Vaksin Tahap II Sumbar Diprioritaskan untuk Lansia

hmi padang vaksin

ilustrasi suntik vaksin

PADANG, Hantaran.co – Vaksin tahap II di Sumbar diprioritaskan untuk lansia, pedagang pasar, TNI/Polri dan petugas layanan publik.

Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Arry Yuswandi mengatakan, lansia menjadi prioritas disebabkan menjadi kelompok yang beresiko jika terpapar Covid-19.

“Kelompok lansia menjadi prioritas, meskipun kasus terkonfirmasi Covid-19 di angka 10.7 persen saja, namun angka kasus meninggal kelompok lansia mencapai 48.3 persen. Sehingga saat telah mendapatkan izin dan arahan dari kementrian kesehatan, lansia juga termasuk kelompok yang diprioritaskan,” kata Arry, Jumat (26/2).

Dikatakan Arry, vaksinasi bagi lansia merupakan salah satu upaya untuk menekan dan meminimalisir kasus meninggal dunia disebabkan Covid-19.

Sedangkan pedagang pasar serta petugas layanan publik lainnya, dikatakannya merupakan kelompok rentan terpapar covid-19, sehingga juga menjadi perhatian dan targetan vaksinasi setelah tenaga kesehatan (nakes).

“Pedagang pasar dan petugas layanan publik lainnya merupakan kelompok yang rentan terpapar, karena berhubungan dengan banyak orang,” ujarnya.

Lebih lanjut Arry menyebut, saat ini untuk proses pendataan bagi pedagang masih dalam proses.

“Karena kita akan pastikan jumlahnya, kendalanya pedagang ini sulit memastikan jumlahnya. Ada yang menetap, ada yang berpindah-pindah. Nanti kita akan juga prioritaskan klaster pasar raya,” ucapnya lagi.

Dinkes Sumbar akan terus memperbaharui pendataan agar vaksinasi tahap II bisa berjalan dengab maksimal.

Lebih jauh, hingga hari ini tercatat total sasaran vaksin bagi lansia dan petugas publik berjumlah 832.343 orang.

Arry merincikan kalangan Lansia 442.034 orang, Pendidik 143.391 orang, Pedagang pasar 80.777 orang, Tokoh agama 2.058 orang, Wakil rakyat 661 orang, Pejabat negara 20 orang.

Kemudian Pegawai pemerintah 78.183 orang, Keamanan 18.038 orang, Pelayan publik 59.135 orang, pengendara moda transportasi publik 6.156 orang serta Petugas pariwisata, hotel dan restoran 1.890 orang.

Menurutnya, Pemerintah sangat peduli dengan kesehatan masyarakat sehingga mengerahkan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) dan potensi yang dimiliki, agar segera bisa keluar dari pandemi covid-19.

“Vaksinasi ini ikhtiar kita bersama, butuh dukungan semua kalangan. Kalau hanya nakes yang divaksin, herd immunity (imunitas kelompok) tidak akan terbentuk. Vaksinasi akan sukses jika seluruh lapisan masyarakat mendukung. Semoga diri kita pribadi dan org-orang yang dicintai akan segera terbebas dari pandemi,” katanya lagi.

Sementara itu, Ketua Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Sumbar, dr. Revianol mengatakan dari jumlah lansia yang sudah divaksin di RSUP M.Djamil belum ada laporan KIPI yang berat.

“Sejak kalangan lansia sudah diperbolehkan pertengahan februari lalu, dapat dikatakan bahwa vaksin ini juga cukup aman untuk lansia. Sampai saat ini belum ada keluhan vaksinasi yang pertama bagi lansia,” katanya, Jumat (26/2).

dr. Revianol mengatakan hal itu mengindikasikan sebagian besar lansia bisa divaksin Sinovac.
Dari vaksinasi bagi lansia di RSUP M.Djamil, hampir tidak ada yang ditolak semuanya boleh diberikan vaksin.

Khusus untuk lansia, kata dr. Revianol vaksinasi dilakukan dengan cukup hati-hati.

“Memang disaring dan diberikan kuesioner berisi pertanyaan, sesuai rekomendasi dari kemenkes. Ada beberapa pertanyaan untuk menentukan mana lansia yang bisa divaksin dan yang tidak untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Menurutnya, antusiasme dari nakes lansia sejauh ini terbilang cukup tinggi.
Ia menilai lansia biasanya denganxsemakin berumur semakin bijak, hati-hati mengambil keputusan, ketelitian dan mendengar tidak hanya dari satu sumber saja.

“Guru-guru kami itu terlihat antusias dan paham vaksin ini bagus untuk mereka. Ini harusnya jadi pelajaran bagi yang muda-muda harusnya lebih antusias,” ucapnya.

Kelompok lansia, kata dia juga memiliki resiko KIPI seperti kelompok usia muda.

“Resiko KIPI antara yang usia muda dan tua sebenarnya sama saja. Namun lansia biasanya ada komorbid (penyakit penyerta). Selagi penyakit penyertanya stabil dan tidak lebih dari 2 atau 3 penyakit, itu bisa diberikan vaksin. Tapi kalau sudah 5 komorbid misalnya, itu tidak diperbolehkan. Lansia yang terkena Covid-19 juga akan memiliki resiko lebih berat daripada orang muda, makanya lansia menjadi prioritas,” ujarnya.

Kemudian efek samping bagi lansia, sejauh ini bagi nakes yang sudah divaksin belum ditemukan kipi serius.

“Ada yang mengeluh pegal-pegal, demam tapi hilang 1 hingga 2 hari kemudian,” tuturnya.

dr. Revianol mengimbau bagi lansia dan seluruh petugas layanan publik yang menkadi target vaksinasi tahap II, agar tidak takut dan ragu menjalani vaksinasi.

Sementara itu, Perwakilan nakes lansia, Hasril Basudin (70) yang telah melakukan vaksinasi tahap 1 di RSUP M.Djamil mengatakan sangat antusias dengan adanya vaksinasi bagi lansia.

“Alhamdulillah kami sangat menanti dan akhirnya ada bagi lansia. Sejawat-sejawat sesama dokter spesialis senior langsung datang untuk divaksin, saya juga reuni dengan dokter senior lain,” kata Hasril.

Ia juga mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan setelah menjalani vaksinasi.

“Sebenarnya saya punya komorbid jantung dan sudah pasang cincin tiga. Tapi jantung stabil, dan percaya diri datang saja. Saya tidak merasakan keluhan apa-apa, gatal-gatal, demam tidak. Tetap aman,” ujarnya.

Menurutnya, agar lebih aman dari Covid-19 lebih baik vaksinasi. “Lebih baik kena vaksin daripada kena covid,” ucapnya.

Ia mengimbau lansia tidak perlu ragu untuk divaksin, karena di kancah internasional vaksin malah menjadi rebutan. Memperoleh vaksinpun juga tidak gampang.

Ia juga mengingatkan vaksinasi merupakan salah satu ikhtiar, disamping penerapan protokol kesehatan.

(Yesi/Hantaran.co)

Exit mobile version