Varian Baru Virus Corona di Sumbar? Ini Penjelasan Dr Andani Eka Putra

varian baru virus

Ilustrasi varian baru virus

PADANG, Hantaran.co–Varian baru virus corona (covid-19) ditemuka di dua negara yakni Inggris dan Afrika Selatan. Uji sampel virus pun dilakukan untuk mengetahui mutasi virus tersebut, temasuk di Sumatera Barat.

Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) bakal melakukan uji Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap beberapa sampel virus yang dinilai lebih cepat menular di Sumbar.

Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi FK Unand, Dr. Andani Eka Putra, kepada Hantaran mengatakan, pengujian WGS bertujuan untuk mendeteksi jenis virus, serta memastikan vaksin yang tersedia dalam program vaksinasi cocok untuk menekan potensi penularan Covid-19 di Sumbar.

“Uji WGS itu pengurutan seluruh rangkaian Deoxyribonucleic Acid (DNA) atau Ribonucleic Acid (RNA). Ini prosedur laboratorium untuk menentukan urutan genom suatu organisme. Ini perlu dilakukan karena varian SARS-CoV-2 di Sumbar pada Oktober 2020 tampak lebih cepat menular ketimbang virus di bulan Mei. Terlihat dari jumlah kasus positif Covid-19 pada Oktober yang terhitung paling banyak,” kata Andani, Selasa (5/1).

Bahkan, kata Andani, pola penyebaran virus yang begitu cepat sebetulnya sudah mulai terlihat sejak Agustus 2020. Namun, selain untuk mendeteksi dan menetapkan varian virus, pengujian WGS juga diperlukan agar vaksin yang tersedia sesuai dengan jenis virus yang menjalar di Sumbar.

“Ini juga penting untuk mengetahui, apakah varian baru virus corona dari Inggris sudah masuk ke Sumbar atau belum. Penggunaan teknik WGS dilakukan, karena untuk melihat rantai RNA virus, tidak bisa dilakukan dengan tes RT-PCR biasa,” katanya lagi.

Pengujian WGS, kata Andani lagi, akan dilakukan pada pekan kedua Januari 2020. Pada tahap pertama sebanyak 90 sampel akan diuji. Prosedurnya yang berbeda dengan pemeriksaan RT-PCR, membuat teknis pengujian juga hanya bisa dilakukan dengan peralatan yang berbeda.

“Alhamdulillah, kami sudah dapat dukungan dari berbagai pihak. Termasuk dari Pemprov Sumbar, agar pengujian dapat berjalan lancar. Itu untuk pengujian tahap pertama. Selain itu, pada pengujian tahap kedua nanti kami juga dapat dukungan dana dari Kementerian,” ucap Andani.

Hasil pengetesan WGS nantinya, akan digunakan untuk mengambil kebijakan tentang penanganan terhadap varian baru Covid-19. Sebab, menurut Andani jika varian virus yang menyebar berbeda, maka penanganannya pun diprediksi juga berbeda, serta juga berpengaruh terhadap jenis vaksin yang cocok diberikan kepada masyarakat.

“Apakah sama varian corona yang masuk ke Sumbar pada Mei dengan yang masuk pada Oktober 2020. Apakah varian di Sumbar sama dengan varian di daerah lain. Apakah ada varian korona tersendiri di Sumbar. Itu yang akan kita teliti. Mutasi virus itu perlu diketahui. Perubahan apa yang terjadi pada virus, itu yang akan dilihat,” ucapnya.

Dilansir dari Kompas.com, dua negara mengumumkan dua varian baru virus corona pada minggu-minggu terakhir di tahun 2020, yakni B.1.1.7 dari Inggris dan 501.V2 dari Afrika Selatan.

Keduanya lebih menular daripada nenek moyang mereka, kata laporan awal. Namun, para ahli Inggris percaya strain Afrika Selatan mungkin lebih berbahaya daripada B.1.1.7.

Ahli menyebut varian 501.V2 Afrika Selatan bisa mengembangkan perubahan yang memungkinkannya menghindari atau kebal vaksin. Dilansir BGR, Senin (4/1/2021), peningkatan infektivitas B.1.1.7 tampaknya terbukti, setelah Inggris mengumumkan catatan pandemi baru usai ada lonjakan kasus yang besar.
Varian virus corona Inggris B.1.1.7 tidak menyebabkan Covid-19 yang lebih parah, dan orang yang selamat dari penyakit tersebut tampaknya tidak berisiko terinfeksi ulang.

Anthony Fauci, pakar imunologi asal AS mengatakan beberapa hari yang lalu, vaksin yang ada saat ini tetap efektif melawan melawan varian baru virus corona Inggris.

(Riga/Hantaran.co)

Exit mobile version