibuk mengatur beberapa orang petani agar berkumpul di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumbar di Arosuka, Kabupaten Solok, Senin (29/11). Sebagai ketua kelompok tani bawang merah, ia diundang diacara kunjungan Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi.

Wajahnya berat, seakan membawa beban tentang nasib petani bawang yang kini remuk dihantam harga yang anjlok.

“Harga ini bisa saya katakan hancur lebur. Ini sudah satu bulan. Memprihantikan dan menyedihkan kondisi ini,”ucapnya.

Dijelaskannya, harga dan modal tidak lagi sesuai. Ada beberapa faktor yang membut petani kian terpuruk, diantaranya gagal panen karena faktor cuaca dan hama ditambah harga pupuk dan peptisida yang ikut naik.

“Cuaca berpengaruh, lalu ada hama, panen terganggu dan tentu ada pupuk dan peptisida, nah sekarang harganya naik luar biasa. Sementara harga jual jauh merosot. Sekarang aja di bawah Rp10 ribu ada yang Rp6 ribu. Sedangkan minimal harga bawang itu bisa kembalikan modal Rp15 ribu, dengan kondisi harga ini hasil panen tidak memuaskan, ini seperti sudah jatuh ditimpa tangga,”kata pria yang disapa Zul ini.

Dikatakannya, untuk pupuk yang biasanya satu karung harganya Rp530000, kini naik menjadi Rp630000. Kenaikan ini dianggap tidak wajar oleh petani.

“Kalau naiknya Rp10 ribu atau Rp20 ribu masih dimaklumi. Ini naiknya Rp100 ribu,”ucapnya.

Ia berharap peran pemerintah secara langsung untuk intervensi soal harga, baik untuk pasaran hingga harga jual pupuk.

“Saya berharap ada peran pemerintah baik melalui kebijakannya apakah itu dari kabupaten, provinsi dan pusat. Kalau boleh saya kasih contoh, bisa saja ASN diwajibkan beli bawang 2 kilo untuk bulan ini untuk menstabilkan harga aja. Lalu dulu pernah ada rencana soal bulog yang akan mengambil hasil panen petani ini kan bisa kembali diadakan,”ucapnya.

Zul mengungkapkan, kondisi petani saat ini sudah dalam kondisi lesu untuk budidaya. Karena menurutnya, untuk memulai kembali bertanam memerlukan biaya.

Tak hanya itu, Zul mengatakan, jika kondisi seperti ini terus berlanjut bukan tidak mungkin kebiasaan orang Minang yang dahulunya suka merantau kembali ramai.

“Kita selalu menggembar-gemborkan harus kembali ke petani,  saatnya petani milenial dan lebih sejahtera. Kalau seperti ini yang terjadi orang bakal lari, apalagi orang Minang hobinya merantau. Pemuda pemudi kita akan kembali sifat utamanya merantau. Karena ternyata lahan pertanian tidak menjanjikan,”ucapnya.

Melihat kondisi saat ini, Bupati Solok Epyardi Asda menyampaikan tentang kondisi pertanian di Kabupaten Solok. Menurutnya, soal harga bawang yang anjlok ia sudah berkomunikasi dengan Kementerian Pertanian.

Diperlukan banyak sentuhan dari berbagai sektor untuk mengatasi masalah tersebut. Ia juga meminta untuk petani tidak merantau, karena kondisi lahan pertanian sangat menjanjikan.

Disampaikan Epyardi, produksi bawang merah di Kabupaten Solok termasuk banyak bahkan manjadi sentral di Sumatera Barat. Salah satu tanaman pertanian yang dianggap stabil adalah kentang. Namun, terkendala benih atau bibit yang langka. Jika pun ada itu mesti dipesan ke Jawa.

Bupati Solok Epyardi Asda bersama anggota DPR RI Athari Gauhti Ardi saat mendengar penjelasan dari Prof Irfan Suliansyah tentang kentang

“Ini yang sedang kami usahakan bersama dengan BPTP Sumbar. Karena BPTP bisa mengembangkan bibit kentang di Kabupaten Solok ini cuma anggaran mereka (BPTP) terbatas. Masalah ini juga sudah saya sampaikan ke Pak Wamen Harvick. Petani kita harus dikembangkan dengan teknologi sehingga generasi muda ini senang jadi tak perlu lagi merantau,”tuturnya.

Bahkan Epyardi melalui dinas pertanian meminta koordinasi dengan Unand dalam mengembangkan teknologi pembenihan kentang.

Epyardi menyebutkan, ia tertarik dengan pola pengembangan kentang dengan sistim aeroponik yang dikembangkan oleh Unand.

Menurutnya penerapan pola tersebut nantinya akan memutus ketergantungan petani terhadap bibit luar.

Dikatakannya ia akan segera memerintahkan dinas terkait untuk melakukan kajian dan koordinasi lanjutan. Menurutnya ia membutuhkan program inovasi pada setiap SKPD.

“Saya sudah perintahkan dinas terkait untuk melakukan koordinasi lanjutan, silahkan hitung seluruh kebutuhan dan anggarkan untuk tahun 2022. Saya ingin program ini secepatnya diberikan kepada petani, mengingat pertanian adalah program prioritas dalam masa pemerintahan saya ini, ”ucapnya.

“Seperti sama-sama kita ketahui, orang di luar sana bisa bikin kentang krispi (snack) dan dijual di mall-mall. Kita juga harus bisa di sini, apalagi di sini jadi sentra kentang unggul,”ujarnya menambahkan.

Terkait dengan masalah harga bawang yang anjok dan anggaran pertanian, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, siap menerima masukan dari bupati dan meminta adanya tim kecil untuk membahasnya langsung dengan Kementerian.

“Saya sudah melihat langsung soal masalah ini dan sudah disampaikan juga oleh pak bupati. Tapi yakinlah ini ada jalan keluarnya. Ini kita kawal dan ingatkan kami karena masalah seperti ini bisa kami bawa ke kementerian atau ke tingkat kabinet member,”katanya.

Lebih lanjut disampaikannya, diperlukan sinergi seluruh pihak. Termasuk untuk menjalin komunikasi yang erat antara  lembaga terkait, pemerintah daerah, provinsi dan pusat.

Kementerian Pertanian kata Harvick memfokuskan tak lagi soal pengembangan komoditas tetapi lebih jauh bagaimana hasil produksi tersebut bisa diserap langsung.

“Seperti yang disampaikan pak bupati di sini ada bawang merah, kentang dan beras. Dan saya senang sekali ternyata Pemkab Solok sudah melakukan pra kerja sama dengan Food Station di DKI Jakarta untuk beras. Ini bagus salah satu mempercepat penyerapan,”ujarnya.

(Hantaran.co)

Exit mobile version