Pemeriksaan genomic surveillance Covid-19 amat penting sebagai bagian dari penguatan kesiapan dan kemampuan memonitor penyebaran, mendata, dan menganalisis sekuens gen. Sehingga, pemerintah lebih bisa memprediksi serta memitigasi potensi risiko penyebaran yang lebih luas.
Dr. Andani Eka Putra
Kepala Lab. Diagnostik & Riset Penyakit Infeksi FK Unand
PADANG, hantaran.co — Masyarakat terus diminta untuk mewaspadai penularan varian baru virus corona selain varian Delta, yang sebelumnya sempat menyebabkan ledakan kasus. Terlebih mengingat, sejak pertama kali Covid-19 terdeteksi di Sumbar pada tahun lalu, tak kurang dari 2.000 warga meninggal dunia setelah ikut terpapar.
Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand), Dr. Andani Eka Putra, mengatakan, potensi kemunculan mutasi atau varian baru Covid-19 masih sangat mungkin terjadi, bahkan bisa saja dengan kemampuan menular yang lebih cepat.
“Jadi, yang harus kita waspadai adalah varian berikutnya apa setelah Delta ini. Kita harus punya kesiapan untuk mengevaluasi apa yang terjadi di sekitar kita. Sesudah ledakan varian Delta, pasti akan muncul varian baru. Kita harus lakukan genomic surveillance secara rutin, untuk melihat dan mengevaluasi apa yang akan terjadi berikutnya,” ujar Andani kepada Haluan, Kamis (2/9).
Menurut Andani, pemeriksaan genomic surveillance Covid-19 amat penting sebagai bagian dari penguatan kesiapan dan kemampuan dalam memonitor penyebaran, mendata, dan menganalisis sekuens gen. Sehingga, pemerintah lebih bisa memprediksi serta memitigasi potensi risiko penyebaran yang lebih luas.
Ada pun terkait varian Delta, Andani menilai penularannya sudah meluas di Sumbar. Bahkan menurutnya, ledakan kasus yang terjadi di Sumbar pada Juni dan Juli lalu disebabkan oleh varian tersebut.
“Pada Juni 2021 kemarin, sekitar 53 persen dari positivity rate kasus Covid-19 berasal dari varian Delta, lalu pada Juli kembali meningkat hingga mencapai 93 persen,” ujar Andani yang juga Staf Ahli Menkes RI tersebut.
Sudah Lewati Puncak
Namun demikian, Andani menilai penularan virus corona varian Delta di Sumbar telah melewati masa puncak. Sebab saat ini, positivity rate sudah mulai menurun. Ia juga menilai, penuluran disebabkan oleh kemungkinan herd immunity atau kekebalan kelompok untuk menangkis varian Delta telah tercapai.
“Penurunannya sekarang sudah ke angka 10 persen dari jumlah penambahan kasus,” ujarnya lagi.
Andani juga mengingatkan, agar masyarakat terus meningkatkan kepatuhan dalam penerapan protokol kesehatan (prokes) sebagai langkah antisipasi terhadap potensi ledakan kasus berikutnya. Ia pun berharap agar pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak terganggu oleh ledakan kasus.
Pusat : Delta Masih Mendominasi
Berbeda dengan di Sumbar, Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengemukakan bahwa varian Delta masih mendominasi temuan kasus yang perlu diwaspadai di Indonesia.
“Sejak 2020 hingga 1 September 2021, sudah dilakukan sikuensing pada 5.790 sampel, di mana ditemukan 2.323 di antaranya merupakan varian of concern (VOC),” kata Wiku Adisasmito saat menyampaikan keterangan pers secara virtual dari kanal YouTube BNPB dari Jakarta, Kamis (2/9).
Wiku mengatakan, dari total 2.323 VOC yang terdeteksi di Indonesia itu, sebanyak 2.242 kasus merupakan varian Delta, 64 kasus Alfa, dan 17 kasus Beta. Wiku mengatakan, jumlah kasus Covid-19 saat ini masih dua kali lipat lebih tinggi dari saat gelombang pertama yang meningkat sejak Januari hingga mencapai puncak pada Juli 2021 lalu.
Sumbar Diklaim Membaik
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal menyebutkan bahwa sejauh ini jumlah warga Sumbar yang meninggal setelah terpapar Covid-19 telah mencapai 2.006 orang, setelah terjadi penambahan kasus kematian baru sebanyak 15 kasus kemarin. Sementara itu, fatalitas pasien Covid-19 di Sumbar saat ini tercatat pada angka 2,3 persen.
Selain itu Jasman menambahkan, bahwa jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 hingga saat ini sudah mencapai 87.060 orang, dengan kasus aktif saat ini berjumlah 5.158 pasien. Ada pun total pasien yang telah sembuh dari Covid-19 di Sumbar sudah mencapai 79.689 orang.
“Meski demikian, kondisi penanganan pandemi Covid-19 di Sumbar sudah mulai membaik, terutama dalam menenkan jumlah kasus positif. Pada Juli lalu, jumlah kasus aktif mencapai 14 ribu kasus, sementara saat ini sudah turun menjadi 5.000 kasus,” kata Jasman Rizal dalam keterangan tertulis.
Di samping itu, sambung Jasman, tingkat keterisian rumah sakit di Sumbar telah mengalami penurunan, terutama pada pasien yang mengalami gejala berat. Selain itu, keterisian tempat isolasi terpusat juga mengalami penurunan.
“Tren saat ini, jumlah kesembuhan selalu lebih tinggi dari pertambahan positif. Kasus positif semakin menurun, tiga pekan lalu kasus aktif kita masih di atas 15 ribuan. Tingkat hunian rumah sakit untuk kasus berat dan kritis juga menurun drastis, dan stok oksigen kita cukup,” ujar Jasman.
Sementara itu untuk capaian vaksinasi di Sumbar, menurut Jasman cukup tinggi. Sebab, seluruh stok yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat, telah disuntikkan pada penerima. Sehingga, ia menilai keliru pihak-pihak yang menyebutkan bahwa capaian vaksinasi di Sumbar masih rendah. (*)
Darwina/hantaran.co